Saya ingin bersajak juga seperti
cara penyair berbicara pada pujaan hatinya. Merangkai kalimat agar menjadi
bunga yang menebarkan aroma cinta yang bisa tercium dari jarak yang sangat jauh
sekalipun. Agar kau tahu, cintaku tak terbatas juga oleh jarak dan waktu.
Namun, sepertinya jika saya mengikuti penyair maka semua kalimatku hanya akan
menjadi gombalan yang membualkan. Lalu, ku pilih menjadi orang fakir. Merengek
pada Tuhan agar mau memberikanmu untukku. Pada-Nya tak perlu ku keluarkan
kalimat-kalimat yang indah. Tuhan bisa mendengar bagaimana lirihnya doa ku yang
jelas terus memintamu, agar bisa ku miliki dengan cara-caraNya yang ajaib.
Pernah sekali kau bertanya, “Kenapa
gak sama Fira saja? Dia tinggi, cantik, kaya, solehah pula. Bukankah laki-laki
mencari yang demikian?”. Tak ku jawab dengan lantang, karena sebetulnya kamu
mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas kamu tahu jawabannya. “Saya tertarik
dengannya, tapi denganmu saya tidak hanya tertarik. Tapi mencintaimu”.
Kamu suka marah oleh hal-hal yang
biasa. Cemburumu yang besar. Rasa takut kehilanganmu menjadi tameng pengkhianat
untukku, dia selalu mengganggumu. Karena dengan mengganggumu itu yang
menggangguku juga. Kau tahu, Rizqa? Saya mencintaimu dengan segala waktu yang
telah kita lewati dan yang belum kita lewati. Sebanyak apapun perempuan yang
datang padaku, itu tidak akan berpengaruh sama sekali untuk rasa sayangku
padamu? Tidak usah membalasnya. Karena saya tahu, kamu hanya akan nyinyir nggak
jelas dan melanjutkannya dengan dua kata saja. “Gombal” atau “Bohong”.
Perempuan yang istimewa itu makluk
astral penuh kode bagiku. Kamu paham tidak maksudku? Banyak perempuan yang
berusaha keras memberikan dengan nyata perhatiannya pada laki-laki. Entah lewat
sikapnya, atau dengan kecantikannya. Siapa saja bisa tergoda. Namun, itu tidak
istimewa. Karena, bagiku yang istimewa itu seperti kamu. Taqdir yang membawa
kita pada pertemuan ini, dan terus melanjutkan kisah kita hingga di hari tua.
Kamu selalu ingin mendnegar bagaimana perasaanku berbicara padamu. Kamu ingin
meyakinkan dirimu, bahwa tidak ada perempuan lain yang menempati hatiku selain
namamu. Meski terkadang sejujur-jujurnya saya, kamu hanya akan kembali berkata,
“gombal” atau “bohong”.
Rizqa, apa suatu hari nanti kau bisa
membaca ini? Paragraf hatiku yang penuh harap agar bisa bersamamu hingga
rambutmu tak hitam lagi. Saya tidak bisa mengatakannya langsung padamu. Kenapa?
Karena saya introvert? Bisa jadi, tapi terlebih laki-laki tidak seperti
perempuan yang selalu menanyakan hal yang sama. Saya hanya sekali mengatakannya
padamu, saya mencintaimu. Dan kalimatku tidak akan berubah, bahkan jika saya
sudah tidak pernah mengatakannya lagi padamu. Tapi, saya akan membuat rumah
kita penuh dengan kalimat itu disetiap sisinya. Membuatmu menjadi perempuan
yang dihujani ciuman setiap hari. Membuatmu menjadi perempuan yang tidak bisa
bernafas karena pelukan-pelukanku. Saya akan membuat bibirmu berhenti bertanya
lagi dengan usahaku untuk membuatmu terus tersenyum saat berada disisiku.
Karena suatu saat nanti, kamu akan menjadi cinta yang takkan bisa membuat
paragraf bertambah lagi. Hanya bisa bersyukur, bahwa mencintai itu adalah
Ibadah. Dan, Ibadah tak memerlukan izin siapapun.
0 komentar:
Posting Komentar