Rabu, 17 Juli 2013

Un-Gwencana

di Juli 17, 2013 0 komentar
Kata-kata ku berhasil ku jilat. Sesuatu yang selalu ku katakan, bahwa kesembuhanku sudah maksimal. Namun, semuanya saat mood ku sedang baik saja. Setelah ku temukan serpihan-serpihan kenangan yang tertinggal di sini, raga ku kembali memecah menjadi potongan-potongan tak berisi. Bodoh. Benar-benar bodoh. Ku kira saya begitu kuat, dengan modal berbagai motivasi yang ku berikan pada orang lain, semuanya terasa hambar ketika ku pupuk untukku sendiri. Phabo. Noumu noumu Phaboya!!!

Saya sedang tidak baik-baik saja. Saya membenci situasi yang genting dan memaksaku untuk menyerah pada rasa yang tak ku inginkan. Pasrah. Saya melempar semuanya ke titik-titik tangisan bersama embun yang masih mendinginkan tubuh dan pikiranku. Saya ingin melepas semuanya. Membuangnya ke jalan yang panjang. 

Semua gambarmu, seperti laser yang menusuk mataku.
Kali ini saya menangis bukan karena angin meniup mataku hingga perih.
Tapi, saya benar-benar muak dengan  semua yang telah pernah terjadi.
:Izinkanlah saya menginjakmu dalam kurungan kertas ini.
Agar kau bisa ku hancurkan dengan sendiri"

Dan, tetap saja.
Itu tak cukup.
Saya semakin terluka dan sakit.
Karena, bukan ini yang ku inginkan. Hanya duduk bersamamu lagi, yang ku mau.

Saya Sakit.
Saya terluka.


Jumat, 12 Juli 2013

Obsesi

di Juli 12, 2013 0 komentar
Lalu langit pun memberiku sejuta Bintang malam kemarin. Malam ini masih ya, tapi saya enggan untuk melihatnya. Kabut di hatiku serasa memecahkan segala makna yang tersandung indah di benakku. Hujan selalu mengajariku ketenangan demi ketenangan, meski jarang sekali bisa ku dapatkan.

Ada banyak sekali kekalahan demi kekalahan yang terjadi di depan mataku. Semua itu tak kunjung menguatkan mentalku yang rusak. Entah harus bagaimana lagi berembuknya dengan hati, hingga aku sadar kalau aku semakin tertinggal jauh dari apa yang harus ku raih.

Selain kekalahan-kekalahan itu, saya justru lebih takut akan keinginan-keinginan yang ku titis baik-baik dalam angan. Semuanya ku sadur dengan sebaik-baik ketenangan. Lalu, seseorang datang dan menghempaskan kaca yang ku bentuk dari serpihan kemandulan keberhasilan. Aku jatuh dari IMPIAN ku sendiri. Menyembul kegagalan di setiap bidang kehidupan. Hingga aku pun semakin sadar, bukan lagi langit biru. Melainkan gelap segelapnya masa depan yang ingin ku ukir. Bersama angin, bersama kebersamaan yang ku impikan.

Dan, semakin ke sana aku merasakan ketertinggalan yang benar-benar menyesakkan.
Ayah, Ibu, maafkan anakmu yang masih belum Berhasil.
Kakak, maaf. Saya memang belum dewasa.
Adik-adikku, maaf. Saya mungkin memang bukan Panutan.

Tapi, kalian pelangiku.
Ingin ku jadikan kalian Mata Rantai baru-ku dalam persoalan Obsesi.
Sehingga, OBSESI-ku yang berisi jutaan mimpi-mimpi gadis sepertiku, menjadi INGIN MERAIH KEBAHAGIAAN KELUARGA-ku.

Mamak, Bapak, Ridha, Ikhsan, Dila, Maqbul.\

Saya mencintai kalian. Sangat.

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review