Sudah tak asing kita dengar masalah bayi hilang. Sebab, di seluruh media kasus seperti ini telah menjadi santapan liar para warga. Namun, apakah menurut Anda ini lumrah jika bayi hilang itu masih dalam perut sang ibu? Kalau menurut anda itu hal biasa, berarti Anda sama dengan orang tuaku. Menurut beliau, kasus ini sudah pernah mereka temukan bukan sekali-dua kali ini saja. Mitos yang beredar, kalau seseorang sudah pernah ngalaminnya maka sulit baginya untuk memiliki bayi/anak lagi. Wallahu A'lam.
Kemarin, tetanggaku nasibnya sangatlah sial. Sial atau kurang beruntung atau apakah namanya itupun whatever saja. ceritanya gini!!!
Sebut saja tuh anak namanya ALya (nama samaran), dia menikah saat masih duduk di bangku sekolah SMA. Kelas II tepatnya. Saat itu, sang ibu mikirnya gini, pan yang ngelamar dia anak orang kaya gitu deh, so walopun nanti ni anaknya mo lanjut sekolahnya jga gak papa. Pan ada suaminya yang biayaain. Masalahnya, nih anak ngotot kagak mau di nikahin secepat ini. Lalu, terjadilah kontak senjata antara mereka. Maksudnye bukan senjata laras panjang, senjata api, dan kawan2. Cuma sipa'gea saja di rumahnya, saling menggertak 1 sama lain. Nasib jadi anak apalagi kalau gak ngalah aja, dari pada kita di semburin kata pamungkasnya orang tua "anak durhaka". Anak mana coba yang mau di tempelin jidatnya sama itu kata-kata. Lalu? Ya, mereka menikah. Cita-cita si Alya menjadi dokter harus dia pupus sebab suaminya minta dia gak usah kuliah. Gak kuliah pun mereka sudah bisa hidup dengan kekayaan sang suami (pendek amat akalnya nih suami).
Singkat cerita, Alya hamil. Alhamdulillah. Kami sebagai tetangga cuma bisa ikut bersyukur. Sebentar lagi akan bertambah mujahid muda di kampung kami. Apalagi Alya, sang perempuan muslimah ini makin cantik dengan tubuh yang semakin gemuk dan berisi. Cantik. Sangat cantik. Di usia kandungannya yang sudah memasuki 9 bulan, Alya ke dokter guna memeriksakan kandungannya. Saat di USG, dengan girang Alya ngeliat anaknya dari layar komputer yang sangat jelas jenis kelaminnya itu laki-laki. Namun, kebahagiaan itu semakin hari semakin redup ketika usia kandungannya memasuki bulan ke-11 tapi dia masih juga belum mengalami kontraksi sama sekali. Bahkan nyeri pun tidak pernah dia rasakan. Orang-orang nanya apa dia punya keluarga yang pernah hamil sampai usia kehamilannya 11 bulan? Ya, katanya. Okelah, tak usah risau. Mungkin katanya Alya ngikut keluarganya itu.
4 hari yang lalu, katanya Alya lagi santai-santai di rumahnya. Dan, ada sesuatu yang terjadi yang membuatnya menangis, syok, dan seperti mayat hidup berjalan tanpa arah. Dia kabur dari rumah dan ke kost kakak ke-2nya. Maka paniklah orang rumah. Suami, mertuanya, bahkan beritanya sampai pada tetanggaku. Maklumlah, namanya juga kampung. Cepat banget nyebarnya kalau masalah ginian lagi beraksi.
Sang Mama mencoba menelponnya. Di sudut sana, Alya hanya menangis bersama kakaknya. Si kakak pun bingung mau bagaimana. Bingung sangat bingung bercampur syok. Ini pertama kali dia mendapatkan kasus aneh seperti ini bahkan justru terjadi pada adiknya.
kring..kring..kring..
"Mama nelpon, Al. Angkat gih"
"Aku takut mas, takut banget"
"Gak papa. Kamu sudah seharian kabur, pasti semua orang panik. Minimal buat mereka tenang sejenak dan bilang kalau kamu baik-baik saja"
Alya pun menurut.
"halo"
"Haloo, ALya. Kamu di mana nak? Kamu baik-baik saja?" Suara sang mama menyiratkan betapa khawatirnya dengan keadaan anak bungsunya ini. Putri satu-satunya.
"Iyya, Ma. Alya baik-baik saja" jawab Alya sambil menangis.
"Kamu di mana nak? Kamu tahu, kami di sini semua panik. Ini pertama kalinya kamu pergi sendiri"
"Alya di kostnya Mas Dimas, Ma"
"Ngapain? Ayo nak, pulang ya nak. Mama jemput kamu sekarang ya nak"
"Gak usah Ma. ALya gak mau pulang. Gak mau"
"Kenapa nak? Ada apa? Ayo nak, kita pulang. Kalau kamu ada masalah, selesaikan baik-baik. Kita cari pemecahannya baik-baik nak"
"Alya gak mau pulang Ma. Anak Alya hilang Ma. Anak Alya hilang. Isi perut Alya kosong. Perut Alya sekarang sudah kempes Ma. Alya juga sudah dari dokter, pas di USG perut Alya kosong Ma. Perut Alya kosong. Gak ada anaknya lagi, Ma. Anak Alya hilang Ma. Alya gak mau pulang" tangisan itu memecah hingga ke kamar-kamar lain di kostan Dimas.
Seperti petir, suara mamanya tercegat di tenggorokan. Dia seperti tubuhnya mati semua bahkan untuk mengedipkan mata pun dia tak mampu lagi. Keluarga yang mengetahui keadaan tersebut panik bukan kepalang.
Dan, di jemputlah Alya.
Ketika melihat keadaan Alya, semua keluarga pun panik. Benar, perutnya sudah tak buncit lagi. Layaknya telah melahirkan namun tidak.
semua keluarga menunggu saat Alya bisa tenang. Mereka menantikan cerita yang sebenanrnya. Dan, semuanya akhirnya Alya ceritakan ketika ia merasa lebih baik untuk menceritakannya.
"Waktu itu Alya lagi duduk di kamar. Duduk saja di kasur. Tiba-tiba Alya ngerasa ada sesuatu yang keluar dari v**i** Alya ma. Saat Alya liat, ada darah. Gak banyak. Tapi yang lebih mengagetkan Alya karena ada sesuatu yang keluar selain darah itu Ma. Alya takut melihatnya Ma, alya bingung mau bilang apa. Dada Alya sesak saat melihat itu. Alya takut Ma" Seperti ketakutan Alya tetap terus mencoba menceritakan meski tubuhnya kembali menggigil ketakutan.
"Apa nak? Ayo ceritakan saja. Pelan-pelan. Apa yang keluar selain darah itu?"
"...."
Hening..
1 detik, 5 detik, 5 menit, 15 menit...
Dan, dengan berat Alya tetap menceritakannya.
"Apa yang keluar nak?" Desak sang nenek.
"Uu..uuu..llaa...rrr, Nek"
"Hah? Apaaa?"
"Iyya nek. Yang keluar dari v**i** Alya itu ular nek. Bukan Bayi. Dan saat binatang itu keluar, perut Alya langsung kempes juga Nek" Alya terus menangis sambil memeluk lututnya. Semua keluarga hanya bisa diam.
Anda tahu, kenapa hal itu bisa terjadi? Dunia ini sudah sedemikian canggihnya, berkembangnya, kenapa masih ada hal mistis yang sangat mustahil terjadi. Tapi, inilah kehidupan. Semakin Anda menarik dari hal-hal yang sangat tidak logis ini, namun Anda akan tetap di hadapkan pada masalah-masalah semacam ini yang masih mewarnai kehidupan kita.
Lalu, pertanyaanya sekarang. Kenapa harus Alya yang mengalaminya? Jawabannya, bukan karena dan ada pada Alya. Tapi, pada orang tuanya. Menurut pengakuannya, ini terjadi karena orang tuanya selama ini bersekutu dengan Jin. Untuk apa? Apalagi kalau bukan hal-ikhwalnya adalah masalah UANG. Menjadi kawan buat Jin, selain itu SYIRIK BESAR, DOSA BESAR pula, tapi bagi sang pengguna jasa Jin ini harus memberikan apa yang menjadi kesepakatan mereka saat kontrak perjanjian mereka lakukan dengan Jin. Kita biasa mendengarnya dengan sebutan TUMBAL (bulu kuduk gue ampe merinding nyebut nih kata-kata).
Anak Alya bukan TUMBAL pertama. Sebelumnya ini pernah terjadi juga. Dan itu terjadi pada sang IBUnya. Artian lagi, Adik Alya yang seandainya tidak menjadi TUMBAL maka dia kini telah bermain dengan Alya. Apa yang Alya alami itu juga pernah ibunya alami. Namun, kenapa dia belum juga tobat? Karena jika dia melepaskan diri, maka tunggulah kesengsaraannya. Si pengguna jasa jin ini akan jatuh miskin jika dia berani melepaskan diri. Harusnya itu tak perlu kita risaukan. Ada Allah yang MAHA KAYA dan MAHA MERAJAI. Lalu, apalagi? Mungkin saja, jika si pengguna jin melepaskan diri atau bertaubat maka salah 1 keluarganya atau bahkan dia sendiri yang akan dijadikan TUMBAL. Harusnya itu tak menjadi alasan. Bukannya kematian bagi orang mungkin itu indah, dan apalagi kita meninggal setelah bertaubat? Apalagi yang perlu di risaukan? Allah itu Maha Pemaaf. Bahkan maafNya jauh lebih besar dari pada murkaNya.
Cerita ini real dan saya membaginya agar kita tak berani dan jangan pernah berpikir untuk bersekutu dengan JIN.
Ingat, Allah itu Maha Kaya. Janganlah Kaya jika hanya berasal dari hal yang tak halal. Allah meminta kita untuk menjaga keluarga kita dari api neraka, lantas kenapa kita masih saja melakukan hal-hal yang di larang?
Selamatkan diri kita, keluarga kita.
0 komentar:
Posting Komentar