Selasa, 27 November 2012

BSMI Kab.Maros For Palestine

di November 27, 2012 0 komentar
Sejak Palestina menghadapi gempuran demi gempuran, berbagai media massa terus menggencarkan pemberitaan tentang Negeri Suci ini, di sudut lain belahan bumi juga terjadi berbagai macam kegiatan Social untuk mendukung Palestina.
Aksi Demo di kedutaan besar Izrael oleh ormas-ormas di Indonesia menuntut agar Izrael mau menghentikan aksi mereka meski dari pihak Kedutaan Besar Izrael pun tak kunjung menunjukkan pertanggungjawaban mereka. Tak kehabisan akal dalam menuntut, maka aktivitis-aktivis di Indonesia pun mencari cara lain untuk membantu Palestina. Penggalangan dana menjadi pilihan mereka juga kami dari BSMI selain do'a.
Sebelumnya, BSMI Pusat (Jakarta) telah mengirim beberapa relawan menuju Gaza untuk membantu saudara-saudara kita di sana. Sedangkan untuk kami dari BSMI Kabupaten Maros ingin membantu pula, maka di adakan lah Aksi Penggalangan Dana Untuk Palestina.
Jam 08.30, kami berkumpul di Mesjid Al-Markas Maros guna menyiapkan perlengkapan yang akan kami lakukan dalam proses penggalangan dana nantinya. Tak banyak. Hanya beberapa poster yang bertuliskan Freedom For Gaza, Save Palestine, Hancurkan Izrael dan beberapa poster lainnya. Tak lupa juga kardus yang telah di poles dengan gambar-gambar Palestina, dan MASKER. Bukan untuk menutupi wajah kami karena malu, tapi kesehatan juga tetap harus di jaga dari terpaan debu yang berseliweran di jalan-jalan, asap kendaraan yang tentunya akan membahayakan sistem pernafasan. Sempat mengeluh juga karena dengan MASKER itu, kami tak sempat memperlihakan wajah sumringah kami dengan aksi ini dan senyum kami ketika kami mendapatkan 1 peser uang lagi. 
Bahkan tak jarang kami menerima perlakuan menjengkelkan. Tengah meneriakkan Freedom For Gaza, Bantu Gaza, dan sebagainya, ada seorang Bapak yang membuka jendela mobil mewahnya dan memanggilku. Tentu aku begitu bersemangat mendekatinya, "Ini untuk apaan dek?" Tanya bapak itu. Aku menelan liurku sebelum menjawab. Maklum, tenggorokan sudah kering. "untuk Palestina Pak. Mohon bantuannya. Ini ladang surga loh Pak" Kataku. Si Bapak ini hanya tersenyum sinis mendengar jawabanku lalu  berkata "Oh, lain kali" sembari menutup kaca mobilnya. "Lain kalinya kapan, Pak? Kata-kata bapak mengartikan kalau bapak berharap akan ada lagi Aktivis-aktivis seperti kami di masa yang akan datang yang akan memintai bapak seperti kami. Itu berarti bapak pula ikut mendoakan agar Palestina belum menemukan perdamaian mereka. Itu berarti bapak juga belum mengerti arti tetesan darah. 

Ternyata masih ada manusia seperti bapak. Apa bapak pernah memikirkan anak-anak kita di Gaza itu akan sangat marah jika melihat mimik bapak ketika ku katakan ini semua untuk Gaza Pak?" Aku berhenti bergumam dalam hati ketika sebuah klakson mobil truk seperti ingin memecahkan gendang telingaku. Aku menghalangi jalan mereka. Hatiku masih saja sakit jika mengingat wajah si bapak. Mungkin saja si Bapak tidak mengetahui niat tulus kami. Atau mungkin dia berpikir kalau uang-uang yang kami kumpulkan ini hanya akan kami gunakan untuk kepentingan kami sendiri. Atau mungkin Si Bapak itu kewarganegaraan Izrael yang nyangkut di darah bugis? Ya Allah. Pikiranku ngawur. Semoga Allah membuka hatimu Pak. Aamiin.
Lanjutkan apa yang kami lakukan.
Serbu lagi, semangat lagi, dan terus tancap gas semangat meski cuaca panas mengganggu kepala kami.
Tengah aksi, sebuah sms masuk di hapeku. Sms dari salah 1 teman.
"Semangat. Semoga bernilai ibadah di sisi-Nya". Wah, ini kakak di mana kok sms gini? Emang dia tahu saya? Pan saya make masker? dan ku balas, "Manaki kak?". "Tadi lewatka. Tapi kencang jadi nda singgahka. hehe, lagi di jalanka juga ini" Katanya. Aku manyut. Andaikan dia singgah, pasti sekarang kardusku bertambah lagi lembaran uangnya. "Wi kak. Makasih banyak. Sayangnya nda singgahki" Balasku. "Sama-sama dek. Lagi praktekka jdi buru-buru. Meski pake masker, tetapki ku kenal. Hehe". Aku terseyum. Ternyata wajahku masih familiar meski aku sembunyikan.Itu keuntungannya. Merasa sedikit lebih terkenal. Hihihi.
Hilang 1, tumbuh 1000.
Setelah gagal mendapatkan 1 donasi dari teman, Allah mengirimkan banyak orang yang bisa ku mintai. 
Tidak lama setelah Si Kakak tadi lewat, aku melihat guru MA ku juga sedang mengendari motornya. Apalagi kalau bukan dengan cekatan ku hampiri dia. Seperti kakak yang tadi, dia langsung tersenyum melihatku dan artinya dia mengenaliku meski aku make masker. Tanpa malu dan segan, ku bujuklah Beliau. Ckckck.
"Pak, uangta dule. Sekedarna mo kodong. Untuk Palestina" Godaku tanpa rasa takut sedikitpun. Toh juga saya bukan siswa nya lagi di sekolah. Jadi bebas. Hehe!! 
Sambil terus mengayunkan kardus, si Bapak mengocek-ngocek kantong celananya mencari serpihan-serpihan rupiahnya daan sebuah kepingan uang talloko-talloko senilai Rp.5000 berhasil nancap di kardusku. "Pakkkk, makasih Pak. Makasih. Makasih. Makasih". Si Bapak hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahku.  Hiyyahh!!! Sukses. Alhamdulillah. Meski tadinya sebenarnya saya berharap si bapak mau ngasi Rp.100.000,-
Serbu Pak Guru
Tidak perlu menunggu waktu lama, aku melihat lagi ada tetanggaku yang juga sedang nangkring di atas motornya. Sebenarnya salah satu teman ku juga sudah minta ma dia tapi si tante gak nengeh, bahkan ngelirik tuh kardus juga kagak. Tapi, saat saya ngacungin diri di sampingnya sambil buka masker dan pasang senyumku yang paling manis, si tante langsung tertawa dan senyum maksa. Tapi meski gitu, dia tetap ngasi duitnya. Alhamdulillah. "Eh, tante mau kemana?" Tanyaku biar Si tante gak kesal.. 
"mau ke makassar nak. Mau belanja bentar" katanya. "Oh, gitu ya tante? Hati-hatiki pale tante nah. Macet terus itu di daya, biasa banyak kecelakaan. Hati-hati lalo ki" Sambil meraih tangannya dan menciumnya. Mungkin si tante bilang gini "yang nanya sapa? Kamu kira juga saya ini baru ke makassar sampe kamu harus ngasi tahu? Pake ngomongin kecelakaan lagi. Do'ain kek yang bagus-bagus, kata-kata tuh do'a tau" Tapi peduli amat ni tante mau nanggepin apaan dalam hatinya. Gue dah cium tuh tangannya. Berharap dia bisa merubah kata hatinya jadi gini, "Wah, ini Ulfa baik sekali. Manis tongpa senyumnya. Hormat juga sama orang tua. Mauka kasi jodohkan sama anakku deh. *eh?" Modus tuh namanya Ulfa. Baru ingat, anaknya yang pertama baru SMP. Nungguin dia gede, bisa-bisa saya jadi perawan tua duluan. Wuidih, amit-amit!!! *ttueehh!!!

Allah selalu bersama kami.
Niat kami sudah bisa menjadikan kekuatan tersendiri apalagi jika kami membayangkan betapa bahagianya saudara-saudara kami di Gaza jika melihat Aksi Kepedulian kami ini.
Sebagai Relawan, tentu tak hanya ini yang ingin kami sumbangkan untuk mereka.
Kami ingin menjadi Relawan di Tanah Gaza. Di Negeri Suci itu. Berjuang bersama di sisi Al-Aqso. Menyorakkan Allahu Akbar juga bersama-sama di depan tank-tank Sionis Izrael Laknatullah.
Jika harus terkena Rudalnya, mengapa itu tidak darah kami itu menjadi saksi di hari pembalasan kelak? Jika harus meninggal, kenapa tidak kita akan menjadi seperti mereka yang di sana sama-sama meninggal karena kekejaman, kebrutalan izrael yang justru akan mempertemukan kami di Akhirat dan bersama-sama dalah barisan orang-orang yang Beriman lainnya? Kenapa tidak?
Kalau Rachel Corrie sendiri yang seorang Relawan dari Amerika, yang non-Muslim pula rela meninggal demi memperjuangkan saudara-saudara kita di Palestina, kenapa tidak dengan kita yang Muslim? 

Aksi terus berlanjut.
Saya, Amel dan Kak Dahlan berada di 1 titik yang sama. Aku dan Kak Dahlan sama-sama bertugas meminta uangnya, dan Amel yang ngacung-ngacung poster bertuliskan Freedom For Gaza
Alif, Pak Jamil, dan teman-teman lain juga sedang melakukan hal yang sama dengan kami.
Galih dan Kak Rangga yang bertugas sebagai Fotografer. *Selalu begitu memang.
Dan di foto samping ini, seorang pengendara menginjakkan Ban Motornya di atas bendera Izrael. Ketika itu pula do'a-do'a kami berjatuhan dari dalam hati kami.
"Ya Allah, semoga dengan banyakya pengendara yang menginjak bendera Izrael ini menjadikan do'a pula untuk keruntuhan Izrael" Aamiin Ya Robbal 'Alamin.





Cipuru-cipuru-cipuru

Hasil Aksi



Kak Rangga


Pemuda-Pemuda Palestina yang Berdarah Bugis.. Hihihi

The End-


*Semoga Allah menjadikan kita adalah hamba-hamba yang semakin bertaqwa. Semakin Tawadhu. Semakin Peduli akan Sesama. Semoga inilah jalan Jihad kita. Aamiin Ya Robbal 'Alamin.

-BSMI Kab. Maros-
Selamatkan 1 Jiwa, Sambung 1000 Asa.

Ahad, 11 Muharram 1433 H/26 November 2012

^Ulfa Hidayati^

Jumat, 23 November 2012

Terima Kasih Lebih Baik

di November 23, 2012 0 komentar
Saya memang hanya perempuan biasa yang menyukaimu..!!!

Seperti kemarin, dia masih Kak Ayyub yang pendiam. Seperti senyum itu yang selalu ku cari di lapangan ini. Aku tak bisa bermain Bulutangkis, makanya aku tak cukup alasan untuk berada di stadion. Tapi, untungnya ada Kiki yang dengan sangat terpaksa ku paksa bersahabat denganku hanya karena dia makan, tidur dan mungkin juga kuliah di tempat ini padahal saya sendiri tidak tahan berada di dekatnya barang semenit saja. Maklum, bau badannya bisa bikin aku mati pelan-pelan. Apa semua anak MAPALA seperti ini? *Ku harap tidak.. -_-

Alasan yang cukup memuaskan untukku jika Kiki merasa aku perhatian padanya makanya aku sering sekali bertandang di sini meski hatiku dengan keras-keras-keras-dan sangat keras menolaknya "Itu Bohoooong" Kataku dalam hati. Tak perlu mikir panjang, semua orang mengangguk kagum padaku. Tapi, kak Ayyub masih saja sibuk dengan permainannya.

Lain ku pancing, lain juga yang memakan pancinganku.
"Kamu sepertinya selalu lupa, Kak Dedhy itu benar-benar tertarik denganmu" Kiki mengingatkan kembali. "Sudah ku tolak, Ki. Saya tidak suka dengannya.."
"Karena Kak Ayyub?" Sepertinya Kiki mengerti alasan utamaku hingga memotong pembicaraanku.
"Nnahh, itu kamu tahu"
"Lah kenapa masih belum di ucapin ke dianya? Kali ajha juga dia suka"
"Gak perlu.. :)"
"Kenapa?"
"Karena aku tak sedang meminta balasan"

Beginilah aku menyukainya. Hanya sekedar menikmati pandangan yang menumbuhkan banyak inspirasi untukku dan menyentuh perasaanku yang selama ini belum bisa merasai cinta yang orang-rang terlena dan di mabukkan. Maka, akupun menyimpulkan kalau jatuh cinta memang begitu melenakan. Aku pun telah mabuk.
Hanya aku masih belum tahu bagaiman mengungkapkan dan berharap aku tak berniat memperlajarinya. Rasanya aku masih belum siap untuk berbicara seputar cinta. 
Bagaimana aku selanjutnya dan Kak Ayyub?

Seperti Alfiah yang sedang bersamaku menikmati cinta yang sederhana ini dengan Kak Ayyub. Telah lama dia menyukainya, bahkan sebelum aku. Hingga kini, aku masih menyembunyikan dari Alfiah karena aku tak mau menjadi saingannya. Mencintai, menyayangi, tidak mesti memiliki. Mudah-mudahan aku benar dalam merefleksikan kata-kata itu. 

Ketika Cinta Memandang.

"Nuci, aku yakin. Kali ini aku akan bilang ke Kak Ayyub tentang perasaanku" Sambil tersenyum dia mengumpulkan tenaga untuk dia pake bertempur dengan rasa gugupnya. "Baguslah, aku akan membantu. Apa yang bisa ku bantu?" Menawarkan diri seperti ini ternyata menyakitkan juga!. "Boleh, kamu cukup nemenin aku ntar. :) " Bagaimana? "Okke!!! ^_^"

Ketika saat itu tiba, justru aku sendiri yang kelimpungan menguasai diriku sendiri. Namun, aku ini terlalu cerdas untuk salah langkah di depan Alfiah. "C'mon, Nuci. You can do it".
Alfiah duduk di samping kak Ayyub yang sudah siap mendengar penuturan Sahabat Kecilku itu. Aku sendiri hanya bisa duduk di belakang mereka. Ku pasang earphone ku lalu ku putar lagu sekeras-kerasnya agar aku tak mendengar jawaban Kak Ayyub. Kalaupun mereka harus jadian, setidaknya tak ku dengarkan kak Ayyub bilang "Ya, aku mau jadi pacarmu" karena sebenarnya itu menyakitkan, Saudara. :(

Tiba-tiba ku lihat Kiki sudah berbicara pada mereka. Nih orang kapan datangnya?
earphone ku lepas dan aku sadar, Kiki mengungkapkan perasaanku sama kak Ayyub. Apalagi kalau bukan kini Kak Ayyub dan Alfiah menatapku lekat-lekat. Ada Aura hitam di tubuh Alfiah sebagai bentuk kemarahan besar untukku. Dan, Kak Ayyub hanya seperti korban kami.

"Hei, Ci. Kamu kenapa diam saja? Masih ingin bertanggung jawab dengan perasaan mu sendiri? Masih ingin menikmati Kak Ayyub dari jauh lagi? Ketika mereka jadian, Ci, rasanya sudah akan beda ketika kamu memandangnya. Ada Alfiah di sisinya. Kamu mau itu terjadi?" Kiki seperti kesurupan menuturkan semua itu. Kali ini aku benar-benar merasa di telanjangi si Kiki. "Lalu kalau rasa itu sudah berbeda, kamu mau apa? Aku tahu rasanya akan bagaimana. Jadi, ini tak perlu di bahas lagi. Maafkan saya Fiah, maaf". Hanya itu yang bisa ku ku ucapkan untuk kamu Fi. 
"Terima Kasih, Nuci".
*Glupppp.
Iiittttuuu, Kak Ayyub yang bicara?
Aku berbalik.
"Terima Kasih kenapa?" Pertanyaan Alfiah ku benarkan dalam hati. Terima Kasih kenapa?
"Terima kasih untuk rasa yang terlalu besar itu. Kau menyimpan rasa mu untukku, dan rasamu untuk Alfiah. Dan, itu membuat hatiku lebih memilihhatimu yang penuh dengan cinta". 
"Hahaha, Makasih kak. Tapi, kata Terima Kasih dari mu lebih baik untuk kata maafku. Aku puas dengannya. Alfiah lebih dulu mencintaimu. 
"Tapi aku memilihmu!!!" 
"Tapi, aku lebih memilih Alfiah kak"
"Dan, aku juga memilih Kak Ayyub" Alfiah menangis dan aku tahu dia terlalu mencintainya.
"Kau mencintaiku. Maka bahagiakanlah aku meski mungkin aku takkan pernah mencintaimu"
"Suatu saat pasti kakak akan mencintainya karena pernikahan itu hal yang sakral. Ada cinta di balik aqad nikah kak". 
"Terima Kasih"
"Sama-sama kak"

Sekian dan Terima Kasih.. :)

"Yah beri tepuk tangan untuk cerpen dari Anisma. Bagus sekali, Nismah. Tapi, masih ada beberap kelemahan karena cerpennya ini masih kurang greget. Tapi, ini sudah lebih dari cukup"
"terima kasih, bu guru"
Dan, cerpenku di atas dapat 95.
Yess,, inilah cerpen pertama gue yang berhasil menembus kekaguman ibu Neni yang terkenal bawel itu. Songong sih nggak, hanya saja bikin kesel tapi. Cerpen-cerpen gue sebelumnya di kondorin ma tinta pulpen merahnya. Ahh, lupakan masa lalu. Masa kini, lebih indah. Hahahaha!!! Cerpen gue berhasil nenek!!! "Trovi ini, untuk kamu Nenek" *Bakk Ayatul Husnah yang ngacungin Trovi untuk Mas Azzam di KCB. Wuidih,,assoy.. :D

Selasa, 20 November 2012

Ganti Posisi

di November 20, 2012 2 komentar
"Sejak kapan lue berubah gini, Fa?"
"Sejak gue sadar dengan status agama gue di KTP"
"Heh?"
"Kenapa?"
"Gak papa. Perubahan roket lue belum bisa gue terima. Cukup gue maklumin aja. Tapi, lue tetap gue kontrol. Tau-tau kapan-kapan lue berubah drastis, baru lue gue pasung"
"Loh? Emangnya salah gue apa?"
"Gue cuma gak mau lue berubah jadi ekstrem, Fa. Dengan begini aja, gue dah gak nyaman ma lue"

Apa salahnya dengan gamis? Kenapa semua mata seperti menolak pandangan yang ku lukis saat ini? Apa gamis mencerminkan jalan yang kaku dan riskan terhadap berbagai hal-hal yang tidak lazim?

Begitulah awal mula keadaan yang harus ku lalui. Banyak sekali komentar-komentar yang di selipkan di telingaku. Saya sendiri tidak mengerti, sejak kapan saya mulai menempuh jalan ini. Hanya persoalan nuraniku yang merasa nyaman dengan kondisi seperti ini. Berjilbab, make gamis, dan tampil seperti yang di foto-foto temanku yang mengatasnamakan diri mereka Hijabers. Mataku hanya sekali melihat mereka lalu kemudian aku merasakan aliran darah dalam tubuhku menjadi sejuk seperti es. Sejak saat itu, aku selalu mengganggu Andira. Setiap malam, ku sms dia tentang pengetahuan yang dia dapatkan di tempat kajian atau apalah namanya itu. Bertanya sampai Andira tertidur sembari tangannya masih menggenggam hapenya setelah membalas sms-smsku.
Aku hanya ingin menjadi seperti yang di foto.

Siang yang panas. Allah. Kalau di dunia saja saya tidak sanggup dengan panasnya dunia yang kau ciptakan ini, maka tolonglah aku agar tidak merasakan panas yang kata Al-Qur'an di akhirat kelak akan jauh lebih panas lagi. Ku lihat matahari yang menusuk bola mataku, dia begitu jauh dari ku Ya Allah. Ketika aku melihatnya, bentuknya benar-benar bulat yang sempurna. Namun, warnanya tidak lagi akan orange tapi akan berubah menjadi kebiru-biruan. Sungguh, aku tak tahan untuk melihatnya lama-lama. Matahari itu katanya akan berada sejengkal di atas kepala manusia. Bagaimana lagi wajah kami? Akankah itu yang akan membakar wajahku Ya Allah? Ketika itukah aku akan merasakan badanku layu seperti daun salam yang terbakar? Menyisakan bau yang menyengat? Ahhh, aku tak sanggup melanjutkan pertanyaanku!!!

"Rafa, kamu kenapa?" Andira melihatku menangkup kedua tanganku di wajah. Pasti dia akan berpikir kalau aku sedang terganggu dengan masalah.
"Tidak. Hehe, hanya mengusap wajah yang panas karena matahari"
"Oh.. Ah, kemarin saya melihat Rafa di Apotik. Beli obat apa? Sakit apa?"
"Oh, gak sakit apa-apa kok mbak. Saya hanya membeli test pack untuk kakak saya. Katanya mau tes kehamilan. Mudah-mudahan beneran, biar saya dapat ponaan lagi. Hihihi"
"Wah, alhamdulillah. :) .. Selain itu, ada sebenarnya yang ingin saya bicarakan sama Rafa. Bisa?"
"Apaan? Bisa banget malah"
"Saya mau ke kalimantan, Fa. Saya di lamar orang sana. Pekan depan, saya akan berangkat"
"Secepat itukah? Saya masih mau belajar banyak, Dir"
"Rafa, kamu sudah bangun pondasinya. Selanjutnya, rumah kamu itu harus kamu bangun sendiri. Belajarlah sendiri. Carilah sendiri ilmu itu''

Di situlah ujiannya. Mencari ilmu sendiri!!!

Ketika halangan utama ku adalah berinteraksi dengan orang-orang baru, maka aku belajar lewat Facebook. Ku jejaki semua orang-orang yang menurutku Alim. Aku sendiri tidak yakin akan sosok alim yang hanya mengukur dengan kacamata ku sendiri. Aku juga tidak peduli. Pesan Andira hanya 1 "Untuk mencari ilmu Agama, carilah pada wanita. Jika mengharuskanmu mencari sama laki-laki, maka carilah pada Orang Tua, Fa. Ulama lebih tepatnya. Dia yang akan mengantarmu pada perempuan yang akan membantumu mendalami agama".
Tapi, urat malu ku masih mengakar erat untuk mencari orang yang bisa ku mintai petuahnya hingga akhirnya ku putuskan belajar melalui BUKU. Ya, BUKU.

Ketika aku merasa mantap dengan jalan yang ku tempuh, menjadi seorang perempuan yang ingin sholehah aku di kagetkan dengan kedatangan teman-temanku di kampus. Aku di seret ke dalam mobil dan di larang berbicara satu kata pun.
"Kalian kenapa?"
"Diam, Fa. Kamu akan di kenakan pertanyaan ketika di secret Blackerzt"
"Tapi, kenapa?"
Kembali mereka terdiam.

"Masuk, Fa. Kita mau bicara sama kamu" Karnita memaksaku memasuki ruang tengah. Aku melihat ruangan ini masih seperti dulu ketika kami masih sering bersama. Itu dulu sebelum aku menemukan jalan ini.
*Praakkk
Sebuah tamparan mendarat di pipiku.
Aku menatap Sidiq yang kali pertamanya menyentuh pipi ku justru dengan hempasan emosi.
"Kalian kenapa? Menyeret aku ke tempat ini tanpa penjelasan apapun dan sekarang aku di tampar tanpa kesalahanku yang aku sadari"
"Diam kamu!" Hardik Firman.
"Sejak kapan kamu kasar, Fir?" Tanyaku padanya yang menatapku seperti ada kebencian yang menjeratnya hingga dengan nikmatnya menghardikku.
"Sejak aku merasa kamu bukan lagi bagian dari kami"
"Karena apa?"
"Karena pakaian kamu sudah kayak gini, Fa. Sejak kapan lue jadi kayak gini?" Wajar kalau Karnita terheran dengan perubahan pakaianku. Sejujurnya aku juga belum sempurna kawan. Pakaian ini hanya sedikit dari perubahan yang ingin ku lakukan. Kebiasaanku sehari-haripun belum ku bisa ku rubah total. Banyak dosa yang telah ku lakukan dan aku ingin memperbaikinya. Mengertilah. Ingin sekali ku sampaikan ini pada kalian. Ingin sekali.
"Kenapa diam?" Lagi dan lagi Firman menghardikku. Seperti rasanya ini jauh lebih sakit dari pada ketika aku sendirian berjalan tanpa Andira. Kalian sahabat yang harusnya mendukungku sahabat. Kenapa kalian membenciku? Aku menangis.
"Fa, kami minta maaf jika kami kasar. Kami hanya tidak siap jika sewaktu-waktu kamu meninggalkan kami yang masih jauh dari kata muslim ini. Kami masih membutuhkanmu di sini" Karnita memelukku yang sesenggukan tak berdaya. aku memeluk lututku yang lemas gemetar karena hardikan Firman. 
"Aku hanya ingin menjadi baik. Aku tidak ada niat untuk menjauhi kalian. Kita masih bisa berteman. Apa yang salah dengan kalian sampai kalian menjadi keras begini?" 
"Karena jilbabmu, baju mu yang kayak karung goni itu menakutkan kami, Fa"
"Apa salahnya pakaian ini? Ini penutup auratku" Tak sadar aku menggertak mereka.
"Aurat? Aurat? Tssaahh, sok alim kamu. Tcuuiihh!!" Siapa sangka. Sahabatku Sera yang ku kenal pendiam ini angkat bicara dengan kata-kata yang membuatku illfeel dengannya seketika.
Aku berdiri. Aku menghadang Sera dan ku genggam tangannya. Aku menangis di tangannya. Aku memeluk dirinya yang kini ku benci.
"Aku benci dengan Sera yang ku lihat saat ini"
Sera mendorongku hingga tersungkur di lantai. "Aku pun demikian" Katanya.
"Mulai sekarang kita punya jalan masing-masing. Pulanglah" Keputusan Karnita ini menyiratkan kalau mereka benar-benar membuangku sekarang.
"Kami akan mencari penggantimu dan kami pasti akan menemukannya". Kata penutup dari Firman sebelum aku di seret keluar sekret.

Beginikah rasanya di campakkan? Hatiku berkata, jangan takut Rafa. Allah bersamamu. Apalah artinya dunia menyukaimu tapi Allah menjauhimu? Ketika Allah bersamamu, menyayangimu, itu akan jauh lebih baik meskipun seluruh dunia membencimu!!!

Jumat, 16 November 2012

Bumi Cinta

di November 16, 2012 2 komentar
"Raisa"
"Saya Syahidah. Anda relawan?"
"Ya, benar. Dari Makassar"
"Saya juga dari Makassar hanya saya perwakilan Sidrap"
"Oh begitu?"
"Yapp.. :)"
Raisa adalah teman baru ku di sini. Kami sama-sama relawan dari Makassar yang di kirim ke Jogjakarta sebagai relawan untuk bencana alam gempa yang menewaskan ratusan orang itu. Inilah pengalaman pertama kami menjadi Relawan di lokasi bencana alam sungguhan. Di sini, ada banyak orang yang menjadi relawan yang juga berasal dari berbagai macam daerah. Kami seperti Putra/i daerah yang datang untuk sedikit melupakan kenikmatan hidup di tanah asal untuk sebentar saja menghirup udara di bagian Bumi Allah yang kini sedang di uji.
Hari demi hari kami lewati bersama. Raisa seorang mahasiswi pendidikan sementara saya sudah menjadi seorang dokter. Perbedaan ini menjadikan kami tidak selalu bersama dalam setiap kegiatan karena saya berpusat pada pasien-pasienku, dan Raisa lebih fokus pada pemulihan psikologi anak-anak yang masih trauma karena gempa.
Siang itu, temanku sesama dokter dari Sidrap baru tiba di lokasi bencana dengan membawa berbagai  macam obat-obatan. Ku ambil 1 vitamin untuk Raisa karena beberapa hari ini, gadis itu nafsu makannya menurun sementara waktu istirahatnya pun sangat kurang. Ketika saya memberikannya vitamin, Raisa jatuh pingsan. Sontak kami sesama relawan panik bukan kepalang. Melihat kami sudah kekurangan personil, kami tentu takut kalau Raisa pun harus jatuh sakit. Dia banyak membantu dan meringankan kesulitan-kesulitan yang kami hadapi selama di tanah lumpuh ini.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Haris. Dia ketua rombongan kami dari Makassar. Wajahnya menyiratkan kalau dia benar-benar khawatir dengan keadaannya Raisa. "Alhamdulillah, dia gak papa. Hanya sedikit kelelahan kayaknya. Bang Haris kenapa khawatir gitu?" Godaku pada Haris.
"Hahaha.. Wajar lue jadi dokter, habisnya Pintar sih, tahu saja kalau gue khawatir" 
"Yah, tahulah bang. Wong itu keliatan kok" Saya sudah seperti psikiater seketika. 
"Eh, lue kan deket ma ini anak? Mau bantuin gue?" Tanya Bang Haris serius. 
"Wuidih.. Jangan bilang Bang Haris minta gue jadi mak coblang, Bang"
"Nnnaahhh.. Itu lue tahu. Mau nggak? Mau yah! Mau yah!" Saya sendiri sampai kaget dengan gencatan Bang Haris.
"Gak janji Bang ye, gue usahain insya Allah" Sambil melangkah pergi meninggalkan Bang Haris dan Raisa yang masih tertidur.
****
"Mbakk, Mbaakk" Raisa membangunkanku di sepertiga malam.
"Kenapa, Sa? Mau tahajjudan?"
"Sudah mbak. Saya lagi gak bisa tidur ini. Saya pengen pulang"
"Hah? Kenapa? Kamu ada masalah?"
"nggak mbak. Saya gak senang dengan Bang Haris. Bikin saya illfeel. Masa tadi sore dia sms saya, minta ke tendanya para tenaga kesehatan. Mbak tahu apa yang terjadi? Dia bilang dia suka sama saya mbak, malahan dia pengen saya jadi pacarnya. Ahhh, mbaakkk.. Aku gakk mau mbakk"
"Ya kamu tolak ajha kan bisa?"
"Sudah mbak, tapi dia malah sms lagi barusan. Bilang gini "Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku meski kau tak pernah mencintaiku. Biar saja waktu yang akan menjawab semua padaku"
"Hahahaha.. Itu mah lagu"
"Iyya, tapi mewakili perasaannya mbak"
"Sudahlah dekk, gak usah di gubris. Kamu jangan pulang kalau hanya karena Bang Haris. Ingat, niat kami ke sini murni karena Allah. Jangan rusak itu"
"Hmm. Baik mbak" Tegas Raisa.
Kami kembali tidur. Esoknya, akan banyak sekali yang harus kami kerjakan. 

****
Pagi yang indah untuk sebuah Bumi yang telah terkoyak karena guncangan gempa yang Dahsyat. Meluluh lantahkan rumah-rumah yang menjadi tempat berlindung mereka, menghabiskan sekolah-sekolah yang telah bertahun-tahun berdiri. Menimbun segala tumbuhan yang tumbuh subur dengan hijau. Menyisakan purakan bangunan yang rata dengan tanah, tenda-tenda yang berdiri kokoh dengan segala kekurangannya, dan memberikan rasa trauma untuk adik-adikku yang hingga saat ini belum mampu aku dan teman-teman relawan lain sembuhkan. Kami masih kalah dengan Gempa. 
Karena rasa bosan, ku langkahkan kaki ku menuju hutan kecil yang tersisa di belakang posko kami. Di hutan yang kecil ini, aku mengirup udara yang segar sekali. Aku seperti merefresh udara di paru-paru ku yang sudah 2 pekan ini mengjrup udara korban bencana alam yang merintih sakit, kelelahan, dan semua keluhan-keluhan hampir tiap detik selalu berbeda. 
Langkah demi langkah ini ku iringi dengan senandung lagu dari Irfan Makki, Palestine yang ku putar dari Music Handphone ku. Tiba-tiba ku dengar seseorang meminta tolong yang tidak ku tahu di mana asalnya. Masih mencari-cari tapi masih suara itu samar-samar.
"Tolong, tolong, tolong. Saya di bawah sini" Teriakan itu semakin jelas. Aku melihat ke arah sumber suara dan ternyata dia seorang gadis kecil berusia 8 tahun-an. Dia berada 3 meter di bawah tempatku berdiri. Kakinya terluka sehingga sulit baginya untuk berusaha naik tempatku. 
"Tunggu ya, dik. Saya akan cari tali untuk menolong kamu"
Tidak lama. Hanya 2 menit untukku menemukan tali.
"Tangkap" Teriakku padanya.
"Kak, gak bissa..kakiku sakiitt" Anak itu merintih.
"Coba sedikit sayang, nanti kakak akan meraih tanganmu dan mengangkat kamu. yah, coba lagi sayang yah"
Anak itu mencoba dengan sekuat tenaga. Alhamdulillah, aku bisa meraih tangannya. Namun, ternyata tenaga ku terlalu lemah untuk mengangkat anak itu ke atas. Masih ku coba tapi semakin sulit rasanya.
Tanganku sudah tak sanggup lagi. "Jangan lepaskan aku kak. Aku takut kalau terjatuh lagi" Gadis itu menangis sambil terus berusaha mendorong tubuhnya naik. "Tidak sayang. Kakak tidak akan melepaskan kamu. Kita sama-sama berusaha ya!". Tangan kami masih saling menggenggam, saling tarik-menarik, dan sepertinya justru malah tubuhku yang ikut tertarik turun. Tiba-tiba ku rasakan tubuhku di sergapi rasa takut yang mencekam. Bagaimana jika anak ini terjatuh, atau aku yang terjatuh?  Tanganku semakin lemah dan akhirnya aku terseret turun juga hingga hanya kaki ku yang menahan tubuhku dengan ku tancapkan kakiku di akar pohon. Lalu tiba-tiba, sebuah tubuh menyergap di sampingku. Aku tidak bisa melihat siapa pemiliknya. Aku hanya merasakan lututku perih. Mungkin celana gunungku sobek karena seretan tanah yang mengering. 
"Tahan dek. Tahan"
Mati, siapa itu? Dia laki-laki? Ya Allah.
"Anda siapa?" Tanyaku penasaran.
"Apa perlu saya menjelaskan? Tetap genggam tangan anak kecil itu. Saya akan mencoba menarik kalian"
"tapi, saya.. aahhhh" Aku merasakan tubuhku terhempas keras di tanah. Rasa sakit seketika menyergap di sekujur tubuhku, terutama di kakiku.
"Kamu gak papa?"
"Bagaimana mungkin aku tidak kenapa-kenapa kalau aku sudah terjatuh dalam jurang ini? Sudahlah. Jangan hiraukan aku. Pergilah. Bawa anak itu lalu obati. Aku bisa menolong diriku sendiri"
"Tidak.. Aku gak mau ninggalin kakak.. Pokoknya kakak harus naik bersamaku" Anak kecil itu berkata seperti dia paham betul tentang kasih sayang. Makasih dek.
"Ayo, raih tanganku" Perintah laki-laki tadi. Bagaimana ini Ya Allah? Bagaimana?
Ahh, sudahlah. Dan, aku berusaha keras bangkit dari pembaringanku menuju arah tangan laki-laki itu. Siapapun anda, terima kasih dariku karena telah menolong gadis kecil itu dan juga aku.
Lalu ku raihlah tangan itu. Dengan sekuat tenaga laki-laki itu menarik tanganku dan akhirnya aku bisa ia raih. Namun, sialnya aku mendarat tepat di sampingnya. Tangannya masih menggenggam tanganku. Aku masih belum bisa menggerakkan kaki ku karena kini sudah terluka. "Makasih" Kataku lirih padanya. 
"Sama-sama" jawabnya Singkat.

****

"Bang Haris, pinjam kameranya dong..."
"Niihh.." Sambil Haris menyodorkan kameranya.
"Astaghfirullah, Bang. Ini apaan Bang?"
Semua relawan berkumpul ke arah Ismi yang melihat sesuatu yang tidak wajar di kamera Haris. Termasuk Haris sendiri mencoba melihatnya.
"Astaghfirullah. Itu siapa Ris?" 
"Itu Kak raisa dan dr.Indra kan bang?" Tanya Sistah.
"iiittuu..buukkaann" Haris dengan gagap menjawab. 
"Begini teman-teman. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Saat itu dr.Indra nolongin Raisa yang jatuh ke jurang. Ini semua ketidak sengajaan. Murni. Saya saksinya. Masalah saya ngejepret sebenarnya bukan untuk kejadian ini tapi proses dr.Indra nolongin Raisa. Tapi pas saya ngjepret malah pas ketika raisa sudah mendarat di sisi sang dokter"
"tapi, itu tetap salah Haris. Mereka harus menikah"
"Apaa?" teriak para relawan.
"Bang, kenapa jadi ekstrem begini sih?"
"Masalahnya gini Ris. Foto2 yang di kamera lue itu dah gue save di laptopnya Firman sebelum balik ke makassar tadi. Otomatis, itu dah tersebar. Dari pada jadi Fitnah, mending mereka kita nikahin ajha"
"Ini gak mungkin" Haris merasa ini adalah kekacauan yang di sebabkan olehnya.

2 hari setelah kejadian mencenangkan kamera itu, Raisa semakin terpuruk. Dia tidak keluar tenda selama 2 hari pula selain untuk makan, sholat, dan mandi. Hanya itu. Pikirannya berat dengan permintaan kawan-kawannya untuk menikah dengan dr.Indra. Menikah karena kejadian yang tak dimintanya.
Kelelahan mulai menghampiri keduanya, hingga benar-benar membuat mereka Pasrah.
"Baiklah" Jawab Raisa.

Akad Nikahpun di laksanakan di tenda darurat dengan mas kawin cincin emas milik dr.Syahidah yang ia berikan pada Raisa sekaligus sebagai hadiah pernikahan. Akad-Nikah yang dilaksanakan tanpa orang tua Raisa. Konsep pernikahan yang sudah ia pikirkan dulunya, kini hanya di laksanakan di tenda darurat. "Sial banget nasib pernikahanku" Rintihnya dalam hati. "Kalian berbincanglah dahulu. jadikan moment ini untuk mulai menjajaki diri masing-masing" Pesan Ustad Rohim, yang telah menikahkan mereka.
"Kini, hanya kita berdua di dalam tenda ini. Tanyalah yang ingin kamu tanyakan dan sampaikanlah yang ingin kamu sampaikan" dr.Indra sendiri bingung sikap apa yang harus dia tampakkan dengan istrinya kini.
"Mas bisa menceraikan aku kapan saja mas mau. Itu hak mas! Kita sama-sama tidak mengharapkan pernikahan ini. Maaf pula aku telah membuat pernikahan pertama mu hanya berupa kejadian karena pra-duga salah orang-orang.. Mas bisa menceraikan aku kapan saja. Bahkan sekarangpun  aku tak masalah" Raisah menelan ludahnya sendiri. Sakit. Hatinya kali ini benar-benar berbohong. "Apa aku mencintainya? Hmm, Ya. Aku telah mencintainya hanya dalam waktu 3 detik ini"
"Ya, aku bisa melakukannya sekarang juga. Tapi, meskipun aku belum mampu mencintaimu, aku akan mencobanya. Asalkan kamu mau membantuku untuk mencintaimu dengan juga belajar mencintaiku". Diam, hening. "Tentu. Tentu, aku mau" jawab Raisa dalam hati.

Alihkan

di November 16, 2012 5 komentar
"Syifa, ini pertama kalinya ku lihat kamu lesu sepanjang pekan ini. Kenapa?"
"Gak papa, Rin. Aku hanya bersama dengan waktuku! Tanpa seorang pun!" Sembari melangkah meninggalkan Rina dengan kerutan alis.
Bagaimana Syifa bisa selesu itu. Dia anak yang periang. Kalaupun dia lesu, itu artinya masalahnya benar-benar berat.
Sudah sepekan ini dia tak bergairah menulis. Mading sekolah pun menjadi mandeg karena moodnya yang tak kunjung berubah baik. Terakhir senyum itu ku lihat sebelum ke kantin sekolah. Entah apa yang terjadi di sana.

"Rinaa.." Teriakan Bagas membuatku berpikir, apa mereka bertengkar?
"Kenapa?"
"Syifa, mana?"
"Kok loe nanya gue? Biasanya kan kalian barengan!"
"Ah, dia tuh ngehindarin gue sepekan ini. Sms, tlp, email, ibox, chat, semua gak di balas"
"Kok bisa?"
"Ya mana gue tahu?"
"Loe, bertengkar ma dia?"
"Gak juga"
"Trus?"
"..."

Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala kami. Ada apa dengan anak itu?
Selepas sekolah, kami sudah kehilangan jejak Syifa. Kami tidak mengerti kenapa langkahnya bisa secepat itu hingga kami sendiri sulit sekali bisa menemukannya.
Kami berpikir, mungkin dia pulang lebih cepat. Ternyata, mamanya bilang Syifa belum di rumah. Tempat yang sering Syifa tandangi hanya Perpus sekolah, toko buku, dan taman kota.
Semuanya pun sudah kami datangi dan nihil. Tidak ada!!!

"Syifaa.. Kamu kemana?" Bagas seperti putus asa. Mereka telah bersahabat 7 tahun dan baru kali ini mereka saling menjauhi. Ada apa?
Aku sendiri yang cemburu dengan persahabatan mereka, bertanya-tanya. Ada apa dengan mereka?
Ternyata Syifa sudah tidak ke sekolah setelah aku dan bagas mencari-carinya. Usaha-usaha yang kami lakukan untuk bertemu dengannya gagal total. Kami tidak tahu lagi harus melakukan apa supaya kami bisa bertemu dengannya.

1 Mounth ago..

"Bagaass" Teriakan Rina membuyarkan lamunanku.
"Apaan?"
"Ahhh, loe dari tadi di cariin gak muncul-muncul"
"Kenapa memang?"
"Ini.." Rina menyerahkan sebuah undangan walimahan.
Ku buka daannn...
"Hah? Syifa? Syifa nikah?"
"Ho'o.."
"Kok bisa?"
"Ntahlah Gas. Gue juga gak tahu. Calon suaminya ini katanya anaknya teman ayahnya. Mereka di jodohkan"
"Tapi kenapa secepat ini? Sekolahnya bagaimana?"
"...."

Walimahan Syifa..

"Selamat, Fa" Bagas memberiku sebuah salam terakhir. 
"Iyya, makasih Gas. Semoga kamu juga bahagia" Hatiku seperti teriris. Baru kali ini kami benar-benar terpisah. Suamiku, maaf. Kamu hanya laki-laki kedua di hatiku.
"Insya Allah"
"Iyya. Salam untuk Rihlah. Dia teman baikku. Jaga dia. Meski kalian belum jadi suami istri, tapi sebagai calon suaminya, kau perlu berjanji untuk menjaganya dengan baik"
"Hah? Maksudnya?"
Aku hanya tersenyum. Mungkin Bagas masih bingung, kenapa aku bisa tahu pernikahan mereka. Aku lebih dekat dengan Keluargamu, Gas ketimbang dirimu.

*****

"Maafkan mama, Gas. Tapi itulah yang nenekmu pesankan ke Mama sebelum dia pulang ke Jakarta"
"Tapi harusnya Mama ngasi tahu aku dulu sebelum Syifa. Bagas tahu Mama dekat sama Syifa, tapi tetap harus aku yang lebih dulu Mama kasi tahu"
"Memangnya kenapa?"
"Aku suka Ma, sama Syifa. Sangat suka. Bukan suka lagi. Tapi, sayang. Hanya saja kami tidak bisa memastikannya dalam sebuah hubungan karena prinsip kami masing-masing. Kini, aku tahu kenapa Syifa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Itu karena dia tidak mau sakit hati ketika melihatku nanti bersanding dengan Rihlah. Mama tahu, Rihlah itu Sahabatnya SYifa juga"
"Justru karena mama tahu mereka sahabatan makanya Mama meminta pendapatnya SYifa. Dan ternyata Syifa setuju, nak"
Aku menghempaskan diri di sofa. Maafkan aku Syifa.. Maaf!!!


Panen Mangga

di November 16, 2012 0 komentar
Mangga ku berbuah!!!
Panen, panen, panen, panen!!!

Siapkan dulu pakkadangna mangga


Berbunga juga mawarku

Mulai Makkadang

Masih banyak belum mengkal

inimi yang paling masak

Yess...daaapaaattt

Pattarima mangga



Grup Nasyid MA.DDI Alliritengae Maros

di November 16, 2012 0 komentar
Di acara walimahannya Kak Hajir dan kak Hawa, anak-anak DDI menjadi Pemeran utama.
Mulai dari proses Akad Nikah, sampai walimahan semuanya di libatkan.
Beginilah Keluarga Besar DDI.
Dari sejak DDI masih memiliki 15 orang siswa, suasana kekeluargaan itu sudah membuncah.
Hingga kini, DDI sudah berada mengalami peradaban pun kebersamaan itu masih mengesankan siapapun yang berperan di dalamnya.
Terutama saat pernikahan kak hajir dan kak hawa ini, sebagai Pasangan baru yang sama-sama menanam bibit Amal Jariyah di DDI!


Entah sejak kapan anak DDI ini punya grup Nasyid nya semenjak saya meninggalkan DDI tahun 2009 lalu.
Wah, kini benar-benar telah berkembang.
Saya sudah tidak mengenali mereka.
Maklum lah, siswa-siswa sekarang memang juniorku tapi tidak lagi ada alasanku untuk harus mengenal mereka. Tapi, ketika mesjid dekat rumahku mengadakan sebuah acara Besar Islam, Bapak mengundang  adik-adik ini untuk mengisi acara di Mesjid.
Di sinilah aku mulai mengenali mereka satu per satu. Bagaimana tidak, di rumah hanya aku yang bisa mengurus mereka karena kakakku sibuk, Ibu pun tidak mungkin mengurus mereka selama masih ada aku. 
Hasbiah, Inna, Titin, Sinar, dll..
Meski tak semua dari mereka yang ku kenali, tapi ini sudah agak lumayan ketimbang kemarin saya tak mengenali mereka satupun.
Keakraban itu berlanjut tiap kali saya ke DDI.
Gadis remaja yang membuat kamarku ini super duper harumnya ketika bermalam di rumahku, seperti mengingatkanku dengan teman-teman seperjuanganku ketika masa SMA dulu.
Bedanya, teman-temanku dulu itu tidak seperti mereka yang heboh.
Teman-temanku super duper kalemnya. Sangat kalem. Di otak mereka hanya ada belajar, tugas, praktikum, kerja soal, dan bla..bla..bla!!
Jarang kami bersama untuk membahas kapan kita bisa jalan sama? Oh iya, saya ingat! Dulu kami sering sekali nginap bersama.

Tapi, hanya untuk melakukan praktik bersama yang harus kami awasi semalaman suntuk.
Seperti fermentasi tape, yang harus kami lihat bagaimana prosesnya semalaman.
Itu salah satunya.
Sisanya?
Tidak ada lagi yang membuat kami bermalam bersama.
Tapi, anak-anak ini. Ku sebut saja mereka Liliput Pinkers, memiliki banyak waktu luang untuk bersama. Mereka sudah mengenal peradaban yang super duper berkembang dengan pesat. Kehidupan yang ku jalani di kampus, mereka pun mengalaminya. Organisasi besar, merekalah penggeraknya. IP-DDI salah satunya.
Demam K-Pop. Mereka pun korbannya. Ku pikir hanya kampusku yang membahana pembahasan tentang SuJu, CN-Blue, B3ast, ataupun SNSD. Mereka bahkan mengoleksi foto-fotonya di hape mereka. Tahu tentang semua personilnya. Bahkan kehidupan sang Idola mereka pun tahu.
Semoga kalian bisa membatasinya, Dek!!
Liliput ini ributnya minta ampun.
mereka hanya beberapa, tapi ketika berkumpul sudah tidak perlu lagi pake microphone, ataupun TOA untuk meramaikan ruangan. Mereka akan segera memecahkan kesunyian.
Tubuh mereka memang masih terlihat sekali remajanya, tapi jangan salah.
Pikiran mereka, ide-ide mereka brilliant banget!!!
Suara mereka pun demikian.
Saya hanya menyayangkan 1 hal.
Jilbab mereka belum sempurna. Masih kadang kependekan, transparant juga, pakaian pun demikian. Tapi tak apalah! Dengan mereka berjilbab saja sudah kesyukran besar buat kami yang mengedepankan Hijab. Semoga kalian secepatnya bisa menyempurnakannya dek!!! Aamiin!!!
Sang Vocalis : Hasbiah


Selain itu, ada yang sedikit membuatku kesal. Di antara mereka ada yang namanya Ulfa juga. Salah satu Vocalis. Kadang keusilan mereka datang itu yang memanggil Ulfa tanpa jelas Ulfa yang mana yang mereka panggil. Meski saya bukan teman mereka, tapi saya terkadang merasa kalau saya yang di panggil. Hhhaahhh!!! Anak-anak ini!!! :(

Ini juga Vocalisnya!!! (Ulfa, Qamariyah, dan Syakiah)


Liliput Pinkers

Sudahlah!!! Tertawa sedikit... Haha!!!
Hmm, masih banyak foto-foto mereka yang sudah ku jepret tanpa mereka sadari. tapi belum sempat saya ambil di handy'nya kak hajir.. Insya Allah, nanti!! :D

Selasa, 13 November 2012

7 KEAJAIBAN DALAM ISLAM YANG HARUS KAMU KETAHUI

di November 13, 2012 0 komentar
Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taaj Mahal, Ka'bah, Menara Eiffel, dan Piramida di mesir, inilah semua keajaiban dunia yang kita kenal. Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, karena didalam Islam masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. Keajaiban apakah itu?

1. HEWAN BERBICARA DI AKHIR ZAMAN
Maha suci Allah yang telah membuat segala sesuatunya berbicara sesuai dengan yang Ia kehendaki. Termasuk dari tanda-tanda kekuasaanya adalah ketika terjadi hari kiamat akan muncul hewan melata yang akan berbicara kepada manusia sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an.
"Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami". (Q.S. An-Naml 82)

Mufassir (Ahli Tafsir) Negeri Syam, Abul Fida' Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy berkomentar tentang ayat di atas,"Hewan ini akan keluar diakhir zaman ketika rusaknya manusia, dan mulai meninggalkan perintah-perintah Allah, dan ketika mereka telah mengganti agama Allah. Maka Allah mengeluarkan ke hadapan mereka hewan bumi. Konon kabarnya, dari Makkah, atau yang lainnya sebagaimana akan datang perinciannya. Hewan ini akan berbicara dengan manusia tentang hal itu". (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/498)

Hewan aneh yang berbicara ini akan keluar di akhir zaman sebagai tanda akan datangnya kiamat dalam waktu yang dekat. Nabi SAW bersabda,"Sesungguhnya tak akan tegak hari kiamat, sehingga kalian akan melihat sebelumnya 10 tanda-tanda kiamat : Gempa di Timur, gempa di barat, gempa di Jazirah Arab, Asap, Dajjal, hewan bumi, Yajuj & Ma'juj, terbitnya matahari dari arah barat, dan api yang keluar dari jurang Aden, akan menggiring manusia". (H.R. Muslim, Abu Dawud,Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

2. POHOM KURMA YANG MENANGIS
Adanya pohon kurma yang menangis ini terjadi di zaman Rasulullah SAW. Mengapa sampai pohon ini menangis? Kisahnya, Jabir bin Abdillah ra berkata : "Adalah dahulu Rasulullah SAW berdiri (berkhutbah) di atas sebatang kurma, maka tatkala diletakkan mimbar baginya, kami mendengar sebuah suara seperti suara unta dari pohon kurma tersebut hingga Rasulullah SAW turun kemudian beliau meletakkan tangannya di atas batang pohon kurma tersebut". (HR.Al-Bukhari)

Ibnu Umar ra berkata, “Dulu Nabi SAW berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah membuat mimbar, maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang kurma itu pun merintih. Maka Nabi SAW mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang kurma itu (untuk menenangkannya)". (H.R. Bukhari, Tirmidzi)

3. UNTAIAN SALAM BATU ANEH
Mungkin kalau seekor burung yang pandai mengucapkan salam adalah perkara yang sering kita jumpai. Tapi bagaimana jika sebuah batu yang mengucapkan salam. Sebagai seorang hamba Allah yang mengimani Rasul-Nya, tentunya dia akan membenarkan seluruh apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya, seperti pemberitahuan beliau kepada para sahabatnya bahwa ada sebuah batu di Makkah yang pernah mengucapkan salam kepada beliau sebagaimana dalam sabdanya : 

"Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Makkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, sesungguhnya aku mengetahuinya sekarang". (H.R.Muslim)

4. PENGADUAN SEEKOR UNTA
Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Dari perasaan itu timbullah rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Akan tetapi ketahuilah, bukan hanya manusia saja yang memiliki perasaan, bahkan hewan pun memilikinya. Oleh karena itu sangat disesalkan jika ada manusia yang tidak memiliki perasaan yang membuat dirinya lebih rendah daripada hewan. Pernah ada seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah SAW mengungkapkan perasaannya. 

Abdullah bin Ja'far-radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Pada suatu hari Rasulullah SAW pernah memboncengku di belakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. Sesuatu yang paling beliau senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan batang kurma. lalu beliau masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta. Tatkala Nabi melihatnya, maka Unta itu merintih dan bercucuran air matanya. Lalu Nabi -SAW mendatanginya seraya mengusap dari perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah Unta itu. Kemudian beliau bersabda,"Siapakah pemilik Unta ini, Unta ini milik siapa?" 
Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata,"Unta itu milikku, wahai Rasulullah".
Maka Nabi SAW bersabda,"Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya letih dan lapar". (H.R. Abu Dawud, Hakim, Ahmad, Abu Ya'la, Baihaqi,Ibnu Asakir)

5. KESAKSIAN KAMBING PANGGANG
Kalau binatang yang masih hidup bisa berbicara adalah perkara yang ajaib, maka tentunya lebih ajaib lagi kalau ada seekor kambing panggang yang berbicara. Ini memang aneh, akan tetapi nyata. Kisah kambing panggang yang berbicara ini terdapat dalam hadits berikut :

Abu Hurairah ra berkata,"Rasulullah SAW menerima hadiah, dan tak mau makan shodaqoh. Maka ada seorang wanita Yahudi di Khaibar yang menghadiahkan kepada beliau kambing panggang yang telah diberi racun. Lalu Rasulullah SAW pun memakan sebagian kambing itu, dan kaum (sahabat) juga makan. Maka Nabi SAW bersabda, "Angkatlah tangan kalian, karena kambing panggang ini mengabarkan kepadaku bahwa dia beracun". Lalu meninggallah Bisyr bin Al-Bara' bin Ma'rur Al-Anshori. Maka Nabi SAW mengirim (utusan membawa surat) : "Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu?" Wanita itu menjawab,"Jika engkau adalah seorang Nabi, maka apa yang aku telah lakukan tak akan membahayakan dirimu. Jika engkau adalah seorang Raja, maka aku telah melepaskan manusia darimu". Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh wanita itu, maka ia pun dibunuh. Nabi SAW bersabda ketika beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau,"Senantiasa aku merasakan sakit akibat makanan yang telah aku makan ketika di Khaibar. Inilah saatnya urat nadi leherku terputus". (H.R. Abu Dawud)

6. BATU YANG BERBICARA

Setelah kita mengetahu adanya batu yang mengucapkan salam, maka keajaiban selanjutnya adalah adanya batu yang berbicara di akhir zaman. Jika kita pikirkan, maka terasa aneh, tapi demikianlah seorang muslim harus mengimani seluruh berita yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, baik yang masuk akal, atau tidak. Karena Nabi SAW tidaklah pernah berbicara sesuai hawa nafsunya, bahkan beliau berbicara sesuai tuntunan wahyu dari Allah Yang Mengetahui segala perkara ghaib.

Rasulullah SAW bersabda,"Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu itu berkata,"Wahai hamba Allah, Inilah si Yahudi di belakangku, maka bunuhlah ia". (H.R. Bukhari dan Muslim)

Al-Hafizh (Hafal Al-Qur'an) Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata,"Dalam hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat". (Lihat Fathul Bari (6/610)

7. SEMUT MEMBERI KOMANDO
Mungkin kita pernah mendengar cerita fiktif tentang hewan-hewan yang berbicara dengan hewan yang lain. Semua itu hanyalah cerita fiktif belaka alias omong kosong. Tapi ketahuilah wahai para pembaca, sesungguhnya adanya hewan yang berbicara kepada hewan yang lain, bahkan memberi komando, layaknya seorang komandan pasukan yang memberikan perintah. Hewan yang memberi komando tersebut adalah semut. Kisah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an.

"Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata :"Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa : "Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (Q.S. An-Naml 16-19).

Inilah beberapa perkara yang lebih layak dijadikan "Tujuh Keajaiban Dunia" yang menghebohkan, dan mencengangkan seluruh manusia. 
Orang-orang beriman telah lama meyakini dan mengimani perkara-perkara ini sejak zaman Nabi SAW sampai sekarang. 

Namun memang kebanyakan manusia tidak mengetahui perkara-perkara itu. Oleh karena itu, kami mengangkat hal itu untuk mengingatkan kembali, dan menanamkan akidah yang kokoh di hati kaum muslimin.

Semoga bermanfaat.
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review