Ada yang pake IG disini?
Instagram, ai-gi, IGERS, dan bla-bla-bla. Pengucapan apapun
yang kalian berikan untuk aplikasi satu ini, whatever dah. Kalo ada pollo’ka nahh.
Nanti saya pulbek, kalau ngga saya block ko itu. Hahaha
Yah begitulah dunia INSTAGRAM.
Dunia yang mengharuskan kamu ‘hanya’ mosting FOTO andalan
kamu. Yang berharap orang liat lalu double klik, yang artinya kamu punya likers
yang semoga saja, bejibun.
Pengguna ‘instagram” sendiri beragam tujuannya, kalau saya
buat chart untuk alasan mereka menggunakan ‘ig’ maka hasilnya seperti ini,
Pak-Buk-Kak-Dik-Boy-Sizt-Gan.
Saya melakukan penelitian ini (penelitian sotta lah kalau
saya menamakannya) berdasarkan account instagram saya, yang ketika pertama kali
membuatnya saya mendapatkan followers 700-an orang. Mungkin ini dikarenakan IG
saya terkoneksi dengan Facebook dimana teman saya sekitar 4000an orang. Gak nyampe
setengah teman FB saya nge-follow, haha. Dan gak papa, gak masalah. Setahu saya
(saat itu) instagram hanya sebuah aplikasi dimana kita yang “suka” foto, narsis-narsisan,
atau benar-benar hobby fotography, menjadikan aplikasi ini seperti semacam box of image. Tempat kamu mengalbumkan
semua jepretan kamu atau kenangan kamu.
Sampai disitu, keliatan banget saya seorang pengguna yang
baik hati dan polos. Hahaha. Lalu bertemulah saya dengan yang namanya “trackgram”.
Ini pertama kali diperkenalkan Sahabat dunia akhirat saya, teman yang selalu
mengajak saya pada kebaikan juga pada keburukan yang kebanyakan keburukan itu
dipersembahkan oleh SAYA SENDIRI, haha. Namanya Bang Taqiem, asyiikkk. Temen? Iyya
temen, tenang ajeee. Nanti baru mikirin yang macem-macem. Saat ini MANA kok. Eh,
AMAN.
Saat itu dia nge-download aplikasi ini (tentunya via Hpku toh)
lalu menjelaskan ke saya fungsi dan manfaatnya gimana. Awalnya nih, semua orang
yang ngefollow saya, “pasti” bakalan saya foolback. Kenapa? Yah tahu kan
namanya TERIMA KASIH? Orang ngajakin kamu berteman, dan apa balasanmu? Pastinya
membalas dengan baik. Namun, GAK SEMUA YANG LO DENGAR ITU BENAR! Catet itu, Ulfa Hidayati. Karena pada
kenyataannya semua orang yang nge-follow kamu, setelah kamu foolback, mereka
nge-UNFOLLOW-kamuuuuuuuu.
Hahahahahahaha... masih mauuuuuko sok baeeekk?
Itu kita baru membahas soal FOLLOWERS. Kok dibahas duluan
sih? Sementara chartnya itu LIKERS dulu yang keliatan grafiknya,
Iyya, soalnya Followers itu yang menjadi peringkat pertama
kenapa orang make instagram. Pengen dikata banyak “followersnya” sampe
kkkkkkk-kkkkkk apaaa gitu yang saya sendiri gak mau pusing. Pernah kan ada juga
yang numpang promosi di foto kita, tentang jasa followers. Pulsa 50 Ribu dapat
500 Followers. Pulsa 100ribu, dapat 1000 Followers, mungkin ampe sejuta-juta
juga gak tau berapaan Followers yang bakalan didapetin. Selain jasa jualan
followers, ada juga yang biasa ngetag kita di salah satu foto sambil bilang
gini, “bantu like dong”. Grrrr!
Nah kita mulai memasuki pembahasan kedua. Tadadadahhh!
Likers ini soal biasa sih kalo menurutku. Semua yang make IG
pasti ngarep di likers. ini hubungan yang gak terputus dari followers. Ada followers
pasti ada likers. tapi belum tentu, bisa saja 5 di antara 10 followers saja
yang ngelike foto kamu. Tapi kamu bisa mendapatkan banyak likers, dengan
menggunakan hastag. Ini kebanyakan
dipakai mereka yang sudah lihai di dunia IG, semacam fotografer, pendaki, dll.
Udah ah, pindah pembahasan ke STALK.
Lewatin saja yang businessnya, soalnya pasti ujung2nya
JUALAN atau nggak PROMOSI PRODUK (sama ajaaaa buk).
Nah, di bagian ini yang paling bikin kamu, kamu,
gregetaaaan. Hahahaha
Adaaaa, yang make instagram untuk urusan percintaan.
Contoh nih ya, saya suka sama seseorang. Saya carilah Ig-nya,
guna, liatin foto atau videonya, terus di scrool sampai foto terbawah, kalau
berani di like semua dan ini kadang membuat kita lupa pada tujuan awal untuk
ngestalking malahan beneran suka sama semua foto-fotonya (sekalian ngasi tau
kalau saya ngefans sama dia), atau kalau gak berani, pantengin aja terus
skalian cari tau siapa yang lagi deket sama si do’i. Kalau beruntung bisa liat
dari siapa yang nge-like fotonya atau yang sering koment-koment. Kalau banyak? Ya
udah, elus dada. Mungkin kamu sedang ngincar anak yang kebetulan jadi artis lokal.
Itu hal positifya. Hal negatifnya pasti ada. Tapi gak usah disebutin. 1mo pae. DI BLOCK-ir orang. Haddyyeehh.. Semua pasti
sudah paham.
Saya sendiri kenapa makai INSTAGRAM?
Awalnya jujur karena dengan aplikasi ini, saya bisa dekat
dengan seseorang yang (mungkin) dia gak tau betapa sayangnya saya ke dia. Sangat
sayang. Seperdua 4 tahunku sama dia. Kamarnya adalah kamarku. Tempat kerjanya
adalah tempat kerjaku. Waktu kosongnya adalah REZEKI-ku, dan setiap ceritanya
adalah makanan buatku. Mungkin dia tidak akan pernah tahu bahwa siapapun yang
saat ini dekat denganku, pelukannyalah yang paling hangat, genggaman tangannya
lah yang paling mendamaikan, dan semua kalimat-kalimatnyalah yang paling
menenangkan. Dia tidak akan pernah tahu bahwa semua yang ia ceritakan seperti
dongeng penuh cinta dimataku. Saya mencintainya dengan sepenuh hati dan
perasaanku. Tidak akan berhenti mengalir dan tidak akan berhenti bahkan jika ia
sudah lupa sama sekali denganku. Hiks hiks hiks.
-ujung-ujugnaaaaa CURHAT-jaaaaaa kamaseh-
Dan, selesai. Hahaha.
Itumo deh. Pokoknya begitulah INSTAGRAM. Mantap tapi
nyebelin. ASLIIIIII!
Namun, di Instagram kamu dan saya tentunya bisa melihat sisi lain kamera yang selalu kalah oleh mata. Kalau saya bisa memberikan seluruh hatiku lewat like yang kuberikan dari beberapa orang yang ku like fotonya maka saya bisa memberitahu bahwa saya benar-benar suka. Apapun yang saya lakukan di Instagram adalah asli diri saya. Melike karena memang suka. Ngefollow karena memang mau berteman. Dan, saya gak ngelike jika saya benar-benar tidak suka, dan tidak akan nge-unfollow bahkan sampai nge-block kalau saya benar-benar tidak suka. Jati diri kita katanya tidak bisa ditebak lewat media social. Ya benar, namun kamu bisa memilih memberitahu juga bahwa kamu baik di mana saja. Nyata ataupun Maya. Kamu tetap orang baik.
^______^
Good Night