Hahay..
Ntahlah, saya nda tau sebenarnya disini saya mau
ngomentarin apaan. Di daerahku di Prov. Sul-sel saat ini lagi booming
banget pembahasan tentang uang panaik (red; uang belanja untuk mempelai
perempuan). Katanya, semakin tinggi pendidkan seorang perempuan, semakin
tinggi pula uang panaiknya. Ada dua versi pendapat yang saya dapatkan
terkait alasan mengapa orang tua memasang uang panaik tinggi-tinggi
untuk anak gadisnya. Yang pertama, gengsi. Seolah
martabat itu semakin tinggi terangkat jikalau anak gadis mereka
dipersunting laki-laki yang memberikan uang Panaik yang tinggi. Nominal
terendah yang saat ini saya dengar itu Rp. 50.000.000. Bisa dibayangkan
saja uang berlembar-lembar itu diserahkan kepada pengantin perempuan,
guna, membiayai semua biaya pernikahannya. Itu baru uang panaik, belum
mahar. Terkadang ada yang meminta mahar yang juga nda main-main. Rumah,
tanah, Emas, dan banyak lagi. Jadi, kalau laki-laki Sulawesi mau
menikah, minimalnya harus menyiapkan uang 100jutaan karena pasti juga
akan ada resepsi dari keluarga mempelai laki-laki. Alasan yang kedua
adalah, bukti. Bukti apa? Keseriusan laki-laki katanya
bisa diliat dari uang panaik yang ia sediakan. Semakin tinggi uang
panaiknya, maka si laki-laki juga serius ingin setia dengan perempuan
tersebut dan berpikir keras untuk meninggalkan perempuan yang telah
dipersuntingnya, karena telah menghabiskan uang yang banyak. Sedangkan
untuk nominal tertinggi Rp. 599. 000. 000, berlian dan hadiah mobil,
pihak mempelai wanita juga diberi hadiah tambahan 1 unit rumah dan kado
maupun amplop isi undangan resepsi pernikahan ini, seluruhnya diberikan
kepada pihak mempelai wanita (informasi lengkap https://web.facebook.com/photo.php?fbid=1468341936524943&set=pcb.1468335739858896&type=3)
Ini
cuman opini saya ya. Cuma opini. Bahwa sebenarnya, apa yang terjadi
saat ini didaerahku ini tidaklah berlaku untuk semua kalangan. Hanya
karena yang terekspos media itu yang nominalnya setinggi himalaya itu
(hahaha), makanya stigma pun beredar bahwa adat pernikahan Bugis lah
yang termahal. Mereka tidak tahu saja, ada beberapa pasangan suami istri yang menikah di KUA (gratis), ada yang menikah dengan panaik 10juta, 15
juta, 20 juta, kita stop disini saja ya, karena 50 juta saja sudah
nelen liur bacanya. Lalu, bagaimana pendapatku terkait ini? Sah-sah
saja, tidak ada masalah. Semua orang berhak melakukannya. Selama dia
punya uang dan tidak ada unsur paksaan. Saya sendiri sebagai perempuan
tidak sama sekali mempermasalahkan tentang ini, karena kita sama-sama
tahu tentunya bahwa pernikahan adalah Sunnah Rosul, Ibadah. Kita tidak
bisa menjualnya dengan nominal uang sejumlah ini dan itu. Kalau ada laki-laki yang
melamar dan tidak bisa memasang uang panaik tinggi-tinggi, saya
berharapnya semoga beliau tidak ditolak. Tolaklah jika alasannya adalah
si perempuan yang tidak suka dengan laki-laki itu, atau si laki-laki
yang kurang meyakinkan untuk menjadi Imam, (mengenai akhlaknya
barangkali, sholatnya, dll). Dan, untuk laki-laki jangan risau. Masih
banyak perempuan Sholehah yang siap dikhitbah meski tak ada uang
sebanyak yang selalu dimediakan. :)
2 komentar:
Wah, ada juga ttg panaik. Hihi.
Wah, ada juga ttg panaik. Hihi.
Posting Komentar