Rabu, 24 Agustus 2016

Tabayyun (pilihanku bertanya)

di Agustus 24, 2016 0 komentar
Aku: A, B, C, D dan semua rentetan huruf seolah menjadi bukti, banyak nama yang mengisi kehidupan Afdal. Setiap orang memiliki kisah masing-masing ditahun-tahun sebelumnya sebelum bertemu denganmu. Kamu-pun demikian kan? Banyak sekali kan? Begitu pula dengannya. Semua itu hanya semacam kisah yang kelak mungkin akan ia ceritakan padamu bahwa dulunya dia banyak singgah di sementara-sementara, yang mungkin kamu adalah kesementaraan yang terlupakan. 


Kamu : Tapi rasanya menyakitkan, Ti. Sakit sekali. Mendengar nama-nama itu benar-benar membuat kepalaku rasanya berputar mengelilingi banyak kemungkinan-kemungkinan yang ku terka sendiri. 

--- Matamu memerah dan memecahkan bulatan embun disana. Melunturkan bedak-mu yang sedari tadi menutupi kulit sawo matangmu. Badanmu bergetar, pipimu merona tidak bahagia. Jari-jarimu menutupi wajahmu sembari menahan isak yang tak ingin kau perdengarkan pada tetangga. KAMU MENANGIS dan INGIN SEKALI AKU MEMELUKMU---

Aku : Yakin, bahwa kamu adalah pilihan terakhirnya. Kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu hanya ingin tahu saja. Sekedar itu, bukan...

Kamu: Tapi ini nyakitin. Kamu tau kan rasanya gimana? (Bentakmu memotong)

--- Kamu benar-benar menangis. Benar-benar menangis. Bagaimana rasanya hatimu? Allah, bisakah saya saja yang merasakannnya? Tak usah mengaliri dirinya? Dia terlalu lemah---

Kamu : Apa artiku untuknya?

Aku : (Seperti berartinya kamu bagiku) Seperti BUMI, 

Kepalamu terangkat. Matamu bertanya.

Kamu : Kamu rela terinjak meski masih terus memberi. Rela dihujani, meski terus tetap menumbuhkan. Rela dibakar meski terus tetap meneduhkan. Jika sampai saatnya kamu hancur, (aku) dia juga akan hancur.

--- Matamu berhenti mengalirkan cairan sendu itu. Mungkin kamu sudah tenang. Syukurlah. Kamu harus kuat. Jangan menangis lagi. KAMU HARUS BAHAGIA---

Kamis, 11 Agustus 2016

Iger-s

di Agustus 11, 2016 0 komentar

Ada yang pake IG disini?
Instagram, ai-gi, IGERS, dan bla-bla-bla. Pengucapan apapun yang kalian berikan untuk aplikasi satu ini, whatever dah. Kalo ada pollo’ka nahh. Nanti saya pulbek, kalau ngga saya block ko itu. Hahaha
Yah begitulah dunia INSTAGRAM.
Dunia yang mengharuskan kamu ‘hanya’ mosting FOTO andalan kamu. Yang berharap orang liat lalu double klik, yang artinya kamu punya likers yang semoga saja, bejibun.
Pengguna ‘instagram” sendiri beragam tujuannya, kalau saya buat chart untuk alasan mereka menggunakan ‘ig’ maka hasilnya seperti ini, Pak-Buk-Kak-Dik-Boy-Sizt-Gan.


Saya melakukan penelitian ini (penelitian sotta lah kalau saya menamakannya) berdasarkan account instagram saya, yang ketika pertama kali membuatnya saya mendapatkan followers 700-an orang. Mungkin ini dikarenakan IG saya terkoneksi dengan Facebook dimana teman saya sekitar 4000an orang. Gak nyampe setengah teman FB saya nge-follow, haha. Dan gak papa, gak masalah. Setahu saya (saat itu) instagram hanya sebuah aplikasi dimana kita yang “suka” foto, narsis-narsisan, atau benar-benar hobby fotography, menjadikan aplikasi ini seperti semacam box of image. Tempat kamu mengalbumkan semua jepretan kamu atau kenangan kamu.
Sampai disitu, keliatan banget saya seorang pengguna yang baik hati dan polos. Hahaha. Lalu bertemulah saya dengan yang namanya “trackgram”. Ini pertama kali diperkenalkan Sahabat dunia akhirat saya, teman yang selalu mengajak saya pada kebaikan juga pada keburukan yang kebanyakan keburukan itu dipersembahkan oleh SAYA SENDIRI, haha. Namanya Bang Taqiem, asyiikkk. Temen? Iyya temen, tenang ajeee. Nanti baru mikirin yang macem-macem. Saat ini MANA kok. Eh, AMAN.
Saat itu dia nge-download aplikasi ini (tentunya via Hpku toh) lalu menjelaskan ke saya fungsi dan manfaatnya gimana. Awalnya nih, semua orang yang ngefollow saya, “pasti” bakalan saya foolback. Kenapa? Yah tahu kan namanya TERIMA KASIH? Orang ngajakin kamu berteman, dan apa balasanmu? Pastinya membalas dengan baik. Namun, GAK SEMUA YANG LO DENGAR ITU BENAR!  Catet itu, Ulfa Hidayati. Karena pada kenyataannya semua orang yang nge-follow kamu, setelah kamu foolback, mereka nge-UNFOLLOW-kamuuuuuuuu.
Hahahahahahaha... masih mauuuuuko sok baeeekk?
Itu kita baru membahas soal FOLLOWERS. Kok dibahas duluan sih? Sementara chartnya itu LIKERS dulu yang keliatan grafiknya,
Iyya, soalnya Followers itu yang menjadi peringkat pertama kenapa orang make instagram. Pengen dikata banyak “followersnya” sampe kkkkkkk-kkkkkk apaaa gitu yang saya sendiri gak mau pusing. Pernah kan ada juga yang numpang promosi di foto kita, tentang jasa followers. Pulsa 50 Ribu dapat 500 Followers. Pulsa 100ribu, dapat 1000 Followers, mungkin ampe sejuta-juta juga gak tau berapaan Followers yang bakalan didapetin. Selain jasa jualan followers, ada juga yang biasa ngetag kita di salah satu foto sambil bilang gini, “bantu like dong”. Grrrr!
Nah kita mulai memasuki pembahasan kedua. Tadadadahhh!
Likers ini soal biasa sih kalo menurutku. Semua yang make IG pasti ngarep di likers. ini hubungan yang gak terputus dari followers. Ada followers pasti ada likers. tapi belum tentu, bisa saja 5 di antara 10 followers saja yang ngelike foto kamu. Tapi kamu bisa mendapatkan banyak likers, dengan menggunakan hastag. Ini kebanyakan dipakai mereka yang sudah lihai di dunia IG, semacam fotografer, pendaki, dll.
Udah ah, pindah pembahasan ke STALK.
Lewatin saja yang businessnya, soalnya pasti ujung2nya JUALAN atau nggak PROMOSI PRODUK (sama ajaaaa buk).
Nah, di bagian ini yang paling bikin kamu, kamu, gregetaaaan. Hahahaha
Adaaaa, yang make instagram untuk urusan percintaan.
Contoh nih ya, saya suka sama seseorang. Saya carilah Ig-nya, guna, liatin foto atau videonya, terus di scrool sampai foto terbawah, kalau berani di like semua dan ini kadang membuat kita lupa pada tujuan awal untuk ngestalking malahan beneran suka sama semua foto-fotonya (sekalian ngasi tau kalau saya ngefans sama dia), atau kalau gak berani, pantengin aja terus skalian cari tau siapa yang lagi deket sama si do’i. Kalau beruntung bisa liat dari siapa yang nge-like fotonya atau yang sering koment-koment. Kalau banyak? Ya udah, elus dada. Mungkin kamu sedang ngincar anak yang kebetulan jadi artis lokal. Itu hal positifya. Hal negatifnya pasti ada. Tapi gak usah disebutin. 1mo pae. DI BLOCK-ir orang. Haddyyeehh.. Semua pasti sudah paham.
Saya sendiri kenapa makai INSTAGRAM?
Awalnya jujur karena dengan aplikasi ini, saya bisa dekat dengan seseorang yang (mungkin) dia gak tau betapa sayangnya saya ke dia. Sangat sayang. Seperdua 4 tahunku sama dia. Kamarnya adalah kamarku. Tempat kerjanya adalah tempat kerjaku. Waktu kosongnya adalah REZEKI-ku, dan setiap ceritanya adalah makanan buatku. Mungkin dia tidak akan pernah tahu bahwa siapapun yang saat ini dekat denganku, pelukannyalah yang paling hangat, genggaman tangannya lah yang paling mendamaikan, dan semua kalimat-kalimatnyalah yang paling menenangkan. Dia tidak akan pernah tahu bahwa semua yang ia ceritakan seperti dongeng penuh cinta dimataku. Saya mencintainya dengan sepenuh hati dan perasaanku. Tidak akan berhenti mengalir dan tidak akan berhenti bahkan jika ia sudah lupa sama sekali denganku. Hiks hiks hiks.

-ujung-ujugnaaaaa CURHAT-jaaaaaa kamaseh-
Dan, selesai. Hahaha.

Itumo deh. Pokoknya begitulah INSTAGRAM. Mantap tapi nyebelin. ASLIIIIII!
Namun, di Instagram kamu dan saya tentunya bisa melihat sisi lain kamera yang selalu kalah oleh mata. Kalau saya bisa memberikan seluruh hatiku lewat like yang kuberikan dari beberapa orang yang ku like fotonya maka saya bisa memberitahu bahwa saya benar-benar suka. Apapun yang saya lakukan di Instagram adalah asli diri saya. Melike karena memang suka. Ngefollow karena memang mau berteman. Dan, saya gak ngelike jika saya benar-benar tidak suka, dan tidak akan nge-unfollow bahkan sampai nge-block kalau saya benar-benar tidak suka. Jati diri kita katanya tidak bisa ditebak lewat media social. Ya benar, namun kamu bisa memilih memberitahu juga bahwa kamu baik di mana saja. Nyata ataupun Maya. Kamu tetap orang baik. 



^______^

Good Night

Jumat, 29 Juli 2016

PELAWAK BERNAMA WAKTU (Cerita Secangkir Kopi)

di Juli 29, 2016 0 komentar


Dulu,
saya nggak ngerti sama yang namanya waktu. Dan, sekarang, dengan banyaknya pengalaman dan hal yang saya hadapi, ternyata bukan semakin jelas, justru saya semakin tidak mengerti pola pikir makluk yang namanya "WAKTU" ini.
Dan, setelah saya pun bertanya sama orang-orang tampaknya baik orang dengan tingkat IQ biasa aja sampai seorang genius sekalipun juga nggak bisa mengerti pola pikir sang Waktu ini.
Walaupun begitu, waktu banyak mengajarkan saya hal penting dalam hidupku, termasuk satu hal yang paling sering terlupakan: "Menghargai mereka yang ada di sekelilingku."
Sayangnya, saya harus mendapat pelajaran itu secara tidak menyenangkan-----melalui kepergian seorang Sahabat secara mendadak. Mungkin selama ini teori dan pengertian saya mengenai waktu hanya sejauh dan sebatas kebiasaan yang selalu ada, seperti orang lahir, orang menjalani proses hidup, dan pada saat orangtua akan meninggal.
Atau pengertian klise seperti tidak ada salahnya sedikit mengulur waktu barang satu jam saja, apalah arti dan bedanya satu jam? Apalah bedanya melakukan sesuatu sekarang dan setengah jam dari sekarang?
Sahabat, percayalah bahwa ternyata semuanya sangat sangat sangat berbeda. Dan sahabat, percayalah untuk melakukan, mengatakan dan menyampaikan apapun yang bisa dikerjakan sekarang, dan bukan menunggu. Karena sekali lagi kita tidak mengenal cara berpikir makhluk bernama waktu ini.
Sampai 2 tahun lalu, saya mempunyai seorang sahabat bernama Robin-yang selalu ada kalau saya cari, yang selalu muncul tanpa disangka dengan cengiran nggak pentingnya, yang selalu terdengar suaranya kalau lagi ngumpul. Robin adalah seorang drummer hebat yang saya pengen banget ajak kolaborasi bareng di album. Album pertama gagal, album kedua saya lupa bilang, dan sekarang dalam proses pengejaran album ketiga, rencananya saya akan menyampaikan niat saya ini ke Robin.
Sampai suatu hari dia kecelakaan, koma selama 5 hari dan akhirnya pergi.
Sejuta kalimat penyesalan seperti, "coba kalau...." or "Kenapa sih....?" nggak berhenti bergiliran muncul dikepalaku. "Kenapa saya musti nunggu album ketiga?"" Minggu lalu saya free, kenapa saya nggak ngomong sama dia?".
Dan sejuta "kenapa" dan kemarahan lainnya.
Dan itulah permainan dari sosok yang namanya waktu. Waktu yang cuma mengenal kata maju, dan nggak kenal kata mundur. Bahkan menit saya mengetik kalimat di atas barusan, sudah lewat dan nggak akan pernah bisa diulang. Waktu hanya mengenal kata maju. Tidak kenal kata mundur, apalagi pengulangan. Apa yang sudah lewat, ya lewat. Dan apa yang sudah lewat, tidak bisa diulang. Siapapun kita.
Sejak hari itu saya mencoba menjadi orang yang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam setiap hari dan menitnya. Mungkin buat sebagian orang saya menjadi agak berlebihan, tapi itulah yang saya lakukan. Nggak jarang saya mendengar pertengkaran orang, yang berujung ke permusuhan, dan tidak ada salah satu pihak yang mau meminta maaf, dengan alasan, "Kasihlah sehari dulu, kalau minta maaf sekarang jadinya ge-er".
Atau pernahkah kamu mendengar orang bilang untuk tidak mengatakan I LOVE YOU kepada orang yang kita sayangi, kecuali nanti disaat yang sangat istimewa saja? Atau pernahkah kamu mendengar teori yang mengatakan bahwa kata sayang, manja, atau pelukan itu tidak perlu dilakukan karena yang diperlukan adalah cukup pembuktian dan perbuatan? Pernahkah kamu mengatakan itu dan hari berikutnya kamu benar-benar kehilangan mereka yang yang kamu sayangi? Kalau belum pernah, jangan sampai kamu mengalami hal itu.
Suatu hari, seperti saya tulis di tulisan saya di atas, memang pernah saya tanyakan di twitter pertanyaan ini:

"KALAU INI HARI TERAKHIR KAMU HIDUP, SIAPA YANG INGIN KAMU SAMPERIN DAN APA YANG YANG MAU KAMU SAMPAIKAN?"

Dan jawaban yang masuk ke account -ku pun bermacam-macam dan mengagetkan. Termasuk bahwa faktanya adalah 70% jawaban mengatakan bahwa mereka ingin datang ke orangtua mereka, terutama ibu, dan mengucapkan terima kasih atau maaf mereka. Ternyata banyak sekali masalah yang sama sekali belum terselesaikan dan, seklai lagi, mayoritas adalah orangtua mereka. 
Cukup banyak reaksi yang saya dapat dari pertanyaan itu .... termasuk adanya beberapa orang yang memang langsung menghubungi orang yang mereka ingin hubungi, dan menyampaikan niat mereka. Dan sayangnya, masih banyak juga yang mengatakan bahwa mereka masih banyak memiliki waktu untuk melakukan itu nantinya.

Do you? No, you don't.

Apa yang membuat kalian yakin bahwa orang yang kita sayang masih akan ada bersama kita besok? Atau 5 menit lagi? Ingatkah kita sama kisah Saipul Jamil yang bahagia, menikah, liburan lebaran, dan saat itu juga kehilangan istrinya? Kita tidak tahu dan tidak akan pernah bisa tahu berapa lama kita diijinkan memiliki sesuatu. Dan segala sesuatu itu hanyalah titipan, kan?
Saya sadar bahwa saya sangat sering memanfaatkan keberadaan titipan yang dikasih ke saya dan selalu mengulur-ulur apa yang bisa saya katakan atau lakukan sekarang. Dan ketika akhirnya tiba waktunya, saya menyesal, dan memaki diri sendiri.
Sayangnya apapun yang kita lakukan, nggak akan pernah mengembalikan apa yang sudah hilang. Atau mengembalikan orang yang sudah pergi selamanya untuk kembali ke samping kita sekedar 5 menit supaya kita bisa mengucapkan semua yang kita tahan selama ini.
Walaupun kita punya uang tanpa limit. 
Walaupun kita punya kekuasaan melebihi siapapun .......
Walaupun kita bersujud memohon .....
Yang sudah pergi, akan tetap pergi.
Kenapakah kita harus gengsi mengucapkan kata maaf duluan?
Kenapa kita harus gengsi untuk mengucapkan kata sayang?
Kenapa kita harus gengsi untuk mengicapkan kata maaf duluan?
Kenapa kita harus termakan omongan teori bahwa mengucapkan kata manis itu hanya buang waktu saja?
Kenapakah kita harus selalu berpikir bahwa kita bisa mengatur keadaan sesuai kemauan kita?
Kita tidak bisa.
Dan kadang, waktu cuma memberi kita kesempatan satu kali.
So, sekarang saya mau bertanya buat semua Sahabat yang lagi membaca ini ........

"Andaikan hari ini hari terakhir kalian hidup di dunia ini, siapakah yang mau kamu datengin hari ini, dan apa yang mau kamu katakan?"
Doaku adalah, semoga saya bisa lebih memanfaatkan semua yang ada untuk ku. Saya bisa menyatakan perasaanku bagi mereka yang selalu ada buat saya. Dan saya akan coba sekuat tenaga agar orang tidak menyesali apapun yang tidak perlu mereka sesali.  





Sebuah hadiah kecil, dari
-MS-
Semoga bermanfaat!

Selasa, 26 Juli 2016

SOME-DAY

di Juli 26, 2016 0 komentar
Saya ingin bersajak juga seperti cara penyair berbicara pada pujaan hatinya. Merangkai kalimat agar menjadi bunga yang menebarkan aroma cinta yang bisa tercium dari jarak yang sangat jauh sekalipun. Agar kau tahu, cintaku tak terbatas juga oleh jarak dan waktu. Namun, sepertinya jika saya mengikuti penyair maka semua kalimatku hanya akan menjadi gombalan yang membualkan. Lalu, ku pilih menjadi orang fakir. Merengek pada Tuhan agar mau memberikanmu untukku. Pada-Nya tak perlu ku keluarkan kalimat-kalimat yang indah. Tuhan bisa mendengar bagaimana lirihnya doa ku yang jelas terus memintamu, agar bisa ku miliki dengan cara-caraNya yang ajaib.
Pernah sekali kau bertanya, “Kenapa gak sama Fira saja? Dia tinggi, cantik, kaya, solehah pula. Bukankah laki-laki mencari yang demikian?”. Tak ku jawab dengan lantang, karena sebetulnya kamu mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas kamu tahu jawabannya. “Saya tertarik dengannya, tapi denganmu saya tidak hanya tertarik. Tapi mencintaimu”.
Kamu suka marah oleh hal-hal yang biasa. Cemburumu yang besar. Rasa takut kehilanganmu menjadi tameng pengkhianat untukku, dia selalu mengganggumu. Karena dengan mengganggumu itu yang menggangguku juga. Kau tahu, Rizqa? Saya mencintaimu dengan segala waktu yang telah kita lewati dan yang belum kita lewati. Sebanyak apapun perempuan yang datang padaku, itu tidak akan berpengaruh sama sekali untuk rasa sayangku padamu? Tidak usah membalasnya. Karena saya tahu, kamu hanya akan nyinyir nggak jelas dan melanjutkannya dengan dua kata saja. “Gombal” atau “Bohong”.
Perempuan yang istimewa itu makluk astral penuh kode bagiku. Kamu paham tidak maksudku? Banyak perempuan yang berusaha keras memberikan dengan nyata perhatiannya pada laki-laki. Entah lewat sikapnya, atau dengan kecantikannya. Siapa saja bisa tergoda. Namun, itu tidak istimewa. Karena, bagiku yang istimewa itu seperti kamu. Taqdir yang membawa kita pada pertemuan ini, dan terus melanjutkan kisah kita hingga di hari tua. Kamu selalu ingin mendnegar bagaimana perasaanku berbicara padamu. Kamu ingin meyakinkan dirimu, bahwa tidak ada perempuan lain yang menempati hatiku selain namamu. Meski terkadang sejujur-jujurnya saya, kamu hanya akan kembali berkata, “gombal” atau “bohong”.

Rizqa, apa suatu hari nanti kau bisa membaca ini? Paragraf hatiku yang penuh harap agar bisa bersamamu hingga rambutmu tak hitam lagi. Saya tidak bisa mengatakannya langsung padamu. Kenapa? Karena saya introvert? Bisa jadi, tapi terlebih laki-laki tidak seperti perempuan yang selalu menanyakan hal yang sama. Saya hanya sekali mengatakannya padamu, saya mencintaimu. Dan kalimatku tidak akan berubah, bahkan jika saya sudah tidak pernah mengatakannya lagi padamu. Tapi, saya akan membuat rumah kita penuh dengan kalimat itu disetiap sisinya. Membuatmu menjadi perempuan yang dihujani ciuman setiap hari. Membuatmu menjadi perempuan yang tidak bisa bernafas karena pelukan-pelukanku. Saya akan membuat bibirmu berhenti bertanya lagi dengan usahaku untuk membuatmu terus tersenyum saat berada disisiku. Karena suatu saat nanti, kamu akan menjadi cinta yang takkan bisa membuat paragraf bertambah lagi. Hanya bisa bersyukur, bahwa mencintai itu adalah Ibadah. Dan, Ibadah tak memerlukan izin siapapun. 

Selasa, 19 Juli 2016

Uang Panai (juga)

di Juli 19, 2016 2 komentar
Hahay..
Ntahlah, saya nda tau sebenarnya disini saya mau ngomentarin apaan. Di daerahku di Prov. Sul-sel saat ini lagi booming banget pembahasan tentang uang panaik (red; uang belanja untuk mempelai perempuan). Katanya, semakin tinggi pendidkan seorang perempuan, semakin tinggi pula uang panaiknya. Ada dua versi pendapat yang saya dapatkan terkait alasan mengapa orang tua memasang uang panaik tinggi-tinggi untuk anak gadisnya. Yang pertama, gengsi. Seolah martabat itu semakin tinggi terangkat jikalau anak gadis mereka dipersunting laki-laki yang memberikan uang Panaik yang tinggi. Nominal terendah yang saat ini saya dengar itu Rp. 50.000.000. Bisa dibayangkan saja uang berlembar-lembar itu diserahkan kepada pengantin perempuan, guna, membiayai semua biaya pernikahannya. Itu baru uang panaik, belum mahar. Terkadang ada yang meminta mahar yang juga nda main-main. Rumah, tanah, Emas, dan banyak lagi. Jadi, kalau laki-laki Sulawesi mau menikah, minimalnya harus menyiapkan uang 100jutaan karena pasti juga akan ada resepsi dari keluarga mempelai laki-laki. Alasan yang kedua adalah, bukti. Bukti apa? Keseriusan laki-laki katanya bisa diliat dari uang panaik yang ia sediakan. Semakin tinggi uang panaiknya, maka si laki-laki juga serius ingin setia dengan perempuan tersebut dan berpikir keras untuk meninggalkan perempuan yang telah dipersuntingnya, karena telah menghabiskan uang yang banyak. Sedangkan untuk nominal tertinggi Rp. 599. 000. 000, berlian dan hadiah mobil, pihak mempelai wanita juga diberi hadiah tambahan 1 unit rumah dan kado maupun amplop isi undangan resepsi pernikahan ini, seluruhnya diberikan kepada pihak mempelai wanita (informasi lengkap https://web.facebook.com/photo.php?fbid=1468341936524943&set=pcb.1468335739858896&type=3)

Ini cuman opini saya ya. Cuma opini. Bahwa sebenarnya, apa yang terjadi saat ini didaerahku ini tidaklah berlaku untuk semua kalangan. Hanya karena yang terekspos media itu yang nominalnya setinggi himalaya itu (hahaha), makanya stigma pun beredar bahwa adat pernikahan Bugis lah yang termahal. Mereka tidak tahu saja, ada beberapa pasangan suami istri yang menikah di KUA (gratis), ada yang menikah dengan panaik 10juta, 15 juta, 20 juta, kita stop disini saja ya, karena 50 juta saja sudah nelen liur bacanya. Lalu, bagaimana pendapatku terkait ini? Sah-sah saja, tidak ada masalah. Semua orang berhak melakukannya. Selama dia punya uang dan tidak ada unsur paksaan. Saya sendiri sebagai perempuan tidak sama sekali mempermasalahkan tentang ini, karena kita sama-sama tahu tentunya bahwa pernikahan adalah Sunnah Rosul, Ibadah. Kita tidak bisa menjualnya dengan nominal uang sejumlah ini dan itu. Kalau ada laki-laki yang melamar dan tidak bisa memasang uang panaik tinggi-tinggi, saya berharapnya semoga beliau tidak ditolak. Tolaklah jika alasannya adalah si perempuan yang tidak suka dengan laki-laki itu, atau si laki-laki yang kurang meyakinkan untuk menjadi Imam, (mengenai akhlaknya barangkali, sholatnya, dll). Dan, untuk laki-laki jangan risau. Masih banyak perempuan Sholehah yang siap dikhitbah meski tak ada uang sebanyak yang selalu dimediakan. :)

Kamis, 16 Juni 2016

What If

di Juni 16, 2016 0 komentar
Fira masih mengetik panjang. Berdetak-detak suara keyboard itu seperti kulit kacang keinjek sepatu, ketikan itu tentunya dibuat dengan konsentrasi tinggi, atau dengan sepenuh hati. Mungkin ada sesuatu yang ia simpan yang tidak bisa dia katakan pada seseorang sehingga dia memindahkan isi hati atau kepalanya itu menjadi paragraf-paragraf asing dan ambigu. Dia menyembunyikannya melalui bahasanya sendiri, agar ia dapat melepas bebannya dan sekaligus menutupi sendiri lukanya.

Alya tahu, pasti sahabatnya itu sedang tidak sehat. Akhir-akhir ini, mukanya terlihat tirus, bobot badannya berkurang terlihat dari gamis yang mulai terlihat sangat longgar dari sebelumnya. Ada beban pikiran yang disimpan Fira sendirian dan itu bisa tertebak dengan mudah. 

"Fir, hati-hati ngetiknya. Kasian keyboardnya" Tandas Alya.
Fira menghentikan ketikannya, tarikan nafasnya terlihat berat sembari mencoba dengan tenang menjawab Alya.
"I..ii..ya, Al. Hehe"
Kursi Alya mundur, kakinya keluar dari kolong meja kerja, dan ia melangkah memeluk Fira. 
"Disini cuman ada kita berdua. Gak usah ngetik panjang. Cerita sama saya. Ada apa sebenarnya, Fir? Kamu kenapa?"
Pelukan itu dibalas Fira dengan pelukan yang jauh lebih erat, dengan isak tangis yang lebih menyakitkan.
"Alya... Saya cemburu, cemburu dengan kedekatannya dengan Iis. Saya nda suka dia dekat sama Amee. Saya benci dengan keakraban mereka"
"Loh kookk gitu sih? Kamu kan sudah komitmen untuk tidak lagi mencari tahu tentang mereka. Kenapa sekarang kek gini lagi? Apa yang sudah kamu dapatkan lagi?"
"Justru karena saya tidak mencari tahu, saya takut ada sesuatu yang saya tidak tahu diantara mereka?"
"Fir, dengerin ya. Denger baik-baik"
"Amee lebih dulu mengenal Iis dari pada kamu. Sekitar 2 tahun sebelum kamu hadir dalam kehidupan Amee, mereka sudah akrab. Banyak yang terjadi di antara mereka berdua sebelum kamu hadir. Soal social media mereka, memang pasti banyak moment-moment keakraban meskipun cuman like, komentar, dan lain-lain. Iis cantik, cerdas, dan itu yang pasti diinginkan semua laki-laki seperti Amee. Tapi kamu harus pikir lagi. Kenapa Amee memilih kamu? Kenapa dia memilih menjadikan kamu yang special dari sekedar kedekatannya dengan Iis, dan semua perempuan-perempuan itu? Kalau Amee mau, sudah lama dia memilih Iis yang menduduki posisi kamu sekarang. Itu artinya kamu beda sama dia, Fir. Ada yang Amee suka dari kamu yang tidak ada dalam diri Iis. Dan itu hanya Amee yang tahu"
"Bagaimana kalau dia cuman terpaksa bertahan dengan saya?"
"Sampai kapanpun pertanyaan begitumu tidak akan membantumu. Berikan kepercayaan untuk dirimu juga percaya dengan Amee. Liat semua yang sudah Amee lakukan buatmu. Apa semuanya tidak bisa menjadi bukti yang menguatkan kamu bahwa memang dia serius sayang sama kamu?"
Fira mengangguk lemah. Pelukan hangat Alya kembali mendarat lembut untuknya.
"Jangan siksa dirimu dengan memikirkan hal-hal yang tidak produktif untuk hubunganmu dengan Amee. Cintai pula dirimu, Fir. Kalau Amee jodohmu, dia akan kembali padamu bagaimanapun orang lain menariknya masuk dalam hidupnya. Kalau dia bukan jodohmu, seerat apapun ikatanmu untuknya, Amee akan tetap pergi"

Fira menahan pelukan itu. Dadanya kembali tenang setelah bergemuruh. 
"Jangan jatuhkan aku lebih dalam Ya Allah, jika dia memang bukan jodohku. Berikanlah kami jalan yang terbaik, tanpa ada yang saling menyakiti. Tapi jika ini memang benar, damaikan hatiku, sabarkan aku. Aku tunduk sepenuhnya pada perintah-Mu".

Kamis, 05 Mei 2016

Maaf. Saya nda sendiri!

di Mei 05, 2016 0 komentar

Siang yang terik. Matahari sudah membuat bayangan sejajar dengan badan. Waktu dhuhur hampir tiba, ketika Mia meninggalkan Pesantren. Saat di parkiran dia papasan dengan seniornya saat di MA dulu. Dengan ramah, Mia menyapa dengan ceria. Belum lama mereka bertukar kabar, si senior, yang sapa saja ia dengan Mick itu menanyakan sesuatu yang membuat senyum ramah Mia menyusut.
"Mi ... Sekarang kamu ada temen dekat gak?" tanya Mick.
"Hahahahaha emang kenapa kak?"
"Jika belum, saya ingin menebus sesuatu yang sudah lama menjadi kesalahan sikap dan waktuku"
"Maksudnya?" alis Mia berkerut. Ini aneh. Dan memang sudah terasa aneh. Ini membingungkan dan seolah pembicaraan ini semakin berat. Langkahnya mundur dari tempat berdiri nya semula dan mencoba menahan sesuatu yang tidak ingin dia dengar.
"Kak saya buru-buru, ya. Mau kerumahnya Dian dulu..."
"Ehhhh tunggu Mi.. Tunggu.. Gini, saya gak mau buat kesalahan lagi. Andaikata dulu saya berani tegas, kita gak akan kayak gini. Kita pasti sudah bahagia sekarang Mi. Kita pasti bisa menjalani hidup yang baik sekarang".
"Hahahaha kakak ngomongin apaan sih. Saya pergi ya"
"Mia tunggu... Saya bisa kembalikan semua tentang kita. Saya bisa itu. Saya mau kita bisa sama-sama kayak dulu lagi"
"Kak... Saya sudah...."
"Saya akan BBM kamu ya. Soal PIN nanti saya minta sama Inha. Oke. Kamu bisa pergi".
Seperti tak mengizinkan Mia menjelaskan sesuatu dan tidak membiarkan sepatah kata yang bisa menutup kesempatan itu keluar dari mulut Mia. Mick pergi meninggalkan tempat Mia berdiri. Sambil memegang tangan Mia, Mick bilang. "Tunggu saya".
Dalam hati, Mia berteriak. Tapiii saya sudah tidak sendiri lagi, Mick. Saya mau bilang itu.

Jumat, 29 April 2016

Masih Menunggu

di April 29, 2016 4 komentar
Haii, selamat pagi, Jum'at.
Hari ini sepertinya kurang sekali yang datang ke kantor. Pekerjaan juga masih belum numpuk banyak. Ada sih beberapa yang harus diinput, tapi saya ingin menceritakan sedikit, lagi-lagi tentang MENUNGGU.
Eh, jangan kira saya lagi patah hati ya? Nggak, ini bukan soal itu. 
Langsung saja.
Beberapa menit yang lalu, seorang Ibu datang ke kantor kami untuk mendaftar haji. Beliau datang bersama anak laki-lakinya yang usia-nya, hmm, mungkin 30-an. Wajah yang saya tangkap itu sudah keriput, tapi bahagia sekali. Sangat bahagia. Setiap orang yang ingin mendaftar Haji memang pasti akan bahagia. Saya bisa merasakan itu. Sebagian dari teman-teman dekatku pasti tahu benar bagaimana inginnya saya berangkat Haji juga. Ckckck. Saya nda pernah malu kalau harus mengatakan ini, bahwa itulah mimpiku yang paling besar. 
Kembali lagi ya.
saya meminta semua berkas-berkas persyaratan untuk Pendaftaran Haji seperti KTP, KK, Akte kelahiran, Buku Rekening. Saat mendaftar, semua data harusnya sama, namun si Ibu ini tanggal lahirnya berbeda. Di KTP 17-12-1958 dan di KK 01-01-1956. Mungkin kami bisa mentolerir jika kesalahan data itu tidak terlalu jauh. Namun, ini sangat jauh berbeda. Saya pelan-pelan memberikan penjelasan tentang permsalahan ini. Namun, tetap saja itu membuat Ibu kecewa.
"Tidak bisa di daftar dulu, Bu? Nanti saya perbaiki asalkan daftarma dulu" Katanya merengek.
"Minta maafka, Bu tapi tidak bisa. Harus sama semua dulu data ta baru bisa di proses".
Serba salah.
Keluarlah kelemahanku. Nggak enakan, merasa bersalah, pengen bantu tapi caranya gimana, meskipun disini salah saya tidak ada apa-apa. Manusiawilah. Saya emang baper-an orangnya. Merasa bersalah tapi buat salah saja nggak.
Tiba-tiba mataku menangkap angka di Buku rekeningnya si Ibu.
penyetoran awal tahun 2012, itupun masih Rp. 10.000.000
Penyetoran kedua 2014, jumlahnya sudah Rp. 10.500.000. 
masih di tahun yang sama, Si Ibu menyetor lagi 500.000
jadi totalnya sudah Rp. 20.000.000, masih butuh Rp 5.500.000 untuk bisa mendaftar haji.
Saya jelaskan dulu, setoran awal untuk pendaftaran haji reguler itu Rp 25.500.000,.
Barulah di tahun ini. 29 April 2016, total uang si Ibu genap Rp 25.500.000.
Bayangkan bagaimana bahagianya Si Ibu? Untuk mencapai angka itu pengorbanannya mengumpulkan, dan kesabarannya menunggu. Lalu hari ini, saya membuatnya kecewa dengan mengatakan datanya harus diubah dulu barulah kemudian saya bisa memprosesnya.
Belum jika saya mengatakan bahwa daftar tunggu untuk Kabupaten Maros itu 32 Tahun. kira-kira bagaimana lagi rasanya menjadi Si Ibu. Menuju angka 10juta tadi saja, Si Ibu menunggu lama untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu. -Nyesekkuuuuuu gang- :'(

perlukah diperjelas betapa beratnya menjadi Si Penunggu? Betapa Sabarnya menjadi orang yang tidak memiliki apa-apa? Hanya Tuhan Yang Maha Besar yang membuat kita sangat kaya dalam hidup. Bersabarlah Bu. Tidak ada Hasil yang mengkhianati Usaha dan perjuanganta, doa ta. Sabarki! Dan untuk semua penunggu dimanapun beradaaaa.. SABARKI nah.. Hahaha

Rabu, 27 April 2016

Cabaran dalam Perjalanan Rasa

di April 27, 2016 0 komentar

Disetiap hari yang dihadirkan Allah, dihadiahkan untuk hambaNya selalu ada rahasia hikmah yang diselipkan untuk kita. Gunanya tak lain selain untuk mberi kita bukti betapa besar rasa kasihNya tiada batas. Pernah sekali saya mendengar sebuah cerita singkat. Ada seseorang jemaah yang bertanya pada seorang Kyai, "Kyai bagaimana cara kita mengukur kasih sayang Allah" tanyanya serius. Sang Kyai berkata, "Apa kamu bisa mengukur bagaimana besar kasih dan sayang serta perjuangan dan pengorbanan Ibumu hingga usiamu seperti saat ini?". Jemaah pengajian tersebut menggeleng mantap. "Begitulah kasih sayang Allah. Kasih sayangNya bisa kamu lihat dari Ibumu". Ibu, Ibu, Ibu. Mamak kalau saya sebut Beliau. Begitupun sahabat. Kita semua. Disaat kami tertimpa musibah kemarin, yang pertama kali terlintas dipikiiran kita adalah Ibu kita, Mamak 'ta'.
Sahabat saya yang kecelakaan, katanya dia sempat nangis. Hahaha. Meringis mungkin. Gengsinya lebih besar. Lalu saya? Ketika kecopetan, saya sadar, orang pertama yang ingin saya hubungi adalah Mamak. Pulsa seadanya gak mungkin nembus ke Mekkah, mamakku jauh ta pas anak ta butuh qta kasian. Hiks hiks hiks. Namun tangis ku sempat pecah sedikit, saat sudah bertemu sahabat yang sama2 kena musibah dihari yang sama. Mungkin karena kehangatannya, bisa menjalar seperti menenangkannya Mamak pas saya curhat. Dalam perjalanan rasa kami, ini mungkin cabaran untuk melihat bagaimana aliran itu menyatu menjalar dalam pikiran. Bagaimana membahasakannya ya? Hanya dapat digambarkan lewat kalimat familiar, "love makes you blind". Membuatmu lupa akan musibahmu. Kesulitan mu. Kenapa saya tidak terlalu terpikir dengan dompet yang hilang, isinya ada uang yang jumlah nya gak banyak tapi besar sekali menurut orang kecil macam sayaaa? Karena pikiranku tertuju sama teman yang kecelakaan. Lalu saat bertemu sahabat, mengapa ia rela menahan perih luka2nya demi mendengar ceritaku, mengantarku pulang sembari menahan sakit di kakinya. Itulah alasan yang ku maksud bahwa cinta akan membuatmu buta. Akan sakitmu, kesulitanmu. Kita saling mendengar keluhan masing2, menenangkan ketika salah satu dari kita menangis. Seperti itulah yang kamu namakan cinta. Yang akan membuatmu buta tapi menyembuhkan.

Senin, 25 April 2016

Ketika kamu menunggu

di April 25, 2016 0 komentar

Pertanyaannya.
Kenapa kamu rela menunggu?
Menunggu seseorang yang belum pasti akan membayar semua yang telah kau korbankan demi dia? Waktumu paling utama.
Jawabannya.
Karena setiap harapan, impian, dan doa selalu diiringi dengan pembuktian. Pembuktiannya apa? Mungkin dengan cara seperti ini. Dan lagi, saya pun tidak pernah tahu, apa yang sedang ia korbankan, apa yang sedang ia lalui demi saya.
Kita serahkan saja sama Yang Maha Melihat dan Yang Maha Tahu.

Demi Prosal #PartI

di April 25, 2016 0 komentar

Seseorang akan menjadi semakin baik (harusnya) setelah mengalami banyak kesulitan dalam hidup. Pelajaran itu yang kadang banyak orang yang tidak menyadari. Kenapa tiba2 saya mengatakan ini? Saat menunggu dosen pembimbing II-ku, saya lebih takut menelpon si Bapak ketimbang menunggunya berjam-jam. Soal menelponnya mungkin karena saya selalu menaruh hormatku yang besar pada mereka para Guru. Soal menunggu, bahkan jika saya gagal bertemu sehari itu juga nda masalah. Kenapa? Mungkin sudah terbiasa saja. Di S1 dulu, ini seperti pembentukan karakter kami sebagai mahasiswa yang berlari luntang-langgang demi meraih gelar Sarjana. Lebih tepatnya terbiasa menunggu. Ckckck. Kita tidak selamanya menunggu. Menunggu tak selamanya sakit dan melelahkan. Mungkin iyya kita rasakan, tapi semuanya akan kita lupa sendiri. Cepat atau lambat. Ntah dgn kejadian baru atau hasil menunggu itu yang akan menyembuhkan. Selamat menunggu Ulfa di 2 jam yang menyelesaikan banyak lagu. 🎀

Pukul 14:10
Fakultas Ekonomi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar

Kamis, 21 April 2016

Untuk Kak Dini

di April 21, 2016 0 komentar

Perempuan memang sepertinya harus banyak diam kak. Banyak memendam. Banyak bersabar. Karena yang diciptakan mengkhitbah-pun bukan perempuan kak, tapi bukan berarti perempuan harus berhenti untuk mencintai. Tidak kak. Kita tetap harus mencintai. Meski kepada dia yang telah memecah piring dan gelas dalam hati. Ckckck.

Kak, mau tidak lu ceritakan kepadamu 1 kisah perempuan yang mirip sekali denganmu? Tapi perjuanganmu sepertinya masih lebih hebat kak dari dia.

Kita samarkan namanya saja ya, agar, privasinya tetap terjaga. Anggap saja namanya Sasha. Usianya lebih muda setahun atau dua tahun darimu kak. Tingginya 156 cm dan BBnya 52 Kg. Kamu membayangkan bagaimana posturnya? Secara kasat, orang bilang "badannya bagus" meski dalam hatinya dia masih ingin lebih gemuk lagi. Itu secara fisik tapi saya tidak akan menceritakan itu kak. Saya mau menceritakan satu dari sekian banyak kisah hidupnya yang berliku.

Kak Din, dia perempuan yang cantik kata orang kak. Banyak laki-laki yang suka dengannya, dan saya tahu pasti itu. Banyak yang mendekat padanya kak. Namun, dia tidak bisa begitu saja menerima semua rasa suka itu. Dan inilah list kisahnya dengan beberapa orang.
A. Laki-laki yang usianya lebih tua 6 tahun darinya. Mereka sempat pacaran 6 tahun, namun gagal. Karena ternyata sejak tahun ketiga, Si A juga punya pacar lain. Sakitnya sangat sakit. Setiap malam Sasha menangis, Kak. Tersedu bahkan jika Bapaknya mendengar tangisannya-pun tidak ia hiraukan lagi kak. Dan semuanya berakhir. Usai. Di 6 tahunnya.
B. Sasha menanggap kali ini mungkin dialah yang akan membahagiakan nya dan akan menikahinya. Tapi tidak kak. Hampir 2 tahun mereka dekat, Sasha sudah tidak sanggup kak menahan amarahnya setiap kali bersama laki-laki ini. Sifatnya yang terlalu over protektif, terlalu memaksa, terlalu ingin ikut campur, terlalu ingin selalu ketemu, dan banyak hal kak. Sasha angkat tangan. Dan, sepertinya ada alasan kuat yang lebih kuat mengapa ia memilih untuk tidak lagi melanjutkannya. Alasan yang hanya Sasha dan Tuhannya yang tahu. Seenggaknya di kisah ini, Sasha pun menangis. Impiannya untuk menikah kbali gagal. Dia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang tidak bisa membuatnya nyaman kak. Termasuk dengan si B ini. Itu harapannya.
C. Kali ini hanyalah sebatas mencintai tapi tak bisa memiliki kak. Sasha yang kuat, Sasha yang sabar, Sasha yang pengertian, Sasha yang lebih banyak diam, dan Sasha yang selalu berdoa untuknya. Dengan laki-laki yang belum setahun ia kenal dekat. Hanya itu.
Di laki-laki Si C ini kak, Sasha merubah seluruh dirinya agar pantas untuk dia. Sasha selalu cemburu dengan perempuan yang dekat dengannya. Setiap kali Sasha melihat like2 laki2 ini di foto beberapa perempuan kak, Sasha hanya menangis menahan cemburunya. Dia diam kak. Dia tdk menanyakannya langsung ke pemuda itu. Kenapa? Karena Sasha tahu kalau laki2 itu juga mencintai Sasha. Tahu dari mana kak? Beberapa kali laki2 itu mengatakannya. Tapi belum pasti dia berkata jujur kan kak? Ya, itulah dia. Sasha mempercayainya. Kak Dini tahu bagaimana rasanya ketika semua pesan2 kita tidak dibaca? "Mungkin dia sibuk" pikir Sasha. Dan itu selalu Sasha lakukan agar Sasha pantas mendampingi pemuda itu kak. Lagi-lagi itu hanya pikirannya Sasha. Tentang perempuan yang ia cemburui. Banyak kak. Sasha selalu menangis dan mood berantakan setiap kali melihat keakraban itu. Saat saya mengetik ini, saya ikutan menangis kak. Terseduuuuu. Uhh Kak. Bayangkan gimana rasanya ketika kakak cemburu dengan perempuan lain dan kakak tidak bisa marah? Sakit kak. Namun apa yang bisa Sasha lakukan? Mengejar laki-laki lewat doa-doanya kak di sepertiga malam. Hingga saat ini kak, Sasha masih berjuang menjalani itu. Doakan Sasha ya kak, semoga jika memang pemuda itu yang tertulis di Lauh Mahfuds untuk menjadi pendampingnnya, Hati mereka di satukan, jalan mereka dilapangkan, di mudah kan, namun jika tidak, doakan Sasha pula diberikan jalan terbaik untuk mereka tanpa ada yang saling menyakiti.

Kak Dini, apa yang Ulfa ingin sampaikan disini? Hanya 1 kak. Bersabarlah. Awan tak selalu mendung. Roda tak selalu di bawah. Mencintai itu menyembuhkan kak. Kalau kakak tersakiti dengan semua yang menyakiti kakak, bersabarlah kak. Akan ada 1 orang kelak, yang akan selalu membuatmu bahagia hingga Kak Dini lupa, sakiitttnya hidup yang telah kak Dini lewati. Bersabarlah. Perempuan itu harus kuat. Perempuan itu harus banyak sabar. Biar Allah yang tahu rasa sayang kita yang sakit. Biar Allah yang balas segala kesabaran yang kita lewati. Dan, semoga Kak Dini cepat sembuh. Ulfa sayaaaang sekali sama Kak Dini. Maaf untuk BBM yang tak sempat saya balas. Selamat Hari Kartini kak. Kuatlah. Terbang bebaslah. Berekspresilah. Bahagialah. Seperti Kartini yang menemukan terangnya, setelah gelapnya.

21 April 2016
Dariku yang mencintaimu kak.
Ulfaa...

Senin, 18 April 2016

Tentang Seseorang

di April 18, 2016 2 komentar

Setahun sebelum bertemu denganmu saya sudah tahu tentangmu. Sempat membaca biografimu, melihat fotomu. Mungkin foto itu saat kamu masih SMA ya?  Ckck. Kamu nampak lugu.
Usiamu 2 tahun lebih tua dariku. Makanya saat pertama kali kamu menyapaku, langsung saja ku panggil kau dengan sapaan 'kak'. 
Kak, saya suka nama kamu. Meski saya tidak tahu artinya tapi menyebutnya mendesirkan darahku. Ahhh, berlebihan. Hahaha. Yahhh, seperti itulah mungkin saya malu~malu menyebut namamu. Selalu tersenyum jika nama kamu disebut salah 1 teman kerjaku. Nama kamu gak asing kak. Membuat sebuah tangga nada jika mendengarnya.

Waktu itu, pertamaaa kali kita bicara. Kamu menanyakan sesuatu. Tentunya terkait dengan urusanmu ditempatku bekerja. Saya menjawabmu tanpa melihatmu sedikitpun, saat itu kamu masih biasa saja, belum istimewa. Hingga, komunikasi kita di WA atau Line menjadi intens. Saat saya menyimpan nomormu, agar saya menghubungimu, dan lagi~lagi itu terkait dengan urusanmu ditempat kerjaku. Tapi tak mengapa. Itu sudah alhamdulillah.

Lalu mengapa tulisan ini ada? Karena hampir setahun saya mematikan memoryku tentang kamu, tiba~tiba kamu muncul di beranda Facebookku. Bukan kamu. Hanya fotomu. Dan saya sudah lupa ternyata, saya pernah berjuang agar bisa menjauh dan menghilangkanmu lekat~lekat dari duniaku. Menyembuhkan luka yang kamu buat.

Saya pernah membaca sebuah kalimat kak.
"Ke dalam hatiku kamu boleh masuk, tapi kenakan alas kaki. Karena seseorang pernah memecahkan gelas dan piring disana". 
Lalu kamu sebagai siapa dalam kalimat ini?
Kamu adalah orang yang memecahkan gelas dan piring itu.
Menjadi perempuan yang terlahir sebagai anak ke~2 dan bergolongan darah A, saya harus menerima kepribadianku yang secara tidak langsung berasal dari 2 domain 2 hal diatas tadi. Anak kedua, golongan darah A yang menghasilkan perempuan yang mudah Baper.

Bagimu mungkin biasa saja komunikasi kita. Tapi tidak dengan saya. Kamu secara istimewa buatku. Hanya 3 bulan. Hanyaaaa 3 bulan kau buat saya merasa  Istimewa. Lewat dari itu, saya seperti pasien BNN yang sedang menyembuhkan dirinya dari jeratan Narkoba yang sewaktu~waktu bisa sakau.

Hampir setahun saya menghapusmu dari jejak terkecil sekalipun. Dalam hidupku. Nomormu ku hapus. Nomorku juga alhamdulillah karena satu dan lain hal ku ganti dengannya otomatis komunikasi kita tidak akan terjalin lagi. Mengubur kamu dalam~dalam.
Setidaknya saya pernah mengenalmu dan menjadi temanmu. Meski saya yang berlebihan tapi inilah kisah tentang kamu. Tentang seseorang yang sebentar saja mengenalnya tapi mengurai banyak kalimat tentangnya. Saat ini, saya sedang menyukai seseorang. Dan, ku harap dia tidak akan sama dengan ceritamu, kak. Selamat malam.

~AA

Jumat, 29 Januari 2016

Mimpi

di Januari 29, 2016 0 komentar
Saya tidak terlalu ingat mimpi apa sebenarnya saya semalam. Saya cuma ingat jelas, sebelum tidur saya menangis. Akhir-akhir ini ntah kenapa dengan hatiku terlalu sensitif. Sedikit bercandaan bisa memancing emosi, berimbas dengan perilaku yang tidak baik. Ntah sejak kapan saya menyadari ada yang aneh denganku. sesuatu yang tidak pasti. Kepalaku terasa berat, bantal juga ikutan sembab. Semuanya berat. Kalau tidak ingat ada mimpi yang sempat hadir. Mimpi yang aneh.

1. Saya menghabiskan waktu bicara panjang lebar dengan seorang Pemuda yang saya tahu persis siapa dia. Sudah beberapa kali dia masuk dalam mimpiku, tapi saya belum pernah masuk dalam mimpinya sepertinya. Anaknya orang yang nda ditaaau antah berantahnya dari manaaa bisa sangat bebas masuk dimimpiku. ANEH.
2. Ai' tenggelam. saya melihatnya tenggelam di air, nafasnya mulai hilang. Tangannya menggelepar-menggelepar di air. Suaraku juga tercegat dileher, nafasku tidak beraturan, kakiku kaku, seperti merasakan sekujur tubuhku stroke seketika. Saya melihat Ihsan, adikku, menolongnya dengan nyemplung ke dalam air. Menolong ai' yang ntah dia masih hidup atau tidak.

Samar-samar ku dengar ada Murottal, dan membangunkanku dengan tubuh berkeringat. Tulangku terasa ngilu. Kepalaku berat. Apa maksud mimpi ini Ya Robb-ku. 

Antara Beruang dan Berjuang

di Januari 29, 2016 0 komentar
Siang itu Fath menyusuri jalanan kampus yang tidak terlalu sepi untuk pagi itu. Ini kampus hijau yang baru kali ini ia jalani sendirian. Pernah sebelumnya dia kekampus ini ketika SMA, menemani seniornya saat itu. Hmm, salah salah. Mungkin lebih tepatnya dibawa kabur ke sana. Anak SMA yang baru saja melihat suasana kampus yang belum didatanginya sama sekali, matanya melototi bangunan yang sepertinya sudah cukup tua dan tidak terawat. Rumputnya tinggi, cat temboknya sudah mulai terkelupas, kusen bangunannya beberapa sudah terlihat dimakan rayap. Tapi, tetaplah ia kampus yang ramai. Fath masih ingat betul percakapan dikampus itu untuk pertama kalinya.

"Fath, sini" panggil Ijal sambil melambaikan tangannya, seniornya saat SMA itu.
"Ahh nda mau. Sini saja. Saya malu kak ke sana" Katanya.
"Yaeellaaaah, giliran kekampus malu. Di sekolah emang lu taro dimana malu itu?" Tanya Ijal dengan tawa terbahak-bahak. Bibir Fath manyut, dengan tatapan sinis dia memperlihatkan kepalan tangannya.
Dari atas gedung seorang mahasiswa teriak.
"Jal, siapa lu tuh?"
"Oh ini? Itu, anak korban tsunami yang gua pungut di got tadi. Kasian dia mah" Balas Ijal dengan tawa yang lebih bebas.
"Hahahaha, sialan Lu. Kalo gitu buat gua aja. Cantik soalnya"
Barulah tawa Fath pecah. Sepertinya dia sangat setuju dengan kalimat sahabat seniornya itu.
"Fath, nanti kamu kuliah disini ya? Sudah nama kampusnya Muslim, insya Allah kamu tambah Muslimah. Biar gak tomboy lagi" Kata Ijal.
"Gak mau ah. Kampusnya angker. Bangunannya tua dan sangat tidak bersemangat"
"Kualaaat lu ya nanti"

Dan, hari ini. Kartu Mahasiswanya menjadi bukti nyata bahwa Ia adalah Mahasiswa Kampus Hijau yang pernah ia hina dulu. Meski tak sepenuh hati mengatakannya. Kakinya terus melangkah dengan cepat, memburu Profesor yang bakalan jadi Supervisornya kedepannya saat Tesis itu benar-benar diperjuangkan. Auditorium Al-Jibra. Matanya menyusuri isi ruangan yang luas. Sangat luas. namun sosok yang ia cari belum muncul sedikitpun.
"Ah maaf kak, ganggu. Mau nanya. Prof. Achmad dimana ya? Tadi saya janjian disini, cuman saya gak tau beliau dimana" katanya pada perempuan yang sepertinya menjadi panitia di acara yang akan berlangsung tidak lama lagi.
"Maaf adek siapa?"
"Saya Mahasiswa PPs, kak. Mau minta persetujuan pembimbing sama Beliau"
"Oh gitu. Beliau ada dibelakang Anda"
Berbalik. Ssseeetttttt.... Tinggi, kumis yang lebat, wajah yang sangat berwibawa dan kebapakan. fath menarik napas panjang lalu kemudian berjalan menghampiri WR III tersebut. beliau masih berbicara dengan sesamanya dosen sehingga Fath harus menunggu sampai Beliau menyelesaikan perbincangannya. Salah 1 Dosen menegur,
"Kenapa Nak?"
"Ohh anu pak, ini saya mau minta TTD persetujuan pembimbing sama Prof. Achmad" Kata Fath, gagap.
"Oh, iyya. Prof. Achmad, ini ada mahasiswa ada perlu" Objek yang dituju melihat Fath lalu tersenyum. senyum yang sangat menenangkan, dan dengan pelan fath menyodorkan kertas berisi Persetujuan Pembimbingan.
"Sini Nak" Dan, setelah konsultasi beberapa saat. TTD pun berhasil didapatkan. Dengan hangat Si Bapak menyalami Fath dan berkata "Semangat ya". TERBAAAAAANG.
"Andai semua dosen seperti ini Ya Allah" Batin Fath.

Ketika Fath membuka BBM, salah 1 kontak di BBMnya "Beruang Bengkak" seperti menjadi mantra baru. Pasalnya, nama Beruang seolah menjelma menjadi Kata BERJUANG. Dan, entah bagaimana caranya tulisan Beruang dan Berjuang seolah beriringan dan menempel dimana-mana. Di dinding, di lantai, di atap, di jendela, dikursi, bahkan di berkas-berkas yang Fath pegang. bibirnya mengulung senyum hingga keesokan harinya. Pagi benar, seperti biasa Fath sudah siap menginjakkan kakinya di Bumi Allah mencari Dosen yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Bermodal alamat dari teman, kesasar beberapa kali, lalu sampai di rumah bercat abu-abu. Mengetuk pintu berkali-kali dengan tangan setengah gemetaran, dan ALHAMDULILLAH. Beruang memang Mantra ajaib. Kok beruang? BERJUANG maksudnya. Ahh apapun itu, perjuangan hari ini alhamdulillah dilancarkan. Ini belum usai. Ini justru awal dari segalanya sampai Ijazah di genggam di tangan. ^____^

Seperti kisah fath di atas, mungkin di luar sana banyak Fath yang lain yang sedang berjuang juga. Denganku juga. Sama. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan segalanya untuk kita. aamiin Ya Rabb. 
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review