Kata orang hukum Karma itu berlaku. Percaya atau tidak. Banyak yang mengiyakan, seolah ingin membenarkan apa yang di alaminya pun juga pernah ia lakukan pada orang lain. Mengapa demikian? Bukankah itu tidak konsekuen pada taqdir yang telah tertulis dalam Kitab Suci Manusia? Gak ngerti?
Maksud saya.
Misalnya saya menipu Rere, saya memberikan informasi yang salah padanya. Sehingga membuat Rere melakukan kesalahan dalam bekerja. Di waktu yang lain, saya mengalami hal yang sama. Saya di berikan informasi yang salah oleh orang lain. KARMA. Lalu, apa KARMA juga termasuk dalam Lauhul Mahfudz?
Lalu, karena misalnya, Bos memarahi saya dan memarahi adik saya, ini bisa di katakan apa? Pelampiasan yang bukan objeknya? Sifat turunan? Ataukah Hukum Alam? Berdosakah saya jika memang itu hukum turunan? Kan saya begitu karena di kasi begitu? Gak benar ya?
Memikirkan ini benar-benar terasa menjenuhkan. Seperti apakah hidup ini? Mengapa rasanya tidak ada kejelasan bahwa FAKTA itu benar-benar berasal dari apa yang terjadi bukan karena KARMA, HUKUM ALAM, atauka TAQDIR.
Ini metafora pemikiran yang semakin menyipit.
Maksud saya.
Misalnya saya menipu Rere, saya memberikan informasi yang salah padanya. Sehingga membuat Rere melakukan kesalahan dalam bekerja. Di waktu yang lain, saya mengalami hal yang sama. Saya di berikan informasi yang salah oleh orang lain. KARMA. Lalu, apa KARMA juga termasuk dalam Lauhul Mahfudz?
Lalu, karena misalnya, Bos memarahi saya dan memarahi adik saya, ini bisa di katakan apa? Pelampiasan yang bukan objeknya? Sifat turunan? Ataukah Hukum Alam? Berdosakah saya jika memang itu hukum turunan? Kan saya begitu karena di kasi begitu? Gak benar ya?
Memikirkan ini benar-benar terasa menjenuhkan. Seperti apakah hidup ini? Mengapa rasanya tidak ada kejelasan bahwa FAKTA itu benar-benar berasal dari apa yang terjadi bukan karena KARMA, HUKUM ALAM, atauka TAQDIR.
Ini metafora pemikiran yang semakin menyipit.
0 komentar:
Posting Komentar