Kamis, 16 Juni 2016

What If

di Juni 16, 2016 0 komentar
Fira masih mengetik panjang. Berdetak-detak suara keyboard itu seperti kulit kacang keinjek sepatu, ketikan itu tentunya dibuat dengan konsentrasi tinggi, atau dengan sepenuh hati. Mungkin ada sesuatu yang ia simpan yang tidak bisa dia katakan pada seseorang sehingga dia memindahkan isi hati atau kepalanya itu menjadi paragraf-paragraf asing dan ambigu. Dia menyembunyikannya melalui bahasanya sendiri, agar ia dapat melepas bebannya dan sekaligus menutupi sendiri lukanya.

Alya tahu, pasti sahabatnya itu sedang tidak sehat. Akhir-akhir ini, mukanya terlihat tirus, bobot badannya berkurang terlihat dari gamis yang mulai terlihat sangat longgar dari sebelumnya. Ada beban pikiran yang disimpan Fira sendirian dan itu bisa tertebak dengan mudah. 

"Fir, hati-hati ngetiknya. Kasian keyboardnya" Tandas Alya.
Fira menghentikan ketikannya, tarikan nafasnya terlihat berat sembari mencoba dengan tenang menjawab Alya.
"I..ii..ya, Al. Hehe"
Kursi Alya mundur, kakinya keluar dari kolong meja kerja, dan ia melangkah memeluk Fira. 
"Disini cuman ada kita berdua. Gak usah ngetik panjang. Cerita sama saya. Ada apa sebenarnya, Fir? Kamu kenapa?"
Pelukan itu dibalas Fira dengan pelukan yang jauh lebih erat, dengan isak tangis yang lebih menyakitkan.
"Alya... Saya cemburu, cemburu dengan kedekatannya dengan Iis. Saya nda suka dia dekat sama Amee. Saya benci dengan keakraban mereka"
"Loh kookk gitu sih? Kamu kan sudah komitmen untuk tidak lagi mencari tahu tentang mereka. Kenapa sekarang kek gini lagi? Apa yang sudah kamu dapatkan lagi?"
"Justru karena saya tidak mencari tahu, saya takut ada sesuatu yang saya tidak tahu diantara mereka?"
"Fir, dengerin ya. Denger baik-baik"
"Amee lebih dulu mengenal Iis dari pada kamu. Sekitar 2 tahun sebelum kamu hadir dalam kehidupan Amee, mereka sudah akrab. Banyak yang terjadi di antara mereka berdua sebelum kamu hadir. Soal social media mereka, memang pasti banyak moment-moment keakraban meskipun cuman like, komentar, dan lain-lain. Iis cantik, cerdas, dan itu yang pasti diinginkan semua laki-laki seperti Amee. Tapi kamu harus pikir lagi. Kenapa Amee memilih kamu? Kenapa dia memilih menjadikan kamu yang special dari sekedar kedekatannya dengan Iis, dan semua perempuan-perempuan itu? Kalau Amee mau, sudah lama dia memilih Iis yang menduduki posisi kamu sekarang. Itu artinya kamu beda sama dia, Fir. Ada yang Amee suka dari kamu yang tidak ada dalam diri Iis. Dan itu hanya Amee yang tahu"
"Bagaimana kalau dia cuman terpaksa bertahan dengan saya?"
"Sampai kapanpun pertanyaan begitumu tidak akan membantumu. Berikan kepercayaan untuk dirimu juga percaya dengan Amee. Liat semua yang sudah Amee lakukan buatmu. Apa semuanya tidak bisa menjadi bukti yang menguatkan kamu bahwa memang dia serius sayang sama kamu?"
Fira mengangguk lemah. Pelukan hangat Alya kembali mendarat lembut untuknya.
"Jangan siksa dirimu dengan memikirkan hal-hal yang tidak produktif untuk hubunganmu dengan Amee. Cintai pula dirimu, Fir. Kalau Amee jodohmu, dia akan kembali padamu bagaimanapun orang lain menariknya masuk dalam hidupnya. Kalau dia bukan jodohmu, seerat apapun ikatanmu untuknya, Amee akan tetap pergi"

Fira menahan pelukan itu. Dadanya kembali tenang setelah bergemuruh. 
"Jangan jatuhkan aku lebih dalam Ya Allah, jika dia memang bukan jodohku. Berikanlah kami jalan yang terbaik, tanpa ada yang saling menyakiti. Tapi jika ini memang benar, damaikan hatiku, sabarkan aku. Aku tunduk sepenuhnya pada perintah-Mu".
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review