Jumat, 22 April 2011

Andai ku bisa berbicara

di April 22, 2011 0 komentar

Kuberjalan sendirian dengan hati... sepi...
Berbagai keadaan yang menjemukan
Kenapa tak mampu ku gapai mimpi-mimpi itu???
Andai ku bisa berbicara...
Kenapa kalian hanya diam melihatku???
Apa karena ku memiliki tangan tapi puntung???
Ku punya kaki tapi lumpuh???
Ku memiliki mata tapi buta???
Ku memiliki telinga tapi tuli???
Mengapa tak kau terheran juga melihatku memiliki mulut tapi bisu???
Andai ku bisa berbicara...
Ku juga punya harapan...meninggalkan takdir dengan tawa...
Mencium bayi suci dari rahimku..
Tapi,kembali lagi..
Andai ku bisa berbicara...
Semua mata melihatku dengan nanar kasihan, jijik, dan acuh tak acuh...
Itulah gambaran mereka yang memiliki tubuh sempurna tapi hati yang busuk...
Isi perutnya hanyalah sebuah bongkahan sampah dari hasil rampasannya..
Lipstik wanita jalang itu dari darah kehidupan anak yatim
Dan kemaluan mereka berasal dari parfum para fakir miskin...


Kutemukan CintaMu di sebait Puisi

di April 22, 2011 0 komentar

Perbincangan kami mengalir begitu panjang. Seorang gadis tangguh. Ia berjalan seperti ku pula. Tapi, tidak untuk mencari penerbit yang mau menerima karya-karyanya. Namun, ia berjalan karena ia ingin mencari imajinasi untuk karya-karyanya yang bisa mendekatkannya dengan Tuhan dan lebih tepatnya mungkin Allah. Selain untuk mencari imajinasi, ia juga selalu menyempatkan waktunya untuk memberikan hasil karyanya pada gelandangan. Ia hanya membacakan karya itu jika gelandangan itu tak mampu mebaca lalu kemudian menyodorkan makanan dan minuman. Tak lama ia kemudian memberiku selembar kertas yang diatasnya sebuah bait puisi seolah telah menyatu dengan kertas putih itu. Saya pun memberikannya hasil karya terbaik untukknya yang pernah saya print. Setelah bertukar nomor handphone, ia kemudian pamit dan meninggalkan ku dengan selembar kertas yang masih ku genggam ditangan. Ku mulai membaca puisi itu:
Yang membuatku hidup adalah Kau
Andaikan Kau mencabut nyawa ini
Maka diriku hanya akan menjadi sebuah bulu burung
yang tak bermakna
yang tak berarti
berjalan mengikuti angin
bercerita seperti ocehan anak burung di atas kertas
adalah NikmatMu..
Lantas kenapa saya harus mencari selainMu?
Untuk Dunia? Untuk apa?
Bukankah sebentar lagi saya hanya akan jadi jenazah?
Yang dibungkus kain putih, dimasukkan dalam sebuah lubang kecil.
Ditutup dengan papan, dan ditemani dengan binatang-binatang tanah?
Tak ada mama, bapak, sodara, bahkan tidak cinta
Kecuali CintaMu yang menemaniku.
Setelah ku baca puisi ini, kau mampu mebuatku menjadi mayat seketika juga...
Itu kehendakMu.. itu kekuasaanMu... itu kebesaranMu.
Kenapa saya harus mencari sesuatu yang tidak mendatangkan CintaMu untukku???
            Setelah membaca puisi itu, saya langsung bergegas meninggalkan tempatku. Berlari hingga ku kembali disebuah gubuk kecil. Rumahku Istanaku. Saya menemui orang tuaku dan langsung mencium kaki mereka. “Maafkan Dani, selama ini Dani khilaf Bu”.. Ibu mencoba menenangkanku dan nama yang selalu ku pakai setiap hari itu adalah “Dani”, ku ubah menjadi nama yang orang tuaku berikan padaku “Fatma Khaerunnisa”...
            Saya merasa hanya sekali mengatakan kata yang paling berharga semasa hidup saya kepada orang tua saya. Kata yang selalu terngiang kembali, jika ku ingat saat ku masih berada di zaman Jahiliyah. Kata itu selalu mebuatku bangga jika mengingatnya. Kata yang menguras air mata dan semangatku. Kata itu selalu ku tulis dalam benakku. Selalu ku ingat kembali raut wajah Ibu saat ku berkata “Bu, Fatmah mau make jilbab”... ^_^
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review