Jumat, 01 November 2013

Karena Saya Ada

di November 01, 2013 0 komentar
Kini ia sudah berusia 23 Tahun. Tumbuh menjadi laki-laki yang dewasa. Siapa sangka dia menjadi seorang laki-laki dengan proses lingkungan yang membentuknya tanpa bantuan seorang laki-laki Mulia yang membawanya mengenal DUNIA. Ayahnya. Yah, benar. Dia besar dan tumbuh tanpa Ayah. Tapi, dia tetaplah menjadi laki-laki seperti Ayahnya meski belum menjadi seorang Ayah. 

Kalau dia mempunyai 2 Tuhan, maka yang ke-2 itu adalah Ibunya. Ibu yang merawatnya, sejak ia lahir dan semakin tertatih merawatnya, sejak suaminya meninggal dunia di saat anaknya, masih berusia 5 Tahun. Anaknya, laki-laki muda itu, masih terlalu kecil, masih belum tahu bagaimana itu kehilangan. Masih belum bisa menangis karena sadar akan beratnya beban sang Ibu harus merawatnya sendiri. Masih belum mampu menopang keletihan dan beratnya kehidupan seorang Wanita yang baru saja menjadi Ibu, dan kini telah menjadi seorang Janda, dan laki-laki muda itu masih tidak tahu bagaimana semua itu.

Kewajiban seorang suami dalam mencari nafkah, adalah salah satu jalan jihad. Berjuang demi anak dan istri, lillahi ta'ala. Saking beratnya kewajiban itu, Arsy-Nya bergetar saat Ijab Qabul di lakukan. Jelas saja banyak orang yang mengatakan "Nikah tuh gak gampaaang". Gak asal membawa anaknya orang menjadi istrinya saja, tapi juga semua yang ada dan yang akan di lakukan si istri akan menjadi tanggung jawab sang suami. Ketika si Istri meninggalkan segala kenikmatan yang ada di rumahnya dulu, ketika bersama orang tuanya, dia tinggalkan, dan berjuang memulai kehidupan yang baru, bersama Imam barunya, bersama laki-laki yang akan menentukannya masuk ke dalam surga atau Neraka.

Perempuan muda itu tak menyangka bahwa penantiannya sebagai Istri yang baik di rumah, mengurus segala sesuatunya, menyiapkan segala sesuatunya, harus di lalui sendiri, esoknya, tanpa suami lagi. Setelah sebelumnya dokter berusaha menyelamatkan nyawa suami-nya, namun Allah masih jauh lebih menyayanginya.

Perempuan mana yang ingin Janda? Tidak ada. Siapapun perempuan itu, sekuat apapun dia, tidak akan pernah mau dia menjadi seorang Janda. But, life must go on. Anak itu, dia adalah titipan. Bertahan adalah pilihan yang paling pas meski ia sadar, ini tak akan mudah. Teringat kembali, saat suaminya dulu meminangnya, dengan berani melakukan Ijab Qabul, dan semuanya selesai, tugasnya kini tuntas menjadi seorang Istri yang ia rasakan masih sangat sebentar. Namun, menjadi seorang Ibu masih berlanjut. Hingga kini. Dan, kini anak laki-laki itu sudah mampu menceritakan kisah Ibu-nya, kisah diri-nya yang dulunya tak tahu apa-apa saat ayahnya wafat. Semuanya berjalan seperti waktu yang tak pernah berhenti berdetak. Allah mendekapnya dalam kesibukan-kesibukannya sebagai laki-laki muda, tanpa terasa hingga usianya kini 23 Tahun. Sudah lebih dari 18 Tahun, ia melihat Ibu-nya sebagai wanita super dan membayangkan wajah ayah-nya yang bertanggung jawab.

"Kenapa Ibu-mu begitu kuat menjalani semuanya sendirian?" Kata salah seorang temannya.
"Jawabannya simple. KARENA SAYA ADA".


28 Oktober 2013


Selasa, 24 September 2013

TITIK

di September 24, 2013 4 komentar
Sebuah pertarungan selama 6 Tahun selama ini, seperti pecah dalam 1 kali pukulan. Saya tidak akan bertanya lagi kenapa dan kenapa. Saya menerimanya dengan seluruh kepasrahan dan keikhlasan saya. Saya menerima semuanya dan percaya akan ada Matahari setelah Musim Hujan ini. Saya terima semuanya dengan segala kerendahan hati saya. Saya menerima semuanya meski semuanya adalah kesalahan.

Saya mengaku salah.
Tidak memperjelas lagi saat kita tengah berada dalam perjalanan jauh.
Saya tidak menguatkanmu saat saya semakin yakin denganmu di tempat yang jauh itu.

Alasannya,
Karena saya terlalu percaya padamu.
Saya terlalu meyakini pribadimu yang memukauku.

Dan,
itulah kebodohanku. 
itulah kekeliruanku.
itulah ketidaktelitianku.

Tapi, kamu adalah MIMPI BURUK ku.
Saya harus melepaskanmu jauh-jauh.
Agar saya bisa melanjutkan kehidupanku.

Terima kasih untuk 6 Tahun ini.
Dan MAAF karena saya masih belum bisa membuatmu percaya.
Bukan salahmu memilih arah lain.
Salahku yang tak memberitahumu bahwa saya masih mengikuti jejakmu.

Saya pergi.
Kamu juga harus pergi.
Kita sama-sama pergi dari rumah impian kita sejak 2007 lalu.
Kita hancurkan dan kita bangun mimpi kita masing-masing.

Jaga dia yang menyayangimu.
Tak usah risau, karena saya akan baik-baik saja.

24 September 2013
Pukul 20.00

Bendera Putih di Septemberku berkibar.
Pergilah.
Pergilah.
Cari Keabadianmu yang lain.

Selamat Jalan, Edelweis-ku.
 

Senin, 23 September 2013

Diriku saat 2007 itu

di September 23, 2013 0 komentar
Siang yang seperti biasa
Kondisi menerpa pada 1 situasi
Mata ku menampakkan kepolosan
Dan,
Matanya memberikan kegamangan

Kamu siapa?
Berani masuk dalam pusaran waktuku di detik itu?
Kamu itu lancang
Membuatku jatuh dalam permintaan yang tak sederhana

Saat semuanya masih nampak abu-abu
Keluguan menjadi alasan
Keputusan untuk mengatakan YA
Padahal sejujurnya, Ya, Aku Ragu

Sejak saat itu, kisah tentang nama kamu di mulai... Selamat Ulang Tahun!!!
Semoga hadiah dari ku, bisa membuatmu tersenyum.
Kataku, padamu, ketika itu

15 Juni 2007

Minggu, 22 September 2013

Edelweisku, Tak Abadi

di September 22, 2013 5 komentar
Saya yang begitu percaya akan keabadian Edelweis ini
Saya yang begitu percaya akan kekuatan Alam pada Edelweis ini
Saya yang begitu percaya akan semangat diri Edelweis ini

Ternyata,

Saya menjadi bodoh karena Edelweis ini
Saya menjadi layu karena Edelweis ini
Saya menjadi 0 karena Edelweis ini

Kenapa?

Salah karena saya diam
Salah karena saya percaya pada Sabda Buku
Salah karena saya jauh dari kabarmu


Kau, Edelweisku. Ternyata tak abadi. Iya, kamu tak abadi. Kamu hanyalah angan separuh jagad. Kamu bukanlah yang di ciptakan mengisi sela jariku  hingga ajalku tercabut. Kamu bukanlah keabadianku. Kamu hanya sekedar fantasi menarik dalam diary biru ku. Kamu, bukanlah tercipta untukku.
Edelweisku,
Edelweisku,
Edelweisku,
Saya akan benar-benar membunuhmu.
Bahkan jika batu masih menguatkanmu, saya akan menghancurkan batu itu.
Bahkan jika aku pun ikut hancur lebur dalam kondisi ini.

Selamat Tinggal.
Edelweis Terakhir ku.


22 September 2013

Minggu, 15 September 2013

September Berduka

di September 15, 2013 0 komentar
Sepetember Ceria?
Itu cuma lagu saja. Saat ini saya nda sependapat sama lagu. Saya nda mau nyanyikan lagu itu lagi padahal dia masukmi dalam list favorite song ku di hape. Tapi itu, dulu. Sekarang nggak!
September ini saya dan orang-orang terdekat saya di minta untuk mempersiapkan diri lebih matang dari contoh real yang Allah kasi ke kami.

5 September 2013.

Guruku, Ustadsku. :(
Kembalinya di sisi-Nya adalah luka yang di torehkan untuk kami anak didiknya. Anak-anak yang di bimbingnya dengan setulus-tulusnya untuk kebaikan kami. Jasa-jasa yang tak bisa di hitung membuat kami iri sekali dengan kematiannya yang betul khusnul khotimah insya Allah.
Hanya 3 hari Beliau membuat kami khawatir. Kronologisnya adalah saat Beliau hendak menghadiri sebuah pengajian rutin di Al-Markas.
Saat itu beliau sedang mengalami musibah dengan sakitnya Sang Mertua dan harus di Opname di RS Awal Bros. Kak Ana (Istri Beliau) juga sedang menunggu ayahnya di RS. Di rumah, Ustads bersama kak Farida siap-siap di mana sebelum mandi beliau membaca kembali kitabnya. Keluar dari kamar mandi, beliau sudah harum, bersih, segar, kukunya sudah bersih, sudah wudhu pula, tiba-tiba beliau merasa kepalanya sakit. Namun beliau lagi dan lagi tidak mengeluh. Hanya langsung muntah di depan kamar mandi. Kak farida cepat-cepat mengambil ember untuk beliau. Nyaris penuh ember itu dengan muntahannya. Setelah itu Ustads Sanusi mengucapkan "Laailahaa illallah" dan PINGSAN. 
Di bawalah beliau ke RS Salewangan sebelum di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.
Pukul 07.15 Kamis Pagi, Beliau kembali ke Pemiliknya dengan senyum yang selalu dia bawa kemana-kemana hingga akhir usianya. T_T
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Maros kami telah berpulang ke Allah. Maros berduka. DDI Berduka. Selamat Jalan, Ustads. :(






Dan, inilah kegiatan kami bersama untuk yang terakhir kalinya. Sebelum Beliau meninggalkan kami dengan ilmu yang tak ikut beliau tinggalkan di sini.


Selamat Jalan, Ustads. :(

8 September 2013

DDI kembali berkabung. Awan kelabu kembali menaungi kami. Murid-murid yang tertinggal hanya kenangan dan ilmu. Guru Besar kami, AG. KH. Prof. Dr. Muiz Kabry, juga kembali di sisi-Nya 3 hari setelah Ustads Sanusi. Luka kami belum sembuh. Kesedihan kami belum juga kering, tapi Allah jualah yang jauh lebih menyayangi beliau dari kami. Selamat Jalan Kyai. Tetapki sirami kami barakka'na ilmu'ta. T_T

Tak banyak foto yang bisa kami ambil karena desakan manusia memadati Ponpes Al-Badar Pare-pare melepas kepergian Guru'ta. Selamat Jalan, Gurutta. :(

14 September 2013

Kakekkkkk.. Saya sayangki.... :'(

Jangki pergi.... Jangki pergi...
Astaghfirullah.. :'(

Setelah sadar dan di sadarkan saya jauh lebih baik. Dengan ikhlas saya berani mengucapkan Selamat Jalan Kakek. Ku kecup keningnya yang basah karena keringat. Ku cium pipinya. Ku benamkan wajahku di kain penutup tubuhnya yang kaku. Hanya 1 yang ku sesali saat ini adaah dengan belum ku berikan jawaban pada kakek tentang permintaannya yang teramat sangat untukku. Bukan karena saya belum siap tapi memang saya belum pernah memikirkannya dengan serius. Maafkanka kakek. Maafkanka. :'(







Dan, septemberku benar-benar BERDUKA. Bendera putih berkibar  berkali-kali.

Selamat Jalan orang-orang yang ku sayangi. Ku cintai. Do'akan saya biar bisa segera menyusul kalian dengan sebaik-baik kematian juga. :'( Untuk kakekku sayang, Selamat Jalan. Saya syaang ki. Syaaaaaang skali. Sangat sangat sangat sangat sayaaaang. :'(

Rabu, 14 Agustus 2013

Jodoh Pasti Menemukan Jalannya

di Agustus 14, 2013 0 komentar
Banyak sekali cerita-cerita manis yang di ceritakan orang lain tentang pernikahan. Baik itu langsung tentang pernikahan mereka masing-masing, mahupun tentang pernikahan keluarga dan temannya. Segala hal yang terkait dengan pernikahan pastinya indah. Itu yang bisa ku simpulkan. Baik yang di jodohkan, mahupun dengan pilihan hatinya sendiri, pernikahan tetap sumber kebahagiaan nomor 1 di dunia. Karena berbicara tentang pernikahan, maka tak lain dan tak bukan kita akan terbawa bersama gulungan cerita tentang CINTA.
Ada 1 kisah Cinta yang ingin ku bagi saat ini. Semoga ini bisa menjadikanku dan kita tetap baik-baik dalam menjemput jodoh.

«╬♥ℐ ĹŐVΞ ŶŐÚ♥╬«

"Assalamu alaikum, Dek" 
"Waalaikumsalam kak, Apa kabar?"
"Baik..baik..ehh, kakak mau nanya, sekarang udah semester berapa?"
"Udah semester 7 kak, kenapa?"
"Kamu udah mau nikah belum? Aku mo ngenalin kamu sama seseorang. Temanku. Dia baik loh dan saya jamin kalian akan cocok"
"Apaan sih kak. Kok tiba-tiba gini?"
"Jawab aja dulu. Mau nikah gak?"
"Ya mauu.. tapi..."
"Ya udah..intinya kamu mau nikah kan? Okkee" *Tut..tut..tut..!!
"Ehhhh?"

Begitulah kurang lebih awal mula jalan jodohnya mendapatkan celah menuju arah yang benar. Sari yang masih begitu muda, status mahasiswi yang masih tertera di KTP-nya, masih bingung dengan arah pembicaraan sepupunya. Namun, dia tak sempat mengambil pusing apalagi untuk penasaran dengan sepupunya itu. Pikirannya terlalu terkuras dengan PPL-nya yang harus segera ia kejar. Ini sudah terlalu terlambat untuk PPL, apalagi di saat teman-temannya sudah KKN. 

Sepupunya kembali sms, katanya ada temannya dari Jakarta yang mau jalan ke tempat wisata Malino, Sulawesi Selatan, daerah Sari berasal. Sari-pun mengiyakan kalau akan membantunya. Namun, saat Sari tahu kalau teman sepupunya itu adalah ikhwan maka di batalkanlah untuk menemaninya. Sementara si ikhwan itu sudah terlanjur ada di Malino. Entah bagaimana nasibnya di Kota yang asing itu, Sari tak mahu ambil pusing. Baginya, menjaga diri lebih baik dari pada menemani orang yang bukan mahramnya.

Di saat kesibukan-kesibukannya di PPL, ayahnya nelpon. Memberikannya kabar kalau dia di lamar seseorang. Dia pun ingat pesan seniornya waktu itu, "akan lebih baik jika kita nikah sebelum berangkat KKN di karenakan KKN itu godaannya berat. Sudah ada beberapa akhwat yang kalah langkah di KKN. Pergi aman, pulang malah pacaran". Sari pun merasa harus menjaga diri lebih baik. Namun kalau untuk menikah? Rasanya ini terlalu cepat. Masih ada banyak hal yang harus dia kerjakan, maka di berikanlah segala keputusaanya pada ayahnya. Dia hanya percaya kalau ayahnya pasti akan memilihkannya yang terbaik. 
"Kamu yakin nak?" Tanya ayah-nya.
"Kalau menurut ayah dia laki-laki yang baik ya terima saja. Sari ikut sama keputusan ayah sepenuhnya"
"Baiklah. Apa perlu ayah kirimkan fotonya ke kamu?"
"Gak perlu yah" Katanya mantap.
Sementara di rumahnya, keluarganya sedang membicarakan kesepakatan untuk acara resepsi nantinya. Sang laki-laki yang melamarnya itu adalah orang yang sama sekali tak Sari kenali. Bahkan tahu tentangnya pun tidak. Tahu asalnya pun demikian ia tak tahu. Laki-laki pun demikian tak tahu, Sari itu bagaimana? Cantikkah dia? Pintarkah dia? Tinggi? Putih? Atau bagaimana? Semuanya menjadi pertanyaan yang tak membuatnya ragu untuk melamar Sari. Di hadapan orang tua Sari, dan Ustads yang di percayakannya menemaninya melamar Sari di karenakan orang tuanya terlalu jauh untuk datang melamarkan Sari untuk anaknnya, dia mengatakan kalau dia ingin membuat pernikahan yang sederhana saja. 
"Tak banyak uang yang saya miliki Pak untuk membuat pesta yang besar. Dan, setahu saya itu juga bagian dari ajaran jahiliyah jika terlalu mewah dan dengan segala rentetan acara pernikahan yang terlalu memboroskan uang dan tenaga" dia menjelaskan dengan pelan-pelan pada calon mertuanya. 
"Jangan khawatir. Kami sekeluarga juga tak mempersoalkannya. Saya yakin Sari-pun demikian tak menginginkannya" Jawab sang Ayah. Maka setelah ayah dan ibu serta sang laki-laki ini sepakat, resepsi pernikahan akan di laksanakan bulan Januari karena setelah itu Sari sudah harus berangkat KKN.
Sebuah komentar dari salah 1 tante Sari menggoyahkan kemantapan sang Ibu.
"Rendah amat sih Uang yang di pake ngelamar Sari? Jangan di terima. Jangan" Dia mencoba mempengaruhi Ibu-nya Sari.
Namun entah dari mana kekuatannya, Sang Ibu menjawab, "Mungkin iyya dari segi dana sedikit, dan mungkin juga akan ada yang datang melamar anak saya dengan menawarkan mahar yang lebih mahal. Namun, saya tidak bisa menjamin, akan ada yang datang yang jauh lebih baik dari laki-laki seperti dia. Saya percaya kalau Allah itu adil". Dan, semuanya pun bungkam dengan ketidak setujuan yang di pendam.
H-3 pun tiba. Handphone bergetar dari dalam tas.
"Assalamu alaikum" Jawab Sari
"Walaikumsalam.. Kamu kapan pulang nak? Ngapain aja sih di Makassar? Pulang hari ini ya?"
"Maaf Bu, gak bisa. Saya harus nyelesaiin PPL saya hari ini. Kalau nggak bakalan nunda lagi. Saya ngejar deadline. Sebelum KKN semuanya harus udah rampung"
"Kamu nih gimana sih? Gimana kalo ada apa-apa? Pernikahan kamu tuh lusa nak. Pulang ya. Pakk (sambil memanggil suaminya) minta anakmu nih pulang dong"
Dari seberang telpon terdengar samar-samar suara ayah-nya menjawab dengan tenang,
"Gak usah pulang nak. Selesaiin aja semuanya urusan kampusmu. Jangan takut kalo ada apa-apa, Allah tuh udah nyiapin rencana yang adil dan indah. Jangan takut".
Sesaat semua ketakutan Sari musnah berganti dengan keyakinannya pada rencana Allah yang lebih baik.
Sehari sebelum aqad nikah-nya, Sari baru berangkat meninggalkan kost-annya menuju kampung halamannya "MALINO".
Dan, resmilah mereka menjadi suami istri. Pertemuan pertama di aqad nikah yang berlangsung dengan sangat sederhana. Namun, kebahagiaan tak sedikit yang berkurang. Januari yang sedang di landa musim hujan itu memperlihatkan Kuasa Pemilik-Nya. Hari pernikahan mereka berlangsung lancar karena matahari sedang terik-teriknya bersinar cerah. Bukti kalau Allah pasti akan membantu. 3 hari setelah aqad nikah, Sari dan suaminya harus berpisah tempat. Sari harus berangkat KKN dan suaminya harus kembali ke jakarta karena pekerjaannya menunggu. 
Di posko KKN, Sari menjalani hari-harinya dengan damai. Teman-teman KKNnya menjaganya dengan baik. Tanpa ada gangguan lagi dari laki-laki yang ia takutkan karena semuanya sudah tahu kalau dia sudah menikah. Namun, siapa yang sangka di sudut kota bear lain, di Jakarta sana, suaminya sakit, menahan gejolak rindu yang baru kali itu ia rasakan. Semuanya baru dia ungkapkan ke istrinya 4 bulan setelah itu. Setelah Sari sudah menyelesaikan pendidikannya.
"Saat kembali dari Malino itu, seminggu lebih kakak terbaring lemah di sini. Menahan rindu sendirian. Rindu yang baru kali ini kakak rasakan" Suaminya menjelaskan.
"Hahaha..mana saya tahu kalau kakak rindu sama saya" Jawab Sari dengan tanpa rasa bersalah dan menggoda suaminya.
"Dasar snow queen" Sembari mencubit hidung istri yang usianya 10 Tahun di bawahnya itu.
"Kamu tahu nggak, kalau orang yang dulunya di minta sepupu kamu untuk kamu temanin jalan ke Malino itu aku" 
"Hah? Masa sih kak? Kok bisa?"
"iyya, aku juga baru tahu dari sepupumu itu. Saat aku tahu kalau akhwat yang akan nemenin aku, buru-buru aku batalin ke sepupumu itu. Gak nyangka, kalau ternyata orang itu kamu."
"Apa maksudnya dia ngerencanain itu ya kak?"
"Apalagi kalau bukan untuk bantuin kita? Kan memang dari dulu dia yang pengen kita jodoh"
"Hahaha..dassarr.. Usahanya gagal total dong? Kasian. Tapi hikmahnya yah itu, kita gak bakalan sama-sama sekarang soalnya saya gak mahu nikah sama orang yang saya kenal" Jawab Sari tegas.
"Samaaa.. " Dan tawa mereka pecah. 

Sari kembali teringat pertanyaan teman KKNnya, "Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik itu yang kayak gimana kak?"
"Yah, yang menjaga dirinya. Jangan minta sama Allah di kasi yang baik-baik kalau kita juga gak bisa menjadi orang yang baik. Minta suami yang gak pacaran, tapi kita malah gonta-ganti pacar. Sama aja bohong" Jawab Sari.
"Kakak percaya aja gitu sama semua teori itu?" Tanya teman KKN-nya yang lain.
"Saya percaya karena saya sendiri yang membuktikannya".

Dan, kini Sari semakin yakin. Kalau Jodoh Pasti akan menemukan Jalannya sendiri. Ketika kamu melangkah maju, jodohpun demikian. Jika kamu berjalan dengan baik-baik, jodohpun pasti akan melakukan hal yang sama. Intinya, JODOH itu tak jauh dari dirimu sendiri. Dan, Sari sendiri yang membuktikannya sendiri.

*Terima Kasih Kak Sari Wahyuni atas kisahnya*


Sabtu, 10 Agustus 2013

Happy 'Ied Mubaraq 1434 H

di Agustus 10, 2013 0 komentar
Setelah sebulan menjalani kewajiban berpuasa, maka Hari Kemenangan pun TIBA. :)
Hari kemenangan Umat Islam, kemenangan kami.
Ku usirko setang, bahagiaka inee hari gang.. Sana-sana ko deggg.. Jangko gangguiii ka lagi nah. Mumpung habismi ku upgrade IMAN ku ca'.. Lagi segar-segarnya ka menikmati indahnya Agama ku. Jadi, please.. Tolong nahh.. Sana-sanako.. :P

Ahhh, Ramadhan wahai Ramadhan.
Cepat sekali kepergianmu. Menusuk segala waktu kami yang tak kami gunakan dengan Baik. Jangan jadikan ini pertemuan terakhir kita. Jadikanlah ini Bulan penantian untuk raga-raga kami yang masih saja jauh dari kata sempurna dalam hal Ibadah, meskipun, dan meskipun, itu tidak akan pernah SEMPURNA.

Untuk segala kesalahan-kesalahan kami, salahku, semua kekhilafanku, MAAFKANLAH saya. :)

Happy 'Ied Mubarak.. :)








Di bawah langit yang cerah dan membiru, semua hamba Allah, yang mencari Ridho-Nya, berkumpul mengumandangkan Takbir. Memecahkan segala keheningan pagi yang biasanya di habiskan dengan kesibukan dengan kesibukan duniawi.

Happy 'Ied Mubarak.. :)








Happy 'Ied Mubarak.. See You Next Year.. :) Aamiin Allahumma Aamiin.. :) Maapin salah2 ane ya agan-agan.. ^___^ Minal Aidin Wal Faidsin.. :)

Finally of "Ramadhan"

di Agustus 10, 2013 0 komentar
Long time no writing.
Kali ini tanganku gatal mengetik. Selama Ramadhan ada banyak cerita yang ingin sekali ku bagi. Namun, baru sempat mengabadikannya di akhir Ramadhan. 
Alhamdulillah wa syukurillah, terima kasih Robb atas segala kenikmatanMu kepada ku, kepada keluargaku, sehingga kami sekeluarga bisa kembali bersama-sama  menjemput Hilal-Mu di sisi sang Lautan kembali. Menikmati hempasan angin laut yang menyapu lembut keletihan kami, membelai pipiku yang semakin kurus karena sakit, dan ku rasakan nikmatMu melalui suara air laut yang menenangkanku.







Di sinilah, setiap tahun kami melihat Matahari. Para gabungan Pemerintah Departemen Agama akan melihat apakah Hilal sudah terlihat guna menentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Tahun demi tahun pula saya dan adik-adikku ikut Bapak, untuk ikut melihat, atau hanya sekedar untuk menikmati Lautan lepas. Mengajarkan kami lagi akan ke-Maha Kuasaan Tuhan.










Beberapa kali mengikuti kegiatan seperti ini, namun masih saja memiliki kelemahan untuk memahami proses melihat hilal dengan metode Rukyah tersebut. Setiap pribadi memang memiliki masing-masing kelebihan yang Tuhan berikan, dan sepertinya saya bukan salah 1-nya *ngehhh!!!

Daaaaann, saya masih saja senang mengikutinya. Meski masih saja saya gagal memahaminya. :D






Dan, inilah Buka Puasa terakhir kami. Dengan segelas 'Teh Gelas', dahaga pun lepasssss... Melepas Ramadhan dengan harapan, ini bukanlah Ramadhan terakhir kami. Aamiin Ya Allah.



Rabu, 17 Juli 2013

Un-Gwencana

di Juli 17, 2013 0 komentar
Kata-kata ku berhasil ku jilat. Sesuatu yang selalu ku katakan, bahwa kesembuhanku sudah maksimal. Namun, semuanya saat mood ku sedang baik saja. Setelah ku temukan serpihan-serpihan kenangan yang tertinggal di sini, raga ku kembali memecah menjadi potongan-potongan tak berisi. Bodoh. Benar-benar bodoh. Ku kira saya begitu kuat, dengan modal berbagai motivasi yang ku berikan pada orang lain, semuanya terasa hambar ketika ku pupuk untukku sendiri. Phabo. Noumu noumu Phaboya!!!

Saya sedang tidak baik-baik saja. Saya membenci situasi yang genting dan memaksaku untuk menyerah pada rasa yang tak ku inginkan. Pasrah. Saya melempar semuanya ke titik-titik tangisan bersama embun yang masih mendinginkan tubuh dan pikiranku. Saya ingin melepas semuanya. Membuangnya ke jalan yang panjang. 

Semua gambarmu, seperti laser yang menusuk mataku.
Kali ini saya menangis bukan karena angin meniup mataku hingga perih.
Tapi, saya benar-benar muak dengan  semua yang telah pernah terjadi.
:Izinkanlah saya menginjakmu dalam kurungan kertas ini.
Agar kau bisa ku hancurkan dengan sendiri"

Dan, tetap saja.
Itu tak cukup.
Saya semakin terluka dan sakit.
Karena, bukan ini yang ku inginkan. Hanya duduk bersamamu lagi, yang ku mau.

Saya Sakit.
Saya terluka.


Jumat, 12 Juli 2013

Obsesi

di Juli 12, 2013 0 komentar
Lalu langit pun memberiku sejuta Bintang malam kemarin. Malam ini masih ya, tapi saya enggan untuk melihatnya. Kabut di hatiku serasa memecahkan segala makna yang tersandung indah di benakku. Hujan selalu mengajariku ketenangan demi ketenangan, meski jarang sekali bisa ku dapatkan.

Ada banyak sekali kekalahan demi kekalahan yang terjadi di depan mataku. Semua itu tak kunjung menguatkan mentalku yang rusak. Entah harus bagaimana lagi berembuknya dengan hati, hingga aku sadar kalau aku semakin tertinggal jauh dari apa yang harus ku raih.

Selain kekalahan-kekalahan itu, saya justru lebih takut akan keinginan-keinginan yang ku titis baik-baik dalam angan. Semuanya ku sadur dengan sebaik-baik ketenangan. Lalu, seseorang datang dan menghempaskan kaca yang ku bentuk dari serpihan kemandulan keberhasilan. Aku jatuh dari IMPIAN ku sendiri. Menyembul kegagalan di setiap bidang kehidupan. Hingga aku pun semakin sadar, bukan lagi langit biru. Melainkan gelap segelapnya masa depan yang ingin ku ukir. Bersama angin, bersama kebersamaan yang ku impikan.

Dan, semakin ke sana aku merasakan ketertinggalan yang benar-benar menyesakkan.
Ayah, Ibu, maafkan anakmu yang masih belum Berhasil.
Kakak, maaf. Saya memang belum dewasa.
Adik-adikku, maaf. Saya mungkin memang bukan Panutan.

Tapi, kalian pelangiku.
Ingin ku jadikan kalian Mata Rantai baru-ku dalam persoalan Obsesi.
Sehingga, OBSESI-ku yang berisi jutaan mimpi-mimpi gadis sepertiku, menjadi INGIN MERAIH KEBAHAGIAAN KELUARGA-ku.

Mamak, Bapak, Ridha, Ikhsan, Dila, Maqbul.\

Saya mencintai kalian. Sangat.

Sabtu, 29 Juni 2013

Seperti Yang Tertulis dalam Lirik

di Juni 29, 2013 1 komentar
Terlahir sebagai anak perempuan, saya sadar betul akan masa di mana kelak saya akan mengikuti seseorang di depanku, yang bertindak sebagai Imamku. Ya, dia adalah suamiku.
Siapa dia, saya sendiri tidak tahu. Entah dia temanku, sahabatku, temannya temanku, temannya mereka, seniorku, junioku, keluarga jauhku, ataukah orang yang tak ku kenali sama sekali.

Usiaku kini menanjak menuju 22 Tahun. Di usia ini, remaja-remaja masih asyik menikmati masa transisi. Masih suka hang out, going to everywhere that they're like that! Tapi, saya masih saja Ulfa yang tak sebebas merpati *Pinjam Judul Lagunya Kahitna, Haha.

Setelah meraih gelar S.Pd, saya tentu saja terpikir akan planing kedepannya kek gimana lagi. Pengennya pastinya lanjut S2, mumpung otakku masih  mampu bekerja. Namun, tanggung jawab sama negara harus tetap di laksanakan. Rencana lanjut di Jogja sepertinya harus saya pupuskan sejenak, ngajar kini adalah tujuan utamaku.

Tapi, yang bikin saya #nyesek beberapa waktu ini ketika adik-adik sepupu saya MENIKAH duluan dari saya yang udah kepala 2. Giukkkk!!! Ini cubitan mas bro. :( Saya kapan? 
Wajar dan manusiawi kali ya kalau saya merasakan itu. Saya juga mau menikah. :D
Bersama dengan orang yang akan menjadikanku Sahabatnya di setiap ia ingin bercerita. Menjadikanku Ratu di saat dia ingin memberikan cinta yang telah ada sejak lahir di dalam dirinya. Menjadikanku lemah saat dia ingin menunjukkan diri bahwa dia bisa menjagaku sebagai perempuan. Taaaaapi, itu terlalu sempurna pemirsa. Hahahaha. Wajarlah saya memimpikan laki-laki seperti itu. Tapi, dunia nyata ini tak semua di lengkapi dengan kesempurnaan gemerlap kehidupan. Realistis menjadi alasan mengapa saya tak terlalu menginginkan yang seperti mimpi-mimpi ala barbie yang saya pelihara sejak kecil. Ckckck!!!

Yang jelas, saya bisa menikah dengan orang yang mencintai saya dan saya mencintainya. Simple. Kalaupun saya baru bisa mencintainya setelah kami menikah, never mind asalkan sebelum menikah, saya dan keluarga saya menyukainya. Ihhh, tetap aja saya egosi. Haha...

Ketika adik saya bertanya, "Sudah ada yang pernah melamar?" saya mengangguk. 
"Banyak" Kataku. Berhenti sebentar, "Tapi belum ada yang melamar dan datang langsung ke Bapak" Lanjutku.
"Jadi semuanya hanya sama kamu bilangnya mau ngelamar?"
"Iyya. Dan semuanya hanya di mulut saja. Belum ada yang ingin serius denganku" Ucapku pesimis. Serius pesimisnya. Saya sedikit takut soalnya dulu, sepupunya pernah menjudge para warga yang kelahiran OKTOBER bakal susah ngedapetin jodoh. Aigoo, ini bukan do'a yang baik.

Hanya menginginkan kehidupan yang biasa. Sama-sama mencintai. Sama-sama membangun Ranah Rumah Tangga yang indah, tidak bertengkar, saling memahami, tidak membentakku berkali-kali, dan menyayangiku dan anak-anak. (Mari bermimpi lagi). 

Angin berhembus melalui celah jendela kamarku. Mengibas jilbabku dan menyapu lembut pipiku sembari berkhayal, slowmotion lagunya Brian Mcknight "Marry Your Daughter" mengalun.

sir i'm a bit nervous bout being here today
staring up real sure bout what i'm gonna say
bare with me please if i take up too much of your time
see in this box is a ring for your oldest
she's my everything and all that i know is
it would be such a relief if i knew that we were on the same side
cos very soon i'm hoping that i

could marry your daughter and make her my wife
i want her to be the only girl that i love for the rest of my life
and give her the best of me til the day that i die (yeah)
im gonna marry your princess and make her my queen
she'll be the most beautiful bride that i've ever seen
i can't wait to smile when she walks down the aisle
on the arm of her father
on the day that i marry your daughter

she's been here every step since the day that we met
(scared to death to think of what would happen if she ever left)
so don't you ever worry about me ever treating her bad
i've got most of my vows done so far
(so bring on the better or worst)
and til death due us part
there's no doubt in my mind
it's time i'm ready to start
i swear to you with all of my heart

i'm gonna marry your daughter and make her my wife
i want her to be the only girl that i love for the rest of my life
and give her the best of me til the day that i die (yeah)
im gonna marry your princess and make her my queen
she'll be the most beautiful bride that i've ever seen
i can't wait to smile as she walks down the aisle
on the arm of her father
on the day that i marry your daughter

the first time i saw her
i swear i knew that i'd say i do

i'm gonna marry your daughter and make her my wife
i want her to be the only girl that i love for the rest of my life
and give her the best of me til the day that i die
im gonna marry your princess and make her my queen
she'll be the most beautiful bride that i've ever seen
i can't wait to smile as she walks down the aisle
on the arm of her father
on the day that i marry your daughter

Saya berkhayal, ada laki-laki seberani ini yang mengatakan hal itu pada Ayahku. Di dalam hidupku, Ayah, Bapak, Abi, adalah orang yang paling penting dan akan sangat penting buatku. Setelah Ibuku. :) Aku benar-benar berharap ada laki-laki sejati yang mau melakukannya. Tak perlu sama dengan Brian, tak perlu seindah kalimat-kalimat Brian, cukup dengan berani saja datang dan mengatakan ini pada Ayahku, "Saya ingin menikah dengan Anak, Bapak. Insya Allah. Karena Allah". :)

Minggu, 16 Juni 2013

Dian Rosdiana's Outpouring

di Juni 16, 2013 0 komentar
Kali ini saya tergerak ingin menulis tentang Sahabatku, Dian Rosdiana. Telah banyak yang saya lalui dengannya tapi sepertinya baru kali ini saya melihat luka yang dia sengaja sembunyikan selama ini. Selama saya-kita, bersahabat dengannya.
Dia terlahhir sebagai anak pertama, yang menurut ramalan berdasarkan tanggal lahirnya 13 Januari, Dian memiliki watak yang cerdas dan sangat kuat pemusatan pikirannya. Dalam menuntut ilmu yang disukainya, ia bisa bersungguh-sungguh. Benar sekali, itu memang kenyataannya.
Bahkan kita semua yang pernah serumah dengannya, sadar betul bahwa Dian typekal orang yang sangat serius menjalani kehidupan Akademiknya.
Pengalaman paling jelas dalam ingatanku, ketika musim Final tiba, kita semua (kita? Gua aja kali ya?) masih stay di depan laptop, bukan untuk menuruti kewajiban belajar, tapi karena menghabiskan episode demi episode dalam sebuah DRAMA KOREA, atau adegan demi adegan dalam sebuah FILM. *Gak patut di contoh. Sementara di kamar pertama, siapa lagi kalo pemiliknya bukan Dian Rosdiana, memilih membenamkan otak, pikiran, dan konsentrasinya dalam sebuah pelajaran-pelajaran. Dalam soal akademik, anak ini yang paling RAJIN. Kalau perlu, kita bisa buatin PIALA untuknya yang terbuat dari susunan kertas-kertas yang dia sobek hasil cakaran tangannya yang tidak seksi. *eehh?

Nah, saya kok malah muji-muji nih anak ya? Ah, gak papa. Sekali-kali seumur jagung nda papa. 
Kemarin, kami sms-an. Saya kaget melihat kata-katanya. Ini pertama kalinya saya mendapat sms seperti itu.
           "Ulfa, tidur maki?" Saya kaget karena ini pertama kalinya dia sms tidak bilang "Oee nenek, tidur mako?". Wajar dong saya kaget?
             Saya bilang belum, lalu dia to the point.
             "Hiii..saya lagi ingat ucapan kakek tentang orang gampang manfaatkan diriku"
             Kembali lagi saya bingung. Maksudddmuuuu?
             "Nda tahu ee. Kayaknya orang berteman denganku karena kebutuhan ji ku rasa. Kalau nda ada yang mereka butuh na cuekika, bahkan bila saya yang susah kayak tidak mau na bantu"

Ini sudah saya sadari sejak dahulu-dahulu kala kami berteman. Maklum, Dian itu anaknya lugu, polos, dan sangat baik ke orang-orang. terkadang orang-orang udah kayak gak punya nurani ke Dian, tapi dengan hatinya yang entah lebih halus kapas apa hatinya, dengan entengnya melupakan kerugia-kerugian yang dia dapatkan.
             Saya pun memberikannya saran, yang entah ini akan bermanfaat atau tidak.
"Beranilah Dian bilang TIDAK ke orang. Beranilah menolak. Kau itu berharga. Banyak yang di butuhkan orang dalam dirimu sayang. Makanya, jangan biarkan orang manfaatkan kelebihan itu".
Lalu, Dian kembali balas dengan kalimat yang membuatku menangis.
"Bah. Kalianji Ulfa teman yang tulus ku rasa. Tapi kenapa nda ada mi salah satu di antara kalian yang di kos ini? Hampakuuu.. Sangat sangat... Semua mau pergii. Jul (teman sejurusannya) juga mau keluar (keluar dari kost-an)".

Akhirnya, saya menemukan sisi lemahnya anak ini. Kasian sekali Dian. Di balik ketegarannya menghadapi kehidupan yang keras ini, jauh dari orang tua (domisili di Bau-Bau, Sul-tengg), dan kini, kami-kami sahabat-sahabatnya pun sudah mangkir jauh-jauh dari kost-an. Diaaann, maafkan akuuu. Saya tidak menemanimu melewati hari demi hari yang harusnya kita berjuang bersama. Maafkan aku. Maafkan kami yang selalu menganggap kamu terlalu kuat untuk di tinggalkan sendiri. Maafkan kami.

Untuk adik kami, yang paling muda di antara kami, Maafkan kami ya. Al-Hasan Crew, akan tetap menjadi Sahabatmu. Insya Allah. :)
Yang kuaaattt Diaaannn.. Semangaattt ngejar Sarjana-nya, sayang. Kamu adalah teman kami yang paling hebat dan paling tangguh. Semangaaaaatttt.. We Love You. ^_____^
 



Rabu, 12 Juni 2013

Coba-Coba. MASKER-ann..

di Juni 12, 2013 1 komentar
Masker-an untuk kaum hawa mungkin gak asing lagi. Bahkan ini adalah ritual wajib yang mungkin sebagai cewek-cewek kudu harus di lakukan menjelang tidur, or setiap waktu yang mungkin mereka pikir harus maskeran!!!
Taaapiii, NOT FOR ME. Malam ini adalah malam pertama *Cieee, kayak apaaa aja.. Mungkin lebih tepatnya, malam ini pertama kalinya saya maskeran. Ini hasil diskusi dengan teman-teman yang doyan bangeett majangin muka di depan cermin, celingak sana celinguk sini, matut sana, matut sini, untuk mengcover wajah mereka agar lebih terlihat putih, bersih, atau apalah itu.

Akhir-akhir ini, banyak orang yang negur, "habis jemuran di mana, fa? Iteem banget" *Gubraakk!!!, atau versi seniorku yang langsung teriak tiap liat saya, "Ulfaaaa Boloooooong (red: Hitam)", sumpaahh deehh, urat malu'ku bersambung kembali setelah sebelumnya saya ke-PD-an bangett dan membiarkan wajahku kering, kusam, dan kawan-kawan.

Kesan pertama maskeran adalah GAK ENAK banget.
Sudah adonan maskernya (adonaannn???), lengkett banget lagi. Di tambah lagi, bicara dikit sajaa langsung deh itu masker di muka RETAK kayak tanah kering dan gersang. Uhhh!!! Tapi, hasilnya? Gak special. Sama ajaaa, saya tetaplah BOLOOOONG!!!! -_-

Selasa, 11 Juni 2013

Editing Pictures... :D *We Are Family*

di Juni 11, 2013 0 komentar
Kurang kerjaann.. Kena Insomniaa... Makanan habiss.. Semua Drama udah pada The-End.. So?

Edit fottoo..Trusss, Posting dehh.. Hihihi!!!

Ini foto Sepupuku, Musrifah, S.Hi.. Ibu Hakim yang 1 ini, pernah di Nobatkan jadi Kembaranku. Katanya sih kami mirip. Katanya nih ya, katanya. Gak tahu juga, soalnya saya masih berasa lebih cakep dari kakak-ku yang 1 itu. But, soal kesuksesan, dia lebih sukses gan. Dari pada sayaaa yang saat ini, harusnya KTPku menuliskan statusku sebagai PENGANGGURAN Cantik, jebolan MIPA UNM, itu sayaa!!! *Mirisss

Uploading... And, this is editing ala Mrs. Ulfaa..




Terusss, yang di bawah ini.. Sidar (sepupuku), Dila (Adikku), dan Ulfa (Dirikku)..*cantik yang mana? Guaa dooong!!! Deaall?? Okkee..


Nah, yang 1 ini.. Just me and my sister.. We're Family.. :D




Aaahhh, proses editnya laamaa..kirain saya udah ngedit banyak foto trnyata cuman segini. Hasilnya, saya cuman capeekkk di editing ajhaa.. T^T



See You Next Time..

Bye..Bye..Bye..

Assalamu Alaikumm

Senin, 10 Juni 2013

He's Gone!!!

di Juni 10, 2013 0 komentar
Saya tidak percaya kalau saya sendiri akan sesedih ini. Dia, sudah ku anggap sahabat. Sudah ku anggap kakak. Setelah saya merasa ini terlalu dekat, saya ingin menetralisir semuanya. Tapi, ketika dia mengiyakan dan menganggap jalan pikiranku picik, seperti rasanya hatiku di hujam 1000 meriam. Sakiiittt!!! T^T
Dan, kini dia benar-benar pergi. Bersama angin, dan kelembutan amarah yang tak pernah ku sangka akan melukaiku. Bye.. Jaga diri kak.. T^T

Happy 1th, FLP Camar!!! ^_^

di Juni 10, 2013 0 komentar
1 Tahun keberadaanmu masih memberiku pertanyaan, "Apa manfaat diriku yang pernah terlibat di dalammu?". Seingatku, kalau bukan karena mu FLP Camar (Cabang Maros), saya tidak akan mengenal orang di bawah ini.
1. A. Arini Syahidah
    Kakak ini yang pertama kali mengajak saya bergabung di FLP Camar. Malam ketika saya sedang rebahan di kamar Posko, beliau sms dan mengutarakan maksudnya menghidupkan kembali FLP Camar. Saya sempat ragu, karena takutnya saya akan terhalang lagi berorganisasi karena persoalan perizinan, dan walaupun demikian, saya tetap mengatakan, "Iyya". :)

2. Aisyah Istiqomah Marsyah (iis) 
      Orang ke-2 yang saya kenal di FLP Camar. Di kenalinnya tentu sama Kak Arin. :) Ku catat pula, tadi dia bilang, "Moka alihkan FLP ke Dewan, Insya Allah Maaf Nah". Tegas mentong ini cewek.. Hihii!!

 

3. Baby
1 ji mau ku bilang, "Ta'bangkaka waktu pertama ku tahu kalo ternyata adekna ko Kak Rijal dekk..jauh dari kata MIRIP", Hahahaha


4. Dila
Dewasa mu di' dek? :D

5. Nunu
Ndada mi foto lainmu kah? Ini mami yg bisa ku copy..iniji yg paling baguss.. Hiuhhhh


6. Dila NAF
Anakna temanna Bapakku yang lamaaa skali baru ku sadarii..haduhh, T^T
7. Kak Ira
Tanpa Kata.. :D


Dan, beberapa lagi dari merekaa yang menjadi PELANGI FLP yang ku kenal. Tapi, orang-orang di atas menjadi temanku karena FLP Camar. So, for FLP, Thank you a lot!!! :D Semoga teta jaya naahhhhhhhhh.. Mmmuuaaachhhh... :)
 
 
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review