Minggu, 16 Juni 2013

Dian Rosdiana's Outpouring

di Juni 16, 2013
Kali ini saya tergerak ingin menulis tentang Sahabatku, Dian Rosdiana. Telah banyak yang saya lalui dengannya tapi sepertinya baru kali ini saya melihat luka yang dia sengaja sembunyikan selama ini. Selama saya-kita, bersahabat dengannya.
Dia terlahhir sebagai anak pertama, yang menurut ramalan berdasarkan tanggal lahirnya 13 Januari, Dian memiliki watak yang cerdas dan sangat kuat pemusatan pikirannya. Dalam menuntut ilmu yang disukainya, ia bisa bersungguh-sungguh. Benar sekali, itu memang kenyataannya.
Bahkan kita semua yang pernah serumah dengannya, sadar betul bahwa Dian typekal orang yang sangat serius menjalani kehidupan Akademiknya.
Pengalaman paling jelas dalam ingatanku, ketika musim Final tiba, kita semua (kita? Gua aja kali ya?) masih stay di depan laptop, bukan untuk menuruti kewajiban belajar, tapi karena menghabiskan episode demi episode dalam sebuah DRAMA KOREA, atau adegan demi adegan dalam sebuah FILM. *Gak patut di contoh. Sementara di kamar pertama, siapa lagi kalo pemiliknya bukan Dian Rosdiana, memilih membenamkan otak, pikiran, dan konsentrasinya dalam sebuah pelajaran-pelajaran. Dalam soal akademik, anak ini yang paling RAJIN. Kalau perlu, kita bisa buatin PIALA untuknya yang terbuat dari susunan kertas-kertas yang dia sobek hasil cakaran tangannya yang tidak seksi. *eehh?

Nah, saya kok malah muji-muji nih anak ya? Ah, gak papa. Sekali-kali seumur jagung nda papa. 
Kemarin, kami sms-an. Saya kaget melihat kata-katanya. Ini pertama kalinya saya mendapat sms seperti itu.
           "Ulfa, tidur maki?" Saya kaget karena ini pertama kalinya dia sms tidak bilang "Oee nenek, tidur mako?". Wajar dong saya kaget?
             Saya bilang belum, lalu dia to the point.
             "Hiii..saya lagi ingat ucapan kakek tentang orang gampang manfaatkan diriku"
             Kembali lagi saya bingung. Maksudddmuuuu?
             "Nda tahu ee. Kayaknya orang berteman denganku karena kebutuhan ji ku rasa. Kalau nda ada yang mereka butuh na cuekika, bahkan bila saya yang susah kayak tidak mau na bantu"

Ini sudah saya sadari sejak dahulu-dahulu kala kami berteman. Maklum, Dian itu anaknya lugu, polos, dan sangat baik ke orang-orang. terkadang orang-orang udah kayak gak punya nurani ke Dian, tapi dengan hatinya yang entah lebih halus kapas apa hatinya, dengan entengnya melupakan kerugia-kerugian yang dia dapatkan.
             Saya pun memberikannya saran, yang entah ini akan bermanfaat atau tidak.
"Beranilah Dian bilang TIDAK ke orang. Beranilah menolak. Kau itu berharga. Banyak yang di butuhkan orang dalam dirimu sayang. Makanya, jangan biarkan orang manfaatkan kelebihan itu".
Lalu, Dian kembali balas dengan kalimat yang membuatku menangis.
"Bah. Kalianji Ulfa teman yang tulus ku rasa. Tapi kenapa nda ada mi salah satu di antara kalian yang di kos ini? Hampakuuu.. Sangat sangat... Semua mau pergii. Jul (teman sejurusannya) juga mau keluar (keluar dari kost-an)".

Akhirnya, saya menemukan sisi lemahnya anak ini. Kasian sekali Dian. Di balik ketegarannya menghadapi kehidupan yang keras ini, jauh dari orang tua (domisili di Bau-Bau, Sul-tengg), dan kini, kami-kami sahabat-sahabatnya pun sudah mangkir jauh-jauh dari kost-an. Diaaann, maafkan akuuu. Saya tidak menemanimu melewati hari demi hari yang harusnya kita berjuang bersama. Maafkan aku. Maafkan kami yang selalu menganggap kamu terlalu kuat untuk di tinggalkan sendiri. Maafkan kami.

Untuk adik kami, yang paling muda di antara kami, Maafkan kami ya. Al-Hasan Crew, akan tetap menjadi Sahabatmu. Insya Allah. :)
Yang kuaaattt Diaaannn.. Semangaattt ngejar Sarjana-nya, sayang. Kamu adalah teman kami yang paling hebat dan paling tangguh. Semangaaaaatttt.. We Love You. ^_____^
 



0 komentar:

Posting Komentar

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review