Bertemu mereka di Paar Sentral Makassar seperti sebuah keberkahan tersendiri untukku.
Membuatku sedikit berkaca dan mempelajari hatiku yang membeku karena dosa.
Mereka cuma anak-anak kecil yang sedang menjalani kehidupan yang di gariskan untuk mereka. Meminta-minta memang pekerjaan hina untuk sebagian orang. But, not for me if i see their eyes!!!
Ani dan Adiknya Delfi |
Awalnya yang naik ke pete-pete cuma Ani dan adiknya Delfi. Saya sekilas saja melihatnya lalu memberi sepeser uang.
Tapi, kembali berbalik ke arah mereka dan bincang-bincanglah kami.
Ani cerita kalau Ayahnya seorang peternak ayam, dia anak ke-2 dari 4 bersaudara. Ku tanya, kenapa dia meminta-minta sementara ayahnya juga sudah memiliki pekerjaan. Katanya di suruh mama. Begitukah?
Lalu tak lama, datanglah Itha. Anak ini tersenyum dan mengacungkan gelas plastiknya di jendela, "Kak, uangta dule"
Ku balas dengan candaanku, "aah, gak mauka deh"
"Ihh, kakak. Mintaka uangta!!!"
"Ckckck,sudama kasi temanmu"
"Temanku ji.. Saya tidakpa"
"Iyya peng. Tapi saya kasi Rp.2000 tapi bagi sama temanmu yang 1 itu" Sambil menunjuk ke arah Ima.
"iyye" Katanya.
Ita |
Mereka duduk di pintu pete-pete sambil bicara denganku. Sebenarnya agak berbahaya juga membiarkan mereka duduk di sana sementara pete-pete ini sedang jalan. Namun, mereka ngotot gak mau turun. Katanya mau ngobrol sama sya. Yo wesss, siini tak ladenin ampe tekkor. ckckck!!!
Aku bertanya tentang kehidupan mereka 1/1.
1. Ani dan Delfi. Mereka memiliki Ayah yang bekerja sebagai peternak ayam. Mereka tidak sekolah karena ketidakadaan biaya. Lalu, mereka terpaksa mencari uang karena di perintah sang ibu. *Sadis tapi itulah kehidupan.
Dia punya kakak laki-laki yang sudah bekerja. Juga sama dengannya yang tidak bersekolah karena sekali lagi, ketidakadaan biaya. Huft, telan liur lagi. Bersyukur banget saya bisa sekolah. Ya Allah, betapa kerasnya hidup di bumiMu.
2. Ita. Anak pertama dari 3 bersaudara. Pernah sekolah, namun hanya sampai kelas 2 SD. Berhenti dengan alasan yang sama dengan Ani. Ketidakadaan biaya juga. Dia bilang dia pengen sekolah, pengen banget. Tapi, orang tuanya melarang karena tidak memiliki uang. Saat ku tanya kenapa dia meminta-minta, dia menjawab, "mauka bayar kontrakan rumahku.. Tidak adami bapakku. Pergi jauh. Tidak pernah pulang. Samaja kakekku tinggal di dekatna pelabuhan". Deehh, tamparan ini Ulfa. Anak sekecil dia sudah mikirin urusan RT. "Apa kerjanya mama mu? Berapa juga uang kontrakanmu dek?" tanyaku balik. "Uang kontrakanku Rp.200.000/bulan kak. Belumpi uang makanna adekku,uang lampu juga". Hadeuh!!! Apa ini? Ya Allah. Malu. Sangat malu padamu Ita. Ima tiba-tiba melanjutkan, "Mamanya ita meninggalmi kak waktu na lahirkan adek ke-3naa". Huaahhh!!! Ya Allah!!! Sakit hati ku mendengarnya. Sakit sekali!!! :'(
Ita juga bilang katanya dia pengen banget make jilbab kayak saya, namun dia tidak punya satupun makanya dia akan menabung untuk membeli jilbab. Sedih rasanya tidak bisa membantumu dek!!! :'(
3. Ima. Anak pertama juga dar 3 bersaudara. Kisahnya hampir sama dengan Ita, namun keluarga Ima masih lengkap. Hanya saja mereka tak memiliiki pekerjaan makanya mereeka terpaksa meminta Ima untuk meminta-minta. Padahal, Ima pengen sekali sekolah agar katanya bisa kuliah juga kayak saya. Hmm, kembali hatiku tersayat. "Lalu, uangmu mau di apakan dek?" Tanyaku. "Mau bayar kontrakan rumah kak sama bayar lampu juga. Biasa belija juga beras kalau ada sisana uangku".
Pete-pete berhenti sebentar karena macet.
Ku minta mereka cepat-cepat turun. Akan sangat berbahaya kalau mereka tetap di sini. Mereka anak yang penurut. Mereka berlari jauh sekali dalam kemacetan.
Aanak-anak ini tetaplah anak-anak keci yang menikmati masa dan hidupnya yang kecil. Serba sederhana dalam kekecilan.
Pete-pete berhenti sebentar karena macet.
Ku minta mereka cepat-cepat turun. Akan sangat berbahaya kalau mereka tetap di sini. Mereka anak yang penurut. Mereka berlari jauh sekali dalam kemacetan.
Aanak-anak ini tetaplah anak-anak keci yang menikmati masa dan hidupnya yang kecil. Serba sederhana dalam kekecilan.
Itulah contoh kehidupan yang keras.
Bagaimana jika kita di posisinya mereka?
Apa kita sanggup?
Setelah pete-pete yang ku tumpangi melaju, aku tercengang ketika sebuah teriakan riang ku dengar dari balik jendela pete-pete.
Ya Allah, anak-anak itu.
"Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak..Kakak.."
Mereka bergantian bersahutan memanggilku sambil memberiku tanda perpisahan.
"Dadah kakak..Dadah kakak..Dadah kakak.."
Senyum itu, mata itu, tawa itu, tedduuuhhh sekali.
Lihatlah sisi kecil mereka.
Mereka hanyalah anak-anak kecil tak berdosa yang sedang memainkan perannya sebagai tokoh utama dlm sandiwara hidup ini.
Semoga Allah mmpertemukan kita kembali sayang.
Kakak sayang sama Ani, Delfi, Ita, dan Ima.
Salam sayang.
Salam sayang.
Salam sayang.
Always for you, all!!!
My Little Star!!!
Miss u, Love u. So much!!!
:*
0 komentar:
Posting Komentar