Jumat, 30 Oktober 2015

Dua Empatnya 'Aku'

di Oktober 30, 2015 3 komentar


Hari ini meskipun jatah hari dan hidup saya berkurang, saya tetap mau bersyukur dengan sangat besar. Atas NikmatMu Ya Allah, Tuhanku, Pemilikku, dan Tempatku selalu mengadu tanpa letih, meminta tanpa malu, dan berharap tanpa ragu. KarenaMu lah saya bisa bertemu di usia yang saya sadari;
  1. Saya belum mampu menjadi anak yang baik
  2. saya belum mampu menjadi Adik dan Kakak yang Fatanah
  3. Saya belum mampu menjadi Mahasiswi yang terbaik
  4. Saya belum mampu menjadi Pegawai/Staf yang teladan
  5. Saya belum mampu menjadi Perempuan yang menjaga Marwah Agama
  6. Saya belum mampu menjadi HAMBA YANG BERIMAN DAN BERTAQWA
Sudah barang tentu saya kecewa dengan 24thn yang belum mencapai puncak keunggulan sebagai manusia. Terima kasih saja mampu ku katakan padaMu, Allahku, yang memberiku jutaan manusia yang mendoakanku di hari saya dilahirkan, 24 Tahun yang lalu, di Jumat-Mu yang Berkah.

Allah, hari ini saya bahagia sekali, dihari saya tepat dilahirkan, seperti harapanku yang selalu ku inginkan, adalah dilamar dihari ulang tahun. Makasih untuk kesempatan yang kurasakan itu. Meskipun, saya belum memastikan sepenuhnya berhasil karena harus memilih diantara keduanya yang meminta kepada orang tua-ku, menjadi Ratu-nya dirumah, asikk.. Haha. #BerilahpetunjukMupadakuRobb

Sengaja ku Capture Do'a-do'a ini, karena sekali setahun saya bisa mendapatkan doa sebanyak ini..haha..























Semoga di Jumat ini, semua doa yang tercurah untukku Engkau kabulkan Ya Allah.. Aamiin aamiin.. Makasih juga untuuuuk Sahabat-sahabatku yang GILA.. Yang sukses ngabisin isiii dompetku.. Grr... But I LOVE YOU.. Hahaha












And then, Happy Birthday to Me... Ulfa Hidayati yang cerianya sama dengan galaunya, yang bahagianya sama dengan sedihnya... Kamu harus jadi orang yang berguna, tak merepoti orang lain lagi. Jangan khawatir dan cemas soal kamu-nya yang selalu naik pete-pete... Soal kamunya yang katanya 'pembawa sial' dan kamu yang tak cerdas. Kamu tidak mungkin dihidupkan kalau tak berguna. Kamu punya banyak orang yang menyayangimu. Setidaknya kamu dicari-cari orang rumah kalo mereka mau dipijit. Itulah sisi gunamu. Hahaha. Ulfaa sayang, mungkin sebentar lagi Allah akan membuka jalan jodohmu, Mungkin dan Aamiin. Sebelum itu, belajar lebih giat lagi ya untuk menjadi Istri dan Ibu. Semangaaat. Kamu lagi mengagumi seseorang kan? Cieee yang udah dewasaa cieee... Hahaha. Iyyalah, kamu kan udah 24thn, wajar kamu selalu bermimpi mendambakan Lee Sang Yoon #GUBRAAAKKKK tapii realistis bo', doa ajaa ya nek, semoga kamu bisa dapat Suami yang Ganteng, Cakep, lemah lembut, sabar kalo kamu lagi marah2, Soleh pastinya, mampu belajar dengan giat untuk paham dan tau Agama. Minimal Ngaji dan Sholatnya gak nyangkut2in... Udah yah itu aja!!!

PictBye: Aisyah Istiqomah Marsyah ^^

Rabu, 21 Oktober 2015

Blackfeel

di Oktober 21, 2015 0 komentar
Saat ini saya sedang berada di situasi, dimana saya mencari seseorang yang ku akrabi pun TIDAK. Kami hanya sekedar 'pernah' menyapa dan chating di medsoc. Lalu, saat itulah kamu tahu ada keanehan kalau ternyata kamu menunggu apapun tentang dia. Tentang kabarnya, cerita hidupnya, Hingga sampai pada hal terkonyol adalah namanya disebut. Hanya sekedar namanya disebut cukup membuatmu tersenyum. Saya pernah menyukai seseorang bahkan lebih dari itu, tapi belum pernah saya tersiksa hanya karena ingin mencari tahu apapun tentang dia. 
Saat komunikasi yang lancar itu tiba-tiba terhenti, dia yang jauh, seperti ingin menarik awan yang tanpa batas jarak itu, benar-benar membuat depresi. Lalu dengan lincah jarimu mengetik di google, facebook, hanya untuk mencari tentang dia. Ini adalah obsesi pencari berita yang tidak menguntungkan sama sekali.

Hari yang ku tunggu tiba.
Hari dimana saya bisa melihatnya.
Benar, saya hanya melihatnya. 
Ku bilang itu saja lebih dari cukup. Tapi saat tiba dirumah dan memikirkan kejadian tadi, itu menyakitkan. Saya hanya bisa melihatnya. Sementara saya ingin sekali bicara padanya, bicara banyak, atau sekedar saling menyapa sekalipun tidak.

Saat mencoba lagi menyapanya, melalui telpon yang tak dijawab, sms yang tak dibalas, hal negatif pun mulai bermunculan di pikiran. "mungkin dia nda suka sama saya", "mungkin dia lebih suka sendiri", "mungkin dia nda mau berteman dengan saya", dan lain sebagainya. 

Ketika ada urusan yang bisa membuatku menghubunginya, menurutku itulah yang paling bahagia. Namun, saat saya mendengar suara dan balasan yang datar, sama menyakitkannya dengan dia tidak menjawab teleponku. Lalu, hingga akhirnya saya sadar, hatiku benar-benar hitam dibuatnya. Lebih baik dari awal jangan dekat jika akhirnya tidak bisa lebih lama dekat.

-Serii-
Dalam bahasa yang sama

Senin, 19 Oktober 2015

Mulai Bermimpi

di Oktober 19, 2015 0 komentar
Saat itu saya bertemu dengan seorang perempuan gila yang memimpikan banyak hal yang terkesan seperti “dongeng” menurutku. Sebut saja dia, ‘Loly’ karena mimpinya yang penuh warna ceria. Membangun sebuah impian yang sederhana tapi mustahil terwujud. Ku ceritakan ini sebagai bentuk pengkhianatanku padanya, agar dunia tahu betapa bodohnya dia. Melangkahkan setiap kakinya, guna, bertemu dengan mimpi-mimpi yang akan terus ia bangun sendiri. Yang ntah akan terwujud atau sama sekali tidak.
“Kita hidup akan terus bermimpi Ri. Seperti hidupmu yang tak pernah kau rencanakan namun terwujud indah, itu juga bagian dari mimpi” Katanya sambil mengunyah bakso kesukaannya.
“Kapan? Kapan saya bermimpi demikian?”
“Bukan kamu, tapi semua yang mencintaimu, termasuk saya, agar kamu memiliki hidup dan cerita yang indah” dan saya benar merasakan rasa yang aneh. Hidupku begitu indah meski tak pernah ku mimpikan seperti dia, mungkin memang benar. Ini seperti doa orang lain padaku. “Trus kenapa kamu juga tak meminta ku untuk berdoa untukmu saja agar memiliki hidup yang indah?”
“Karena kamu bukan aku”
Dia menaruh mangkuknya, meneguk air agar mampu menelan bakso yang belum hancur sempurna ia kunyah. Ku lihat ia sedikit membersihkan tangannya di bajunya lalu memegang tanganku.
“Ini sederhana, Ri. Sebentar saja kamu mendengar permintaanku yang sederhana. Saya tidak akan memberitahukannya pada siapapun selain kamu. Dan, kamu akan mendengar impianku ini lagi, setelah 40 tahun. Jadi ingatlah, dan dengarkan saya baik-baik, ya?” Saya mengangguk.

Saya akan menikah di usia 25 tahun, disaat itu saya akan dilamar orang yang belum ku kenali sebelumnya. Ayahku-pun tidak mengenalnya. Tapi, orang tua kami saling mengenal. Orang tuanya tidak tahu, bahwa saya yang ia ingin jadi menantunya ini bukan orang baik seperti yang mereka bayangkan. Mereka tidak tahu betapa bodohnya mereka memilih saya, hanya karena mereka mengenal baik dan tahu orang tua ku adalah orang tua yang baik, menurut mereka. Namun Ri, orang tuaku menyukai orang tuanya. Juga, mereka suka laki-laki itu. Laki-laki yang tak ku tau namanya, dan tak ku tahu rupanya. Sebelum saya mengenal ia, saya mendengar bahwa tingginya 180 cm, cukup tinggi untuk bersanding dengan wanita sepertiku. Badannya bidang, kata ayahku. Bagus. Mungkin karena ia Dokter, ia menjaga tubuhnya dan menjaga kesehatannya. Six-pack? Saya tidak pernah tahu apa bagusnya untuk pria, tapi mungkin itu memang menarik. Kulitnya putih, bersih, giginya rapi, rambutnya dijambulin sedikit, mirip Lee Sang Yoon, Hahaha. Ayahku yang tokoh Agama, ternyata membuatnya, laki-laki itu ikut tertarik menjadi menantunya. Awalnya saya ragu, karena karakterku yang nega-holic. Bisa jadi orang tuanya suatu saat nanti tidak akan menyukaiku karena keluargaku dan aku bukanlah dari keluarga kaya seperti mereka. Sementara di lain hal, dia laki-laki yang baik. Dia begitu khawatir denganku yang terluka sedikit, atau kecapean sedikit. Mungkin karena ia Dokter. Dia jarang skali ada dirumah dan selalu kurang waktu untuk bersamaku dirumah karena waktunya habis di RS. Namun, saya selalu menengar disisa waktu sadarku, dia bilang kalau hal yang paling ingin ia lakukan dalam sehari adalah kembali kerumah. Dan mataku terkatup mengantuk. Saat subuh, dia membangunkanku dengan pelan, “bangun, yah...kita sama-sama minta sama Allah agar diberi kekuatan dan ketabahan untuk terus menjadi pasangan yang baik dan amanah. Yah” bujuknya pelan. Meski mataku berat, saya terus berusaha melakukannya dengannya. Hal yang paling tidak ia sukai adalah ketika saya terluka, kelelahan, menangis, tanpa izinnya. Ckckck. Lucu tidak? Tapi hal yang paling ia sukai adalah ketika saya mampu menangis didadanya yang bidang. Dia akan melepaskanku ketika tidak ada lagi air mata yang bisa keluar. Ketika saya marah-marah, dia akan diam lalu menarik tanganku membawaku ke kamar dan berbicara pelan “saya minta maaf karena tidak mampu menjadi suami yang membantu dalam bayak hal...saya cuma mau kamu juga sabar ya”. Itulah titik ketenanganku.
 Keluarganya menyukaiku, semuanya sayang sama dengan sayangnya dengan suamiku. Selalu saja ada juga perempuan lain yang ingin mendekatinya, tak ku biarkan namun saya tidak bisa berbuat apa-apa selain membisikinya kalimat ketika akan bekerja “saya percaya banyak perempuan yang lebih baik dari saya diluar sana, tapi tolong jangan tinggalkan saya demi mereka karena saya membutuhkanmu dan akan selalu menunggumu kembali disini, dirumah”. Mungkin itulah, sampai saat ini kami alhamdulillah masih baik-baik saja.
“Ri, apa mimpiku kelewatan?”
Saya menyimak semua yang ia katakan.
“Tidak.”
Dia nampak sangat bahagia mendengar jawabanku.
“Tapi saya bisa jamin, LO UDAH GILA”
Saya berdiri dari tempatku, “kita tunggu ceritamu ini. 40 tahun dari sekarang, saya akan memanggilmu duduk dihadapanku dan akan ku cerca kau atas mimpi-mimpi konyolmu jika ternyata tidak terwujud”
Dia mengangguk bahagia dan tertawa terbahak-bahak.

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review