Selasa, 24 September 2013

TITIK

di September 24, 2013 4 komentar
Sebuah pertarungan selama 6 Tahun selama ini, seperti pecah dalam 1 kali pukulan. Saya tidak akan bertanya lagi kenapa dan kenapa. Saya menerimanya dengan seluruh kepasrahan dan keikhlasan saya. Saya menerima semuanya dan percaya akan ada Matahari setelah Musim Hujan ini. Saya terima semuanya dengan segala kerendahan hati saya. Saya menerima semuanya meski semuanya adalah kesalahan.

Saya mengaku salah.
Tidak memperjelas lagi saat kita tengah berada dalam perjalanan jauh.
Saya tidak menguatkanmu saat saya semakin yakin denganmu di tempat yang jauh itu.

Alasannya,
Karena saya terlalu percaya padamu.
Saya terlalu meyakini pribadimu yang memukauku.

Dan,
itulah kebodohanku. 
itulah kekeliruanku.
itulah ketidaktelitianku.

Tapi, kamu adalah MIMPI BURUK ku.
Saya harus melepaskanmu jauh-jauh.
Agar saya bisa melanjutkan kehidupanku.

Terima kasih untuk 6 Tahun ini.
Dan MAAF karena saya masih belum bisa membuatmu percaya.
Bukan salahmu memilih arah lain.
Salahku yang tak memberitahumu bahwa saya masih mengikuti jejakmu.

Saya pergi.
Kamu juga harus pergi.
Kita sama-sama pergi dari rumah impian kita sejak 2007 lalu.
Kita hancurkan dan kita bangun mimpi kita masing-masing.

Jaga dia yang menyayangimu.
Tak usah risau, karena saya akan baik-baik saja.

24 September 2013
Pukul 20.00

Bendera Putih di Septemberku berkibar.
Pergilah.
Pergilah.
Cari Keabadianmu yang lain.

Selamat Jalan, Edelweis-ku.
 

Senin, 23 September 2013

Diriku saat 2007 itu

di September 23, 2013 0 komentar
Siang yang seperti biasa
Kondisi menerpa pada 1 situasi
Mata ku menampakkan kepolosan
Dan,
Matanya memberikan kegamangan

Kamu siapa?
Berani masuk dalam pusaran waktuku di detik itu?
Kamu itu lancang
Membuatku jatuh dalam permintaan yang tak sederhana

Saat semuanya masih nampak abu-abu
Keluguan menjadi alasan
Keputusan untuk mengatakan YA
Padahal sejujurnya, Ya, Aku Ragu

Sejak saat itu, kisah tentang nama kamu di mulai... Selamat Ulang Tahun!!!
Semoga hadiah dari ku, bisa membuatmu tersenyum.
Kataku, padamu, ketika itu

15 Juni 2007

Minggu, 22 September 2013

Edelweisku, Tak Abadi

di September 22, 2013 5 komentar
Saya yang begitu percaya akan keabadian Edelweis ini
Saya yang begitu percaya akan kekuatan Alam pada Edelweis ini
Saya yang begitu percaya akan semangat diri Edelweis ini

Ternyata,

Saya menjadi bodoh karena Edelweis ini
Saya menjadi layu karena Edelweis ini
Saya menjadi 0 karena Edelweis ini

Kenapa?

Salah karena saya diam
Salah karena saya percaya pada Sabda Buku
Salah karena saya jauh dari kabarmu


Kau, Edelweisku. Ternyata tak abadi. Iya, kamu tak abadi. Kamu hanyalah angan separuh jagad. Kamu bukanlah yang di ciptakan mengisi sela jariku  hingga ajalku tercabut. Kamu bukanlah keabadianku. Kamu hanya sekedar fantasi menarik dalam diary biru ku. Kamu, bukanlah tercipta untukku.
Edelweisku,
Edelweisku,
Edelweisku,
Saya akan benar-benar membunuhmu.
Bahkan jika batu masih menguatkanmu, saya akan menghancurkan batu itu.
Bahkan jika aku pun ikut hancur lebur dalam kondisi ini.

Selamat Tinggal.
Edelweis Terakhir ku.


22 September 2013

Minggu, 15 September 2013

September Berduka

di September 15, 2013 0 komentar
Sepetember Ceria?
Itu cuma lagu saja. Saat ini saya nda sependapat sama lagu. Saya nda mau nyanyikan lagu itu lagi padahal dia masukmi dalam list favorite song ku di hape. Tapi itu, dulu. Sekarang nggak!
September ini saya dan orang-orang terdekat saya di minta untuk mempersiapkan diri lebih matang dari contoh real yang Allah kasi ke kami.

5 September 2013.

Guruku, Ustadsku. :(
Kembalinya di sisi-Nya adalah luka yang di torehkan untuk kami anak didiknya. Anak-anak yang di bimbingnya dengan setulus-tulusnya untuk kebaikan kami. Jasa-jasa yang tak bisa di hitung membuat kami iri sekali dengan kematiannya yang betul khusnul khotimah insya Allah.
Hanya 3 hari Beliau membuat kami khawatir. Kronologisnya adalah saat Beliau hendak menghadiri sebuah pengajian rutin di Al-Markas.
Saat itu beliau sedang mengalami musibah dengan sakitnya Sang Mertua dan harus di Opname di RS Awal Bros. Kak Ana (Istri Beliau) juga sedang menunggu ayahnya di RS. Di rumah, Ustads bersama kak Farida siap-siap di mana sebelum mandi beliau membaca kembali kitabnya. Keluar dari kamar mandi, beliau sudah harum, bersih, segar, kukunya sudah bersih, sudah wudhu pula, tiba-tiba beliau merasa kepalanya sakit. Namun beliau lagi dan lagi tidak mengeluh. Hanya langsung muntah di depan kamar mandi. Kak farida cepat-cepat mengambil ember untuk beliau. Nyaris penuh ember itu dengan muntahannya. Setelah itu Ustads Sanusi mengucapkan "Laailahaa illallah" dan PINGSAN. 
Di bawalah beliau ke RS Salewangan sebelum di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.
Pukul 07.15 Kamis Pagi, Beliau kembali ke Pemiliknya dengan senyum yang selalu dia bawa kemana-kemana hingga akhir usianya. T_T
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Maros kami telah berpulang ke Allah. Maros berduka. DDI Berduka. Selamat Jalan, Ustads. :(






Dan, inilah kegiatan kami bersama untuk yang terakhir kalinya. Sebelum Beliau meninggalkan kami dengan ilmu yang tak ikut beliau tinggalkan di sini.


Selamat Jalan, Ustads. :(

8 September 2013

DDI kembali berkabung. Awan kelabu kembali menaungi kami. Murid-murid yang tertinggal hanya kenangan dan ilmu. Guru Besar kami, AG. KH. Prof. Dr. Muiz Kabry, juga kembali di sisi-Nya 3 hari setelah Ustads Sanusi. Luka kami belum sembuh. Kesedihan kami belum juga kering, tapi Allah jualah yang jauh lebih menyayangi beliau dari kami. Selamat Jalan Kyai. Tetapki sirami kami barakka'na ilmu'ta. T_T

Tak banyak foto yang bisa kami ambil karena desakan manusia memadati Ponpes Al-Badar Pare-pare melepas kepergian Guru'ta. Selamat Jalan, Gurutta. :(

14 September 2013

Kakekkkkk.. Saya sayangki.... :'(

Jangki pergi.... Jangki pergi...
Astaghfirullah.. :'(

Setelah sadar dan di sadarkan saya jauh lebih baik. Dengan ikhlas saya berani mengucapkan Selamat Jalan Kakek. Ku kecup keningnya yang basah karena keringat. Ku cium pipinya. Ku benamkan wajahku di kain penutup tubuhnya yang kaku. Hanya 1 yang ku sesali saat ini adaah dengan belum ku berikan jawaban pada kakek tentang permintaannya yang teramat sangat untukku. Bukan karena saya belum siap tapi memang saya belum pernah memikirkannya dengan serius. Maafkanka kakek. Maafkanka. :'(







Dan, septemberku benar-benar BERDUKA. Bendera putih berkibar  berkali-kali.

Selamat Jalan orang-orang yang ku sayangi. Ku cintai. Do'akan saya biar bisa segera menyusul kalian dengan sebaik-baik kematian juga. :'( Untuk kakekku sayang, Selamat Jalan. Saya syaang ki. Syaaaaaang skali. Sangat sangat sangat sangat sayaaaang. :'(
 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review