Banyak sekali cerita-cerita manis yang di ceritakan orang lain tentang pernikahan. Baik itu langsung tentang pernikahan mereka masing-masing, mahupun tentang pernikahan keluarga dan temannya. Segala hal yang terkait dengan pernikahan pastinya indah. Itu yang bisa ku simpulkan. Baik yang di jodohkan, mahupun dengan pilihan hatinya sendiri, pernikahan tetap sumber kebahagiaan nomor 1 di dunia. Karena berbicara tentang pernikahan, maka tak lain dan tak bukan kita akan terbawa bersama gulungan cerita tentang CINTA.
Ada 1 kisah Cinta yang ingin ku bagi saat ini. Semoga ini bisa menjadikanku dan kita tetap baik-baik dalam menjemput jodoh.
«╬♥ℐ ĹŐVΞ ŶŐÚ♥╬«
"Assalamu alaikum, Dek"
"Waalaikumsalam kak, Apa kabar?"
"Baik..baik..ehh, kakak mau nanya, sekarang udah semester berapa?"
"Udah semester 7 kak, kenapa?"
"Kamu udah mau nikah belum? Aku mo ngenalin kamu sama seseorang. Temanku. Dia baik loh dan saya jamin kalian akan cocok"
"Apaan sih kak. Kok tiba-tiba gini?"
"Jawab aja dulu. Mau nikah gak?"
"Ya mauu.. tapi..."
"Ya udah..intinya kamu mau nikah kan? Okkee" *Tut..tut..tut..!!
"Ehhhh?"
Begitulah kurang lebih awal mula jalan jodohnya mendapatkan celah menuju arah yang benar. Sari yang masih begitu muda, status mahasiswi yang masih tertera di KTP-nya, masih bingung dengan arah pembicaraan sepupunya. Namun, dia tak sempat mengambil pusing apalagi untuk penasaran dengan sepupunya itu. Pikirannya terlalu terkuras dengan PPL-nya yang harus segera ia kejar. Ini sudah terlalu terlambat untuk PPL, apalagi di saat teman-temannya sudah KKN.
Sepupunya kembali sms, katanya ada temannya dari Jakarta yang mau jalan ke tempat wisata Malino, Sulawesi Selatan, daerah Sari berasal. Sari-pun mengiyakan kalau akan membantunya. Namun, saat Sari tahu kalau teman sepupunya itu adalah ikhwan maka di batalkanlah untuk menemaninya. Sementara si ikhwan itu sudah terlanjur ada di Malino. Entah bagaimana nasibnya di Kota yang asing itu, Sari tak mahu ambil pusing. Baginya, menjaga diri lebih baik dari pada menemani orang yang bukan mahramnya.
Di saat kesibukan-kesibukannya di PPL, ayahnya nelpon. Memberikannya kabar kalau dia di lamar seseorang. Dia pun ingat pesan seniornya waktu itu, "akan lebih baik jika kita nikah sebelum berangkat KKN di karenakan KKN itu godaannya berat. Sudah ada beberapa akhwat yang kalah langkah di KKN. Pergi aman, pulang malah pacaran". Sari pun merasa harus menjaga diri lebih baik. Namun kalau untuk menikah? Rasanya ini terlalu cepat. Masih ada banyak hal yang harus dia kerjakan, maka di berikanlah segala keputusaanya pada ayahnya. Dia hanya percaya kalau ayahnya pasti akan memilihkannya yang terbaik.
"Kamu yakin nak?" Tanya ayah-nya.
"Kalau menurut ayah dia laki-laki yang baik ya terima saja. Sari ikut sama keputusan ayah sepenuhnya"
"Baiklah. Apa perlu ayah kirimkan fotonya ke kamu?"
"Gak perlu yah" Katanya mantap.
Sementara di rumahnya, keluarganya sedang membicarakan kesepakatan untuk acara resepsi nantinya. Sang laki-laki yang melamarnya itu adalah orang yang sama sekali tak Sari kenali. Bahkan tahu tentangnya pun tidak. Tahu asalnya pun demikian ia tak tahu. Laki-laki pun demikian tak tahu, Sari itu bagaimana? Cantikkah dia? Pintarkah dia? Tinggi? Putih? Atau bagaimana? Semuanya menjadi pertanyaan yang tak membuatnya ragu untuk melamar Sari. Di hadapan orang tua Sari, dan Ustads yang di percayakannya menemaninya melamar Sari di karenakan orang tuanya terlalu jauh untuk datang melamarkan Sari untuk anaknnya, dia mengatakan kalau dia ingin membuat pernikahan yang sederhana saja.
"Tak banyak uang yang saya miliki Pak untuk membuat pesta yang besar. Dan, setahu saya itu juga bagian dari ajaran jahiliyah jika terlalu mewah dan dengan segala rentetan acara pernikahan yang terlalu memboroskan uang dan tenaga" dia menjelaskan dengan pelan-pelan pada calon mertuanya.
"Jangan khawatir. Kami sekeluarga juga tak mempersoalkannya. Saya yakin Sari-pun demikian tak menginginkannya" Jawab sang Ayah. Maka setelah ayah dan ibu serta sang laki-laki ini sepakat, resepsi pernikahan akan di laksanakan bulan Januari karena setelah itu Sari sudah harus berangkat KKN.
Sebuah komentar dari salah 1 tante Sari menggoyahkan kemantapan sang Ibu.
"Rendah amat sih Uang yang di pake ngelamar Sari? Jangan di terima. Jangan" Dia mencoba mempengaruhi Ibu-nya Sari.
Namun entah dari mana kekuatannya, Sang Ibu menjawab, "Mungkin iyya dari segi dana sedikit, dan mungkin juga akan ada yang datang melamar anak saya dengan menawarkan mahar yang lebih mahal. Namun, saya tidak bisa menjamin, akan ada yang datang yang jauh lebih baik dari laki-laki seperti dia. Saya percaya kalau Allah itu adil". Dan, semuanya pun bungkam dengan ketidak setujuan yang di pendam.
H-3 pun tiba. Handphone bergetar dari dalam tas.
"Assalamu alaikum" Jawab Sari
"Walaikumsalam.. Kamu kapan pulang nak? Ngapain aja sih di Makassar? Pulang hari ini ya?"
"Maaf Bu, gak bisa. Saya harus nyelesaiin PPL saya hari ini. Kalau nggak bakalan nunda lagi. Saya ngejar deadline. Sebelum KKN semuanya harus udah rampung"
"Kamu nih gimana sih? Gimana kalo ada apa-apa? Pernikahan kamu tuh lusa nak. Pulang ya. Pakk (sambil memanggil suaminya) minta anakmu nih pulang dong"
Dari seberang telpon terdengar samar-samar suara ayah-nya menjawab dengan tenang,
"Gak usah pulang nak. Selesaiin aja semuanya urusan kampusmu. Jangan takut kalo ada apa-apa, Allah tuh udah nyiapin rencana yang adil dan indah. Jangan takut".
Sesaat semua ketakutan Sari musnah berganti dengan keyakinannya pada rencana Allah yang lebih baik.
Sehari sebelum aqad nikah-nya, Sari baru berangkat meninggalkan kost-annya menuju kampung halamannya "MALINO".
Dan, resmilah mereka menjadi suami istri. Pertemuan pertama di aqad nikah yang berlangsung dengan sangat sederhana. Namun, kebahagiaan tak sedikit yang berkurang. Januari yang sedang di landa musim hujan itu memperlihatkan Kuasa Pemilik-Nya. Hari pernikahan mereka berlangsung lancar karena matahari sedang terik-teriknya bersinar cerah. Bukti kalau Allah pasti akan membantu. 3 hari setelah aqad nikah, Sari dan suaminya harus berpisah tempat. Sari harus berangkat KKN dan suaminya harus kembali ke jakarta karena pekerjaannya menunggu.
Di posko KKN, Sari menjalani hari-harinya dengan damai. Teman-teman KKNnya menjaganya dengan baik. Tanpa ada gangguan lagi dari laki-laki yang ia takutkan karena semuanya sudah tahu kalau dia sudah menikah. Namun, siapa yang sangka di sudut kota bear lain, di Jakarta sana, suaminya sakit, menahan gejolak rindu yang baru kali itu ia rasakan. Semuanya baru dia ungkapkan ke istrinya 4 bulan setelah itu. Setelah Sari sudah menyelesaikan pendidikannya.
"Saat kembali dari Malino itu, seminggu lebih kakak terbaring lemah di sini. Menahan rindu sendirian. Rindu yang baru kali ini kakak rasakan" Suaminya menjelaskan.
"Hahaha..mana saya tahu kalau kakak rindu sama saya" Jawab Sari dengan tanpa rasa bersalah dan menggoda suaminya.
"Dasar snow queen" Sembari mencubit hidung istri yang usianya 10 Tahun di bawahnya itu.
"Kamu tahu nggak, kalau orang yang dulunya di minta sepupu kamu untuk kamu temanin jalan ke Malino itu aku"
"Hah? Masa sih kak? Kok bisa?"
"iyya, aku juga baru tahu dari sepupumu itu. Saat aku tahu kalau akhwat yang akan nemenin aku, buru-buru aku batalin ke sepupumu itu. Gak nyangka, kalau ternyata orang itu kamu."
"Apa maksudnya dia ngerencanain itu ya kak?"
"Apalagi kalau bukan untuk bantuin kita? Kan memang dari dulu dia yang pengen kita jodoh"
"Hahaha..dassarr.. Usahanya gagal total dong? Kasian. Tapi hikmahnya yah itu, kita gak bakalan sama-sama sekarang soalnya saya gak mahu nikah sama orang yang saya kenal" Jawab Sari tegas.
"Samaaa.. " Dan tawa mereka pecah.
Sari kembali teringat pertanyaan teman KKNnya, "Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik itu yang kayak gimana kak?"
"Yah, yang menjaga dirinya. Jangan minta sama Allah di kasi yang baik-baik kalau kita juga gak bisa menjadi orang yang baik. Minta suami yang gak pacaran, tapi kita malah gonta-ganti pacar. Sama aja bohong" Jawab Sari.
"Kakak percaya aja gitu sama semua teori itu?" Tanya teman KKN-nya yang lain.
"Saya percaya karena saya sendiri yang membuktikannya".
Dan, kini Sari semakin yakin. Kalau Jodoh Pasti akan menemukan Jalannya sendiri. Ketika kamu melangkah maju, jodohpun demikian. Jika kamu berjalan dengan baik-baik, jodohpun pasti akan melakukan hal yang sama. Intinya, JODOH itu tak jauh dari dirimu sendiri. Dan, Sari sendiri yang membuktikannya sendiri.
*Terima Kasih Kak Sari Wahyuni atas kisahnya*