Selasa, 30 Agustus 2011

Tak Tahu tentang Perasaan

di Agustus 30, 2011 0 komentar
Ahhh,malam ini benar-benar teriak rasanya.. Kenapa harus memikirkan lagi hal yang harusnya ku kubur. Rasanya benar-benar dilema.. Mengartikan,memaknai sebenarnya apa yang terlewat sejak tadi di pikiran.

Ada sebuah kenangan yang telah dibungkus,membuatku benar-benar mengharapkan kedatangan Masa Yang Terindah yang diriku pun tak tahu kapan.

Tanganku mengayun mengetik beberapa kata yang menjadi kalimat dalam paragraf tapi keningku mengerut karena tak mengerti akan kegundahan sang hati..

Entah dimana kini semangat itu..
Rindu dengan'mu wahai pohon keindahan.. ^^

~ SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA~

di Agustus 30, 2011 0 komentar

Anakku...
Bagaimana kabarmu, apakah kamu baik-baik saja? Di rumah, ibumu juga sehat. Sekarang ini aku sedang memandangi cermin dan fotomu. Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa aku sudah mulai tua. Kerut merut di wajahku sudah semakin banyak dan aku tidak cekatan lagi seperti dulu. Aku sering iri padamu yang selalu ceria, riang, aktif dan penuh dinamika. Akupun pernah mengalami seperti itu dulu.

Anakku...
Ketika menikah dengan ayahmu, aku tidak pernah membayangkan akan mempunyai anak seperti kamu. Sungguh, aku bangga padamu. Setelah engkau besar kini, aku baru sadar betapa kecilnya aku ini, betapa tidak berartinya aku. Engkau lahir dan tumbuh semata-mata karena mukjizat dan rahmat Tuhan belaka.

Tak kuingkari memang akulah yang mengandungmu selama sembilan bulan. Saat itu aku selalu gelisah menanti kelahiranmu. Aku selalu menjaga diriku agar bayi di perutku, yaitu kamu, sehat. Dengan susah payah dan sakit kulahirkan engkau. Aku termasuk beruntung karena tidak harus meninggal untuk melahirkanmu. Aku sampai menitikkan air mata bahagia saat mendengar tangis pertamamu yang lucu.

Engkau ini darah dan dagingku sendiri; engkau tumbuh dari bagian tubuhku namun engkau lahir keluar sebagai manusia yang baru sama sekali. Dalam beberapa hal kamu memang mirip aku tetapi selebihnya engkau sungguh baru.

Sejak kecil kurawat engkau dengan sangat hati-hati dan penuh kasih; engkau lebih kuperhatikan dari pada apapun yang pernah kumiliki. Kusuapi dan kususui engkau dengan air yang mengalir dari dadaku sendiri. Bila engkau menangis kugendong dan kuhibur. Kuberi engkau pakaian dan sepatu dan topi yang cocok untukmu. Tak lupa kubelikan juga mainan yang kau gemari; mobil-mobilan atau boneka-boneka yang lucu. Engkau masih ingat masa kecilmu, kan?

Setiap pagi dan sore kumandikan engkau. Bila kau ngompol atau e’ek di celana atau di popok, dengan sabar kubersihkan dan kuganti dengan yang baru.

Paling sedihlah aku, bila kamu sakit. Memang engkau waktu itu hanya makhluk kecil yang tidak berdaya, yang bisa saja kubuang ke kotak sampah atau ke selokan kalau aku mau. Tapi aku cinta padamu, engkau bagian dari hidupku sendiri. Maka kurawat engkau sungguh-sungguh, kubawa engkau ke dokter, kuusahakan agar kau mendapat vaksinasi dan makanan bergizi.

Anakku...
Pada waktu masih kecil dulu, kamu sering rewel, ngambeg bila tidak diberi uang jajan, atau sulit bila disuruh mandi. Kau ingat betapa manjanya kamu. Setiap kali kau lari ke pangkuanku bila engkau bertengkar dengan kakakmu, bila dimarahi ayah, atau bila dinakali teman-temanmu. Aku menjadi saksi untuk masa kecilmu yang manja, sehingga aku tak sempat lagi mengurus diri atau pergi sesuka hati.


Kini engkau sudah dewasa...
Aku bangga padamu, engkau harapanku. Namun aku sering sedih melihat kelakuanmu; kala engkau bermalas-malasan untuk bangun, kala bermain seharian tak tahu waktu. Hampir-hampir aku menangis bila kuingat betapa sulitnya menyuruhmu belajar, mengerjakan PR, atau mengingatkanmu untuk tidak membolos. Sepertinya kau tidak tahu bahwa ini semua demi kamu sendiri. Sungguh aku tidak bermaksud mau menyengsarakanmu dengan aturan-aturanku. Aku ingin engkau bahagia, bisa hidup pantas di tengah-tengah dunia yang penuh dengan persaingan ini. Kamu harus pandai supaya tidak mati tertelan jamanmu nanti.

Anakku...
Betapa sedihnya aku, ketika aku kau tuduh orang tua kolot, orang tua yang tidak mengikuti jaman, atau orang tua kampungan. Aku ingin dipahami bahwa kalau kusuruh kau bergaul tidak sembarangan, berpakaian yang pantas dan mau menghargai orang lain, adalah sungguh-sungguh supaya kamu menjadi manusia yang bermoral, bukan begajulan yang menghancurkan hidupnya dengan mau hidup sebebas-bebasnya.

Kau lihat betapa banyak teman sebayamu yang sudah harus berhenti sekolah untuk mengasuh anak, betapa banyak teman seusiamu jatuh pada obat bius dan pornografi. Anakku, aku tahu engkaupun tidak ingin menjadi seperti itu.

Sungguh kalau aku keras dalam hal ini karena aku tahu betapa halusnya bujukan setan dan betapa beratnya hidup yang tidak tegas terhadap yang jahat. Aku ingin kau pun memahami itu. Hatiku akan hancur bila sikapmu selalu melawan aku, bila kau selalu menganggap dirimu benar sendiri.

Setiap malam aku berdoa untukmu, tak sekejap pun engkau hilang dari hidupku. Bila aku sedang memasak di dapur, yang kubayangkan adalah kepuasan makanmu dan juga kesehatan tubuhmu. Bila aku ikut membantu bekerja, yang kuinginkan engkau tidak terhambat karena biaya. Bila kubenahi kamarmu yang selalu berantakan yang kuinginkan agar kau krasan di rumah. Bila kubelikan kau baju-baju yang modis, aku ingin kau tidak malu pada teman-temanmu. Dan bila aku merawat kesehatan tubuhku sendiri, aku hanya ingin agar aku dapat lebih lama lagi mendampingi dan menyerahkan hidup kepadamu.

Sekarang ini kamu sudah dewasa, banyak hal sudah dapat kau lakukan sendiri. Lambat laun akan terasa bahwa hidupmu memang menjadi tanggung jawabmu sendiri; tidak ada seorangpun yang dapat menggantikannya termasuk ibumu ini. Mohon jangan kecewakan aku dengan sikap keras kepalamu yang kekanak-kanakkan itu. Aku tidak cemburu kalau kamu sekarang sudah melebihi aku dalam segalanya. Aku malah bangga karena Tuhan sudah berkenan membiarkan aku ikut menyaksikan pembentukkan hidupmu. Seperti sebatang lilin, hidupku sudah meleleh habis… dan sebentar lagi pasti akan padam… untuk menerangi hidupmu, anakku. Kini engkau sendiri sudah mulai menyala, lebih terang dari yang kupunya.

Anakku...
Kalau engkau memang sulit menerima aku yang sering rewel, kolot atau lamban ini, aku mohon paling tidak kamu mau menghormati ayahmu. Sepanjang hari setiap hari selama bertahun-tahun dia bekerja keras untukmu, hingga tubuhnya lemah, hingga kulitnya kerut merut tertimpa banyak penderitaan. Cintanya padamu membuatnya tidak malu untuk bekerja di tempat-tempat yang kotor, membuatnya tahan duduk berjam-jam menangani tugas-tugas yang membosankan, dan membuatnya setia menjagai kita semua.Dia juga hanya ingin agar kita ini berbahagia.

Anakku...
Jangan sia-siakan cintanya. Jarang sekali dia mengeluh kala menghadapi beratnya beban kehidupan, tugas-tugas berat dan tuntutan anak-anaknya. Di hadapan kita, dia selalu tersenyum dan tertawa gembira. Kadang-kadang aku merasa kasihan kepadanya kalau dia tidak bisa pulang seharian, kalau tubuhnya yang sudah kecapaian itu harus dipaksa untuk bekerja lagi. Saya sendiri sering merasa bersalah karena rasanya hanya memperlakukan ayah seperti kuda beban atau sapi perahan. Kita bisa beli ini itu, bisa pergi ke sana kemari atau bermain-main dengan santai di rumah, sementara itu dia hanya puas dengan secangkir kopi dan baju yang itu itu saja, dia juga tidak mempunyai banyak waktu untuk bersantai-santai seperti kita. Sungguh anakku, aku mohon hormatilah ayahmu.

Akhirnya...
Sebagai orang tuamu aku minta maaf kalau selama ini aku kadang-kadang egois, menuntut terlalu berlebihan, kolot dan keras terhadapmu. Maafkan aku bila aku kurang mengerti kebutuhan-kebutuhan dan dunia mudamu. Kadang aku masih menganggapmu seperti anak-anak yang harus kuatur segalanya agar tidak keliru. Maafkan aku anakku, yang membuat banyak kesalahan atau malah menyengsarakanmu, yang tidak dapat mencintai dengan cara yang cocok dengan keinginanmu. Kata maaf darimu adalah hadiah yang paling kutunggu.

Anakku...
Aku sudah kangen kamu. Ingin rasanya kubisikkan aku sayang kamu. Hanya peluk ciumku untukmu.

IBU-MU
=== Salam Sabar ===

Dikutip dari Ruang Hati (Karyanto Boris)

Sepotong Kisah

di Agustus 30, 2011 0 komentar

inilah dia..sahabat lama didunia maya.memutuskan untuk ketemuan,nonton bareng dan buka bersama di TO MTos tepatnya 15 Ramadhan 1432 H atau 15 Agustus 2011. Tapi,alhasil justru meninggallkan film kemudian mencari tempat untuk sholat maghrib...
 kak inchy yang baru pulang KP dan aku yang baru selesai kuliah tak ada kata lelah menmecah jalan menuju tempat persinggahan..jiyahahaha..sembarangan sajja..!!! 
Hmmm...ternyata stelah sholat maghrib malah nyempat-nyempatin foto-foto sejenak..hahahaha...


Beberapa jemperetannya memang terbilang bagus tapi selebihnya agak kabur gitu...!
Rasanya lucu sekali.. baru ketemu langsung akrab..ckckckck.. Mungkin Memang indah skali persahabatan itu maka tak ayal ketika perkenalan itu baru terjadi tak dapat dipungkiri kalau akhirnya menjadi suatu persahabatan yang sangat indahh...!!!



Kekompakan yang menghasilkan gambar yang maniss...!!!
kangen skali menanti saat-saat seperti ini...


Parkiran pun menjadi tempat foto-foto terkahir sebelum akhirnyaa berpisahh...hehehehe

Senin, 29 Agustus 2011

Tidak Pedulianku

di Agustus 29, 2011 0 komentar
Kini benar-benar saya tidak peduli lagi apa itu rasa.  Saya hanya memegang kata-kata mu saja.
serahkan pada Allah.kita ikuti bagaimana skenarioNya..!!!
Yaa,kita ikuti bagaimna skenarioNya dan kita lihat bagaimana nantinya.
Tapi toh juga kenapa saya hanya merasa sendirian sekarang?
Saya merasa seolah harapanku berdiri sendiri.
Ntahlah,apa yang ada dihatiku saat ini.
Mungkin Benar,inilah ketidak pedulianku sekarang.
menyerahkan saja sama yang di Atas..
Mungkin sebentar saja ku berharap sisanya ku singsingkan kembali karena takut berharap lebih.

Minggu, 28 Agustus 2011

...ajari aku...

di Agustus 28, 2011 0 komentar
sementara ini masih ku terdiam dengan segunung pemikiran konyol yang ku dapat dari keseharianku.
sudah barang tentu meninggalkan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan itu sangat susah.tapi,lebih baik memang meninggalkannya sebelum semunya hanya menjadi ranjau untuk masa depan.
detik ketika ku tepat duduk dibelakangmu,ku mengerti waktu sekarang betapa berharga waktu itu yang takkan mungkin sanggup ku kembalikan lagi.
kenapa tak ku sampaikan pada angin waktu itu,jika benar maka jadikanlah nyata tapi jika memang hanya lidahku yang mengatakan 'ya' maka layukanlah sesuai dengan dentingan jam...

sembari ku tanamkan segala harapan itu ku ingin pula menanam di halamannya agar ia benar-benar sadar kalau Allah mempertemukan pasti karena Allah menyisipkan hikmahNYA untukku belajar darimu.
ajari aku bagaimana menguatkan hati.!
ajari aku bagaimana menahan tiap kegalauan.!
ajari aku bagaimana menutup telinga dengan cemohan orang.!
ajari aku bagaimana menyembunyikan kekaguman.!
ajari aku pula bagaimana diam terus untuk melewati jembatan yang tak kuat ini..!!!

segalanya nampak bgitu mudah,mengatakannya juga segampang mencabut daun di ranting pohon,tapi sakitnya hampir sama dengan mengiris kulit dengan pisau..!!!

bukan lebay,tapi inilah sebenarbenarnya kata...
inilah sebenar-benarnya siksaan yang sebelumnya tak pernah di rasakan..
tetapkan ingatkan aku,walaupun saya belum mampu mengajari dan mengingatkanmu pula ketika kau "terlalu dekat dan terlalu jauh" 


-_-

Selasa, 02 Agustus 2011

Simpanan Terdalam

di Agustus 02, 2011 0 komentar
Hari ini...
Bulan Ramadhan yang penuh berkah..saya menikmati sebuah kecintaan terhadap apa yang Allah berikan padaku.saya sangat mencintai Bulan ini.Bulan yang selalu membuatku rindu.

Tapi,di bulan ini pula saya harus menyimpan suatu kata terindah yang mungkin tak akan pernah ada yang mampu mengerti maknanya.sya sangat bangga bisa memilikinya.bisa merasakannya.bisa melewatinya meskipun ia takkan pernah tahu.
kebahagiaanku sungguh tak ternilai ketika ku dengar suatu kata yang ku harapkan sekali sedari kemarin.ia mengubah racun yang ku hisap di sebuah taman yang kelihatannya sangat indah tapi ternyata busuknya seperti ingin merobek kerongkongan..

Ahh..andai saja pelangi itu sadar betapa rindunya aku dengannya..ingin sekali lagi menghabiskan hari yang selalu mengagungkan Asma Allah.
Malam yang menjadi persinggahan terbatas untukku yang untuk pertama kalinya pula ku sadari betapa aku telah menanti rasa ku yang telah lama ku dambakan.

Mengapa tak ia sadari?? atau ia juga tahu tak memaknai???
Ahh,ntahlah..
Hanya saja ku ingin pelangi itu tahu bahwa singgahannya telah ku buat jika suatu saat nanti ia ingin ke tempat yang ku namai dengan "simpanan terdalam"..


Sampai Ketemu Sinarku,Penyempurnaku..

Di akhir ramadhan aku akan kembali menggelar reunian hatiku,insya Allah..!!!
Tunggu aku,jika kau benar-benar akan duduk bersamaku hingga kita mampu JannahNYA. Amin amin amin Ya Robb...!!!
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review