“Majlis
Muchtar” Pak Raqib mengabsen kami di Pengajian rutin sekolah. Seseorang di
antara ratusan siswa baru tahun ini mengangkat tangannya dan aku hanya bisa
melihat jari telunjuk itu di acungkan. Kantin, kelas, parkiran, lapangan,
perpustakaan, dan sampai pada mushallah ini aku pun selalu mendengar namannya.
Denita pernah cerita tentang Majlis yang selalu teman-teman gunjingkan.
“Dia
anak kelas X.2, Cha. Masa kamu gak kenal? Ah, ketinggalan. Dia asli, Ca”
“Asli?”
Tanyaku memotong Denita.
“Hu’u..”
Angguk Denita sambil memainkan spond bedak di wajahnya.
“Memangnya
kamu palsu?”
“Bukaannn..
Maksudnya, dia asli cakep Ca. Sangat. Trus nih ya, aku dengar dari Rina, yang
duduk paling depan itu, katanya dia rajin Sholat. Pan mereka tetanggaan. Hampir
nih katanya tak pernah ia absen dari Sholat Jamaah di mesjid dekat rumahnya”
“Hah?
Serius?” Wah, ternyata masih ada anak muda sealim dia di masa edan ini. Hihi,
aku tersenyum tersanjung.
Namun, kekesalan ku pada si nama
Majlis itu membara selama sepekan ini ketika aku mendengar dia jadian dengan
teman sekelasnya, Andi Nirmala Sari. “Katanya anak rohis, kok pacaran?” Aku
menggerutu hebat dalam hati sembari merapikan ruangan UKS.
“Weh
nek, hati-hati tuh ngerapiin kasurnya. Baru kemarin di ganti sama Pak Dorka.
Kalau rusak lagi gue yang dapet sendalnya” Danu menegurku. Ya, memang kasur ini
masih baru. Tapi, apa salahnya kalau ia menjadi pelampiasanku? Mumpung nih
kasur gak bisa ngomong!
*
“Assalamu
‘alaikum, Ca” Nomor baru masuk di inbozku.
“Waalaikum
salam. Maaf dengan siapa?”
“Majlis”
“Majlis”
Hah? Majlis? Kenapa dia message
ku? Ah, dadaku. Kenapa berdegup begitu kencang?
“Oh.
Kenapa? Ada yang bisa saya bantu?”
“Iyya, aku mau minjem catatan Bahasa Indonesiamu. Kemarin aku gak masuk kelas. Bisa?”
“Insya Allah. Besok aku kasi di sekolah”
“Iyya, aku mau minjem catatan Bahasa Indonesiamu. Kemarin aku gak masuk kelas. Bisa?”
“Insya Allah. Besok aku kasi di sekolah”
“Iyya.
Tapi, bisa kamu simpan buku itu di rak novel di perpustakaan? Nanti aku ambil
kalau sudah istirahat! Aku hanya tidak mau ada orang lain yang melihat kita
ketika kamu ngasi buku. Hanya itu. Jangan tanyakan lagi apapun.”
“Baiklah” Balasku. Singkat, padat, dan jelas bung nih sms. Err, basa basi dikit bisa gak? Lah, kenapa aku justru seperti mengharapkan sms ini panjangan dikit? Halah, apa sih?
“Baiklah” Balasku. Singkat, padat, dan jelas bung nih sms. Err, basa basi dikit bisa gak? Lah, kenapa aku justru seperti mengharapkan sms ini panjangan dikit? Halah, apa sih?
*
Esoknya,
aku meletakkan catatan Bahasa Indonesia ku di rak Novel di perpustakaan. Dengan
sengaja aku mengintip perpustakaan dan…
Hah? Kok bukan Majlis yang
ngambil? Siapa anak dia?
Aku melangkah ke kelas ketika melihat
si Majlis di taman sekolah sedang membaca buku. Hah? Gila itu anak. Santai amat
ya? Sementara dia nyuruh orang lain untuk mengambil buku itu. Ihhhh. Ternyata
kamu sangat aneh. Bahkan lebih aneh ketika aku merasa telah tertarik dalam
magnet namamu.
Ternyata kisah tentang Majlis tidak
berakhir begitu saja. Selalu ia mengirimiku message dan aku tak pernah bisa
untuk menarik diri untuk enggan membalasnya. Selalu saja aku memberikan alasan
pada diriku. Apa aku sudah sangat meyakinkan diriku, kalau aku menyukainya?
Hubungannya dengan Andi? Katanya mereka putus. Meskipun dia masih saja seperti
Majlis seperti kemarin-kemarin. Bahkan ketika kami berpapasan di sekolah, dia
masih saja seperti itu. Dingin. Diam tanpa sepatah kata pun. Padahal harusnya
dia tidak seperti itu. Apa gunanya saling diam sementara sms seperti derasnya
air. Biarlah, tetap aku menikmati caranya menyikapi kedekatan kami. Darinya,
aku juga mendapatkan teman baru di kelasnya. Fitrah. Katanya, Fitrah itu sahabat
sejatinya juga dia siswa yang sangat cerdas. Yah, inilah keuntungannya untukku.
Aku di mudahkan ketika mendapatkan kesulitan memahami pelajaran.
Bel tanda pelajaran usai telah berdering
memecah segala keheningan di koridor sekolah. Aku cepat-cepat bergegas ke ruang
guru mencari Ibu Salmah untuk ujian susulan Matematika MID Semester karena aku
tak sempat mengikutinya karena sakit.
“Ibu,
sibuk ya?” Godaku manja pada guru ku yang baik hati itu.
“Kenapa
sayang? Oia, mumpung kamu di sini Ibu mau ngasi kamu hasil ujian kemarin. Dan,
kamu dapat 100!” Ibu Salmah tersenyum padaku sembari menyerahkan kertas ujian
itu lalu melangkah meninggalkanku yang sedang menatap kertas itu.
Ku lihat baik-baik kertas itu
dengan tangan gemetar. Ya, namaku tertulis di sana. Aku hanya bisa menatap
kertas itu lalu melangkah lemas meninggalkan ruang guru. Tiba-tiba Majlis
menghampiriku. Aku gemetar! Ini pertama kalinya aku bertatapan langsung dengannya.
“Aaddaa..
Apaa?” Tanyaku gagu.
“Aku
mau klarifikasi sesuatu, Ca”
“Apa
itu?”
Majlis menggamit
tanganku dan membawaku bersama langkah cepatnya. Ya Tuhan, aku gemetar. Kenapa dadaku
berdegup sangat kencang seperti ini? Ah, ini salah. Salah! Majlis menghentikan
langkahnya di depan WC. Wih, gila. Jangan-jangan dia mau nembak? Tapi, tadi dia
bilang mau klarifikasi sesuatu. Apa?
“Maaf,
Ca. Sepertinya ada yang salah”
“Kenapa?”
“Buku
Bahasa Indonesia”
“Oh,
kenapa? Mau di balikin?”
“Bukan.
Bukan aku yang meminjamnya”
“Hah?”
“Fitrah
yang meminjamnya” Majlis menundukkan pandangannya. Dia menahan nafasnya
sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya. Sementara aku? Tubuhku masih mencoba
merespond rasa kaget dan panik dengan hadirnya kertas ujian yang sama sekali bukan
milikku.
“Semua
sms tentangku, atas namaku, itu Fitrah, Ca”
“FITRAH?”
Aku tersentak. Mataku mulai perih dan bisa di pastikan kurang dari 3 detik,
kurang dari 5 potongan kalimat dari Majlis, mataku akan segera berembun.
“Ya,
itu semua Fitrah yang..” Majlis diam melihatku benar-benar menangis di
depannya. Kata-katanya tercegat di leher. Entah apa yang di pikirannya
melihatku menangis seperti ini.
“Dan,
kertas jawaban ini? Jangan bilang yang menulisnya…” Ku perlihatkan kertas
jawaban itu pada Majlis. Apalagi kalau bukan anggukan Majlis yang ku temukan.
Hatiku seperti berdarah terluka terlalu dalam. Ini seperti sebuah pembodohan
untukku.
“Maaf,
Ca”
“Kamu,
tidak salah” Serasa aku ingin kakiku langsung tiba di rumah. Aku ingin menangis
di depan Mama dan bilang, Aku terlanjur Jatuh Cinta Mama. Namun, langkah
beratku terhenti dengan bisikan Majlis “Tapi, aku terlanjur jatuh cinta juga
denganmu, Ca”
…..
8 komentar:
masalahx kenapa fitrah yg berusaha justeru majlis yang turut suka ujung2x? gak gentelmen itu fitrah.. tolong bilang ma dia.. yg paling pnting utk cwok itu bukan seberapa byk bisa mengekspresikan rasa sukax sama cewek sbalikx bagaimana dia membina karekterx ddpn cewek itu..knapa juga dia suka ma cewek tp justeru mpermainkanx dgn mewujudkan peran "Majlis" yg menurutku tdk perlu ada..
dan harusx dia tdk boleh "memanjakan" itu cewek dgn mengambilkan ujianx segala macam..itu sama dgn dia mjadikan cewek itu "bodoh" bukan mandiri..mending pake kpintaranx utk ajar cewek itu bae2.. sbnarx fitrah pintar ato bodoh sih? kenapa sikap bertentangan dgn IQ?
majlis juga satu.. emang gak pake usaha, lansung nembak ajha? weh mmgx cinta semudah itu? dan apa gunax dia kasi tw ca kalo yg slama ini mlakukan itu semua fitrah?knapa bkn dr pertama dia tw kalo nasuka itu cewek.. bahhh....keanak-anakan..
Sangat kekanak-kanakkan.
Cerita ini masih sangat panjang kak.. hanya saja ku persingkat karena tadi saya mencerna kejadian-kejadian yang sangat menguras otak..
Fitrah memang seperti itu kak.
Dia memainkan perannya Majlis.
Fitrah tahu kalau Majlis suka sama Caca..
Cuma, waktu itu Majlis terpakat sama hubungannya dengan Andi.
Mereka jadian pun karena ini desakan dari si Andi untuk pacaran selama sebulan saja.
Nah, pas mereka putus Majlis memang sudahmi ngasi signal ke caca. Cuma selalu di tarik sama Fitrah dengan modus untuk membantunya.
Padahal sebenarnya Fitrah yang ngotot.
Deh, inipun masih singkat.
masih panjang ini ceritanya.
Waktu itu juga caca tolakki si Majlis karena kejadian2 yang menurutnya gak wajar.haha
ooh bgtu? jengkelka baca kalo cowok model bgtu...ndedeh susah amat jadi cwok.. ganti jenis kelamin saja!! fitrah lagi namax kau kasi..ckck
Nama aslinya mi itu kak memang.
Fitrah Zulfikar juga memang nama aslinya.. Majlis Muchtar pun nama aslinya itu..
Yang di ganti cuma nama tokoh dari Cha-cha.. Hahaha
Fitrah Zulfikar??? wow!!!
Gluppp!!! Ckckck!!!!
Ini hanya kesamaan nama kak Murni,hihihi!!!
Tdak ada unsur kesengajaan..wkwk
ciiieeee... iyw ka kesamaan ato pembenaran?? ihi.. ketahuan dech..ckck
Wuidihhhh... Kenapa begini jadinya nah?
Hahaha..ya sudahmi dehh..saya mengalah saja.. Mau di bilang kesamaan ataupun pembenaran skalipun sah,sah saja..wkwk
Posting Komentar