Kini ia sudah berusia 23 Tahun. Tumbuh menjadi laki-laki yang dewasa. Siapa sangka dia menjadi seorang laki-laki dengan proses lingkungan yang membentuknya tanpa bantuan seorang laki-laki Mulia yang membawanya mengenal DUNIA. Ayahnya. Yah, benar. Dia besar dan tumbuh tanpa Ayah. Tapi, dia tetaplah menjadi laki-laki seperti Ayahnya meski belum menjadi seorang Ayah.
Kalau dia mempunyai 2 Tuhan, maka yang ke-2 itu adalah Ibunya. Ibu yang merawatnya, sejak ia lahir dan semakin tertatih merawatnya, sejak suaminya meninggal dunia di saat anaknya, masih berusia 5 Tahun. Anaknya, laki-laki muda itu, masih terlalu kecil, masih belum tahu bagaimana itu kehilangan. Masih belum bisa menangis karena sadar akan beratnya beban sang Ibu harus merawatnya sendiri. Masih belum mampu menopang keletihan dan beratnya kehidupan seorang Wanita yang baru saja menjadi Ibu, dan kini telah menjadi seorang Janda, dan laki-laki muda itu masih tidak tahu bagaimana semua itu.
Kewajiban seorang suami dalam mencari nafkah, adalah salah satu jalan jihad. Berjuang demi anak dan istri, lillahi ta'ala. Saking beratnya kewajiban itu, Arsy-Nya bergetar saat Ijab Qabul di lakukan. Jelas saja banyak orang yang mengatakan "Nikah tuh gak gampaaang". Gak asal membawa anaknya orang menjadi istrinya saja, tapi juga semua yang ada dan yang akan di lakukan si istri akan menjadi tanggung jawab sang suami. Ketika si Istri meninggalkan segala kenikmatan yang ada di rumahnya dulu, ketika bersama orang tuanya, dia tinggalkan, dan berjuang memulai kehidupan yang baru, bersama Imam barunya, bersama laki-laki yang akan menentukannya masuk ke dalam surga atau Neraka.
Perempuan muda itu tak menyangka bahwa penantiannya sebagai Istri yang baik di rumah, mengurus segala sesuatunya, menyiapkan segala sesuatunya, harus di lalui sendiri, esoknya, tanpa suami lagi. Setelah sebelumnya dokter berusaha menyelamatkan nyawa suami-nya, namun Allah masih jauh lebih menyayanginya.
Perempuan mana yang ingin Janda? Tidak ada. Siapapun perempuan itu, sekuat apapun dia, tidak akan pernah mau dia menjadi seorang Janda. But, life must go on. Anak itu, dia adalah titipan. Bertahan adalah pilihan yang paling pas meski ia sadar, ini tak akan mudah. Teringat kembali, saat suaminya dulu meminangnya, dengan berani melakukan Ijab Qabul, dan semuanya selesai, tugasnya kini tuntas menjadi seorang Istri yang ia rasakan masih sangat sebentar. Namun, menjadi seorang Ibu masih berlanjut. Hingga kini. Dan, kini anak laki-laki itu sudah mampu menceritakan kisah Ibu-nya, kisah diri-nya yang dulunya tak tahu apa-apa saat ayahnya wafat. Semuanya berjalan seperti waktu yang tak pernah berhenti berdetak. Allah mendekapnya dalam kesibukan-kesibukannya sebagai laki-laki muda, tanpa terasa hingga usianya kini 23 Tahun. Sudah lebih dari 18 Tahun, ia melihat Ibu-nya sebagai wanita super dan membayangkan wajah ayah-nya yang bertanggung jawab.
"Kenapa Ibu-mu begitu kuat menjalani semuanya sendirian?" Kata salah seorang temannya.
"Jawabannya simple. KARENA SAYA ADA".
28 Oktober 2013
Kewajiban seorang suami dalam mencari nafkah, adalah salah satu jalan jihad. Berjuang demi anak dan istri, lillahi ta'ala. Saking beratnya kewajiban itu, Arsy-Nya bergetar saat Ijab Qabul di lakukan. Jelas saja banyak orang yang mengatakan "Nikah tuh gak gampaaang". Gak asal membawa anaknya orang menjadi istrinya saja, tapi juga semua yang ada dan yang akan di lakukan si istri akan menjadi tanggung jawab sang suami. Ketika si Istri meninggalkan segala kenikmatan yang ada di rumahnya dulu, ketika bersama orang tuanya, dia tinggalkan, dan berjuang memulai kehidupan yang baru, bersama Imam barunya, bersama laki-laki yang akan menentukannya masuk ke dalam surga atau Neraka.
Perempuan muda itu tak menyangka bahwa penantiannya sebagai Istri yang baik di rumah, mengurus segala sesuatunya, menyiapkan segala sesuatunya, harus di lalui sendiri, esoknya, tanpa suami lagi. Setelah sebelumnya dokter berusaha menyelamatkan nyawa suami-nya, namun Allah masih jauh lebih menyayanginya.
Perempuan mana yang ingin Janda? Tidak ada. Siapapun perempuan itu, sekuat apapun dia, tidak akan pernah mau dia menjadi seorang Janda. But, life must go on. Anak itu, dia adalah titipan. Bertahan adalah pilihan yang paling pas meski ia sadar, ini tak akan mudah. Teringat kembali, saat suaminya dulu meminangnya, dengan berani melakukan Ijab Qabul, dan semuanya selesai, tugasnya kini tuntas menjadi seorang Istri yang ia rasakan masih sangat sebentar. Namun, menjadi seorang Ibu masih berlanjut. Hingga kini. Dan, kini anak laki-laki itu sudah mampu menceritakan kisah Ibu-nya, kisah diri-nya yang dulunya tak tahu apa-apa saat ayahnya wafat. Semuanya berjalan seperti waktu yang tak pernah berhenti berdetak. Allah mendekapnya dalam kesibukan-kesibukannya sebagai laki-laki muda, tanpa terasa hingga usianya kini 23 Tahun. Sudah lebih dari 18 Tahun, ia melihat Ibu-nya sebagai wanita super dan membayangkan wajah ayah-nya yang bertanggung jawab.
"Kenapa Ibu-mu begitu kuat menjalani semuanya sendirian?" Kata salah seorang temannya.
"Jawabannya simple. KARENA SAYA ADA".
28 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar