Blog List
Rabu, 24 Agustus 2016
Tabayyun (pilihanku bertanya)
Kamis, 11 Agustus 2016
Iger-s
Jumat, 29 Juli 2016
PELAWAK BERNAMA WAKTU (Cerita Secangkir Kopi)
Selasa, 26 Juli 2016
SOME-DAY
Selasa, 19 Juli 2016
Uang Panai (juga)
Kamis, 16 Juni 2016
What If
Kamis, 05 Mei 2016
Maaf. Saya nda sendiri!
Siang yang terik. Matahari sudah membuat bayangan sejajar dengan badan. Waktu dhuhur hampir tiba, ketika Mia meninggalkan Pesantren. Saat di parkiran dia papasan dengan seniornya saat di MA dulu. Dengan ramah, Mia menyapa dengan ceria. Belum lama mereka bertukar kabar, si senior, yang sapa saja ia dengan Mick itu menanyakan sesuatu yang membuat senyum ramah Mia menyusut.
"Mi ... Sekarang kamu ada temen dekat gak?" tanya Mick.
"Hahahahaha emang kenapa kak?"
"Jika belum, saya ingin menebus sesuatu yang sudah lama menjadi kesalahan sikap dan waktuku"
"Maksudnya?" alis Mia berkerut. Ini aneh. Dan memang sudah terasa aneh. Ini membingungkan dan seolah pembicaraan ini semakin berat. Langkahnya mundur dari tempat berdiri nya semula dan mencoba menahan sesuatu yang tidak ingin dia dengar.
"Kak saya buru-buru, ya. Mau kerumahnya Dian dulu..."
"Ehhhh tunggu Mi.. Tunggu.. Gini, saya gak mau buat kesalahan lagi. Andaikata dulu saya berani tegas, kita gak akan kayak gini. Kita pasti sudah bahagia sekarang Mi. Kita pasti bisa menjalani hidup yang baik sekarang".
"Hahahaha kakak ngomongin apaan sih. Saya pergi ya"
"Mia tunggu... Saya bisa kembalikan semua tentang kita. Saya bisa itu. Saya mau kita bisa sama-sama kayak dulu lagi"
"Kak... Saya sudah...."
"Saya akan BBM kamu ya. Soal PIN nanti saya minta sama Inha. Oke. Kamu bisa pergi".
Seperti tak mengizinkan Mia menjelaskan sesuatu dan tidak membiarkan sepatah kata yang bisa menutup kesempatan itu keluar dari mulut Mia. Mick pergi meninggalkan tempat Mia berdiri. Sambil memegang tangan Mia, Mick bilang. "Tunggu saya".
Dalam hati, Mia berteriak. Tapiii saya sudah tidak sendiri lagi, Mick. Saya mau bilang itu.
Jumat, 29 April 2016
Masih Menunggu
Rabu, 27 April 2016
Cabaran dalam Perjalanan Rasa
Disetiap hari yang dihadirkan Allah, dihadiahkan untuk hambaNya selalu ada rahasia hikmah yang diselipkan untuk kita. Gunanya tak lain selain untuk mberi kita bukti betapa besar rasa kasihNya tiada batas. Pernah sekali saya mendengar sebuah cerita singkat. Ada seseorang jemaah yang bertanya pada seorang Kyai, "Kyai bagaimana cara kita mengukur kasih sayang Allah" tanyanya serius. Sang Kyai berkata, "Apa kamu bisa mengukur bagaimana besar kasih dan sayang serta perjuangan dan pengorbanan Ibumu hingga usiamu seperti saat ini?". Jemaah pengajian tersebut menggeleng mantap. "Begitulah kasih sayang Allah. Kasih sayangNya bisa kamu lihat dari Ibumu". Ibu, Ibu, Ibu. Mamak kalau saya sebut Beliau. Begitupun sahabat. Kita semua. Disaat kami tertimpa musibah kemarin, yang pertama kali terlintas dipikiiran kita adalah Ibu kita, Mamak 'ta'.
Sahabat saya yang kecelakaan, katanya dia sempat nangis. Hahaha. Meringis mungkin. Gengsinya lebih besar. Lalu saya? Ketika kecopetan, saya sadar, orang pertama yang ingin saya hubungi adalah Mamak. Pulsa seadanya gak mungkin nembus ke Mekkah, mamakku jauh ta pas anak ta butuh qta kasian. Hiks hiks hiks. Namun tangis ku sempat pecah sedikit, saat sudah bertemu sahabat yang sama2 kena musibah dihari yang sama. Mungkin karena kehangatannya, bisa menjalar seperti menenangkannya Mamak pas saya curhat. Dalam perjalanan rasa kami, ini mungkin cabaran untuk melihat bagaimana aliran itu menyatu menjalar dalam pikiran. Bagaimana membahasakannya ya? Hanya dapat digambarkan lewat kalimat familiar, "love makes you blind". Membuatmu lupa akan musibahmu. Kesulitan mu. Kenapa saya tidak terlalu terpikir dengan dompet yang hilang, isinya ada uang yang jumlah nya gak banyak tapi besar sekali menurut orang kecil macam sayaaa? Karena pikiranku tertuju sama teman yang kecelakaan. Lalu saat bertemu sahabat, mengapa ia rela menahan perih luka2nya demi mendengar ceritaku, mengantarku pulang sembari menahan sakit di kakinya. Itulah alasan yang ku maksud bahwa cinta akan membuatmu buta. Akan sakitmu, kesulitanmu. Kita saling mendengar keluhan masing2, menenangkan ketika salah satu dari kita menangis. Seperti itulah yang kamu namakan cinta. Yang akan membuatmu buta tapi menyembuhkan.
Senin, 25 April 2016
Ketika kamu menunggu
Pertanyaannya.
Kenapa kamu rela menunggu?
Menunggu seseorang yang belum pasti akan membayar semua yang telah kau korbankan demi dia? Waktumu paling utama.
Jawabannya.
Karena setiap harapan, impian, dan doa selalu diiringi dengan pembuktian. Pembuktiannya apa? Mungkin dengan cara seperti ini. Dan lagi, saya pun tidak pernah tahu, apa yang sedang ia korbankan, apa yang sedang ia lalui demi saya.
Kita serahkan saja sama Yang Maha Melihat dan Yang Maha Tahu.
Demi Prosal #PartI
Seseorang akan menjadi semakin baik (harusnya) setelah mengalami banyak kesulitan dalam hidup. Pelajaran itu yang kadang banyak orang yang tidak menyadari. Kenapa tiba2 saya mengatakan ini? Saat menunggu dosen pembimbing II-ku, saya lebih takut menelpon si Bapak ketimbang menunggunya berjam-jam. Soal menelponnya mungkin karena saya selalu menaruh hormatku yang besar pada mereka para Guru. Soal menunggu, bahkan jika saya gagal bertemu sehari itu juga nda masalah. Kenapa? Mungkin sudah terbiasa saja. Di S1 dulu, ini seperti pembentukan karakter kami sebagai mahasiswa yang berlari luntang-langgang demi meraih gelar Sarjana. Lebih tepatnya terbiasa menunggu. Ckckck. Kita tidak selamanya menunggu. Menunggu tak selamanya sakit dan melelahkan. Mungkin iyya kita rasakan, tapi semuanya akan kita lupa sendiri. Cepat atau lambat. Ntah dgn kejadian baru atau hasil menunggu itu yang akan menyembuhkan. Selamat menunggu Ulfa di 2 jam yang menyelesaikan banyak lagu. 🎀
Pukul 14:10
Fakultas Ekonomi
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
Kamis, 21 April 2016
Untuk Kak Dini
Perempuan memang sepertinya harus banyak diam kak. Banyak memendam. Banyak bersabar. Karena yang diciptakan mengkhitbah-pun bukan perempuan kak, tapi bukan berarti perempuan harus berhenti untuk mencintai. Tidak kak. Kita tetap harus mencintai. Meski kepada dia yang telah memecah piring dan gelas dalam hati. Ckckck.
Kak, mau tidak lu ceritakan kepadamu 1 kisah perempuan yang mirip sekali denganmu? Tapi perjuanganmu sepertinya masih lebih hebat kak dari dia.
Kita samarkan namanya saja ya, agar, privasinya tetap terjaga. Anggap saja namanya Sasha. Usianya lebih muda setahun atau dua tahun darimu kak. Tingginya 156 cm dan BBnya 52 Kg. Kamu membayangkan bagaimana posturnya? Secara kasat, orang bilang "badannya bagus" meski dalam hatinya dia masih ingin lebih gemuk lagi. Itu secara fisik tapi saya tidak akan menceritakan itu kak. Saya mau menceritakan satu dari sekian banyak kisah hidupnya yang berliku.
Kak Din, dia perempuan yang cantik kata orang kak. Banyak laki-laki yang suka dengannya, dan saya tahu pasti itu. Banyak yang mendekat padanya kak. Namun, dia tidak bisa begitu saja menerima semua rasa suka itu. Dan inilah list kisahnya dengan beberapa orang.
A. Laki-laki yang usianya lebih tua 6 tahun darinya. Mereka sempat pacaran 6 tahun, namun gagal. Karena ternyata sejak tahun ketiga, Si A juga punya pacar lain. Sakitnya sangat sakit. Setiap malam Sasha menangis, Kak. Tersedu bahkan jika Bapaknya mendengar tangisannya-pun tidak ia hiraukan lagi kak. Dan semuanya berakhir. Usai. Di 6 tahunnya.
B. Sasha menanggap kali ini mungkin dialah yang akan membahagiakan nya dan akan menikahinya. Tapi tidak kak. Hampir 2 tahun mereka dekat, Sasha sudah tidak sanggup kak menahan amarahnya setiap kali bersama laki-laki ini. Sifatnya yang terlalu over protektif, terlalu memaksa, terlalu ingin ikut campur, terlalu ingin selalu ketemu, dan banyak hal kak. Sasha angkat tangan. Dan, sepertinya ada alasan kuat yang lebih kuat mengapa ia memilih untuk tidak lagi melanjutkannya. Alasan yang hanya Sasha dan Tuhannya yang tahu. Seenggaknya di kisah ini, Sasha pun menangis. Impiannya untuk menikah kbali gagal. Dia tidak ingin menikah dengan laki-laki yang tidak bisa membuatnya nyaman kak. Termasuk dengan si B ini. Itu harapannya.
C. Kali ini hanyalah sebatas mencintai tapi tak bisa memiliki kak. Sasha yang kuat, Sasha yang sabar, Sasha yang pengertian, Sasha yang lebih banyak diam, dan Sasha yang selalu berdoa untuknya. Dengan laki-laki yang belum setahun ia kenal dekat. Hanya itu.
Di laki-laki Si C ini kak, Sasha merubah seluruh dirinya agar pantas untuk dia. Sasha selalu cemburu dengan perempuan yang dekat dengannya. Setiap kali Sasha melihat like2 laki2 ini di foto beberapa perempuan kak, Sasha hanya menangis menahan cemburunya. Dia diam kak. Dia tdk menanyakannya langsung ke pemuda itu. Kenapa? Karena Sasha tahu kalau laki2 itu juga mencintai Sasha. Tahu dari mana kak? Beberapa kali laki2 itu mengatakannya. Tapi belum pasti dia berkata jujur kan kak? Ya, itulah dia. Sasha mempercayainya. Kak Dini tahu bagaimana rasanya ketika semua pesan2 kita tidak dibaca? "Mungkin dia sibuk" pikir Sasha. Dan itu selalu Sasha lakukan agar Sasha pantas mendampingi pemuda itu kak. Lagi-lagi itu hanya pikirannya Sasha. Tentang perempuan yang ia cemburui. Banyak kak. Sasha selalu menangis dan mood berantakan setiap kali melihat keakraban itu. Saat saya mengetik ini, saya ikutan menangis kak. Terseduuuuu. Uhh Kak. Bayangkan gimana rasanya ketika kakak cemburu dengan perempuan lain dan kakak tidak bisa marah? Sakit kak. Namun apa yang bisa Sasha lakukan? Mengejar laki-laki lewat doa-doanya kak di sepertiga malam. Hingga saat ini kak, Sasha masih berjuang menjalani itu. Doakan Sasha ya kak, semoga jika memang pemuda itu yang tertulis di Lauh Mahfuds untuk menjadi pendampingnnya, Hati mereka di satukan, jalan mereka dilapangkan, di mudah kan, namun jika tidak, doakan Sasha pula diberikan jalan terbaik untuk mereka tanpa ada yang saling menyakiti.
Kak Dini, apa yang Ulfa ingin sampaikan disini? Hanya 1 kak. Bersabarlah. Awan tak selalu mendung. Roda tak selalu di bawah. Mencintai itu menyembuhkan kak. Kalau kakak tersakiti dengan semua yang menyakiti kakak, bersabarlah kak. Akan ada 1 orang kelak, yang akan selalu membuatmu bahagia hingga Kak Dini lupa, sakiitttnya hidup yang telah kak Dini lewati. Bersabarlah. Perempuan itu harus kuat. Perempuan itu harus banyak sabar. Biar Allah yang tahu rasa sayang kita yang sakit. Biar Allah yang balas segala kesabaran yang kita lewati. Dan, semoga Kak Dini cepat sembuh. Ulfa sayaaaang sekali sama Kak Dini. Maaf untuk BBM yang tak sempat saya balas. Selamat Hari Kartini kak. Kuatlah. Terbang bebaslah. Berekspresilah. Bahagialah. Seperti Kartini yang menemukan terangnya, setelah gelapnya.
21 April 2016
Dariku yang mencintaimu kak.
Ulfaa...
Senin, 18 April 2016
Tentang Seseorang
Setahun sebelum bertemu denganmu saya sudah tahu tentangmu. Sempat membaca biografimu, melihat fotomu. Mungkin foto itu saat kamu masih SMA ya? Ckck. Kamu nampak lugu.
Usiamu 2 tahun lebih tua dariku. Makanya saat pertama kali kamu menyapaku, langsung saja ku panggil kau dengan sapaan 'kak'.
Kak, saya suka nama kamu. Meski saya tidak tahu artinya tapi menyebutnya mendesirkan darahku. Ahhh, berlebihan. Hahaha. Yahhh, seperti itulah mungkin saya malu~malu menyebut namamu. Selalu tersenyum jika nama kamu disebut salah 1 teman kerjaku. Nama kamu gak asing kak. Membuat sebuah tangga nada jika mendengarnya.
Waktu itu, pertamaaa kali kita bicara. Kamu menanyakan sesuatu. Tentunya terkait dengan urusanmu ditempatku bekerja. Saya menjawabmu tanpa melihatmu sedikitpun, saat itu kamu masih biasa saja, belum istimewa. Hingga, komunikasi kita di WA atau Line menjadi intens. Saat saya menyimpan nomormu, agar saya menghubungimu, dan lagi~lagi itu terkait dengan urusanmu ditempat kerjaku. Tapi tak mengapa. Itu sudah alhamdulillah.
Lalu mengapa tulisan ini ada? Karena hampir setahun saya mematikan memoryku tentang kamu, tiba~tiba kamu muncul di beranda Facebookku. Bukan kamu. Hanya fotomu. Dan saya sudah lupa ternyata, saya pernah berjuang agar bisa menjauh dan menghilangkanmu lekat~lekat dari duniaku. Menyembuhkan luka yang kamu buat.
Saya pernah membaca sebuah kalimat kak.
"Ke dalam hatiku kamu boleh masuk, tapi kenakan alas kaki. Karena seseorang pernah memecahkan gelas dan piring disana".
Lalu kamu sebagai siapa dalam kalimat ini?
Kamu adalah orang yang memecahkan gelas dan piring itu.
Menjadi perempuan yang terlahir sebagai anak ke~2 dan bergolongan darah A, saya harus menerima kepribadianku yang secara tidak langsung berasal dari 2 domain 2 hal diatas tadi. Anak kedua, golongan darah A yang menghasilkan perempuan yang mudah Baper.
Bagimu mungkin biasa saja komunikasi kita. Tapi tidak dengan saya. Kamu secara istimewa buatku. Hanya 3 bulan. Hanyaaaa 3 bulan kau buat saya merasa Istimewa. Lewat dari itu, saya seperti pasien BNN yang sedang menyembuhkan dirinya dari jeratan Narkoba yang sewaktu~waktu bisa sakau.
Hampir setahun saya menghapusmu dari jejak terkecil sekalipun. Dalam hidupku. Nomormu ku hapus. Nomorku juga alhamdulillah karena satu dan lain hal ku ganti dengannya otomatis komunikasi kita tidak akan terjalin lagi. Mengubur kamu dalam~dalam.
Setidaknya saya pernah mengenalmu dan menjadi temanmu. Meski saya yang berlebihan tapi inilah kisah tentang kamu. Tentang seseorang yang sebentar saja mengenalnya tapi mengurai banyak kalimat tentangnya. Saat ini, saya sedang menyukai seseorang. Dan, ku harap dia tidak akan sama dengan ceritamu, kak. Selamat malam.
~AA
Jumat, 29 Januari 2016
Mimpi
1. Saya menghabiskan waktu bicara panjang lebar dengan seorang Pemuda yang saya tahu persis siapa dia. Sudah beberapa kali dia masuk dalam mimpiku, tapi saya belum pernah masuk dalam mimpinya sepertinya. Anaknya orang yang nda ditaaau antah berantahnya dari manaaa bisa sangat bebas masuk dimimpiku. ANEH.
2. Ai' tenggelam. saya melihatnya tenggelam di air, nafasnya mulai hilang. Tangannya menggelepar-menggelepar di air. Suaraku juga tercegat dileher, nafasku tidak beraturan, kakiku kaku, seperti merasakan sekujur tubuhku stroke seketika. Saya melihat Ihsan, adikku, menolongnya dengan nyemplung ke dalam air. Menolong ai' yang ntah dia masih hidup atau tidak.
Samar-samar ku dengar ada Murottal, dan membangunkanku dengan tubuh berkeringat. Tulangku terasa ngilu. Kepalaku berat. Apa maksud mimpi ini Ya Robb-ku.
Antara Beruang dan Berjuang
"Fath, sini" panggil Ijal sambil melambaikan tangannya, seniornya saat SMA itu.
"Ahh nda mau. Sini saja. Saya malu kak ke sana" Katanya.
"Yaeellaaaah, giliran kekampus malu. Di sekolah emang lu taro dimana malu itu?" Tanya Ijal dengan tawa terbahak-bahak. Bibir Fath manyut, dengan tatapan sinis dia memperlihatkan kepalan tangannya.
Dari atas gedung seorang mahasiswa teriak.
"Jal, siapa lu tuh?"
"Oh ini? Itu, anak korban tsunami yang gua pungut di got tadi. Kasian dia mah" Balas Ijal dengan tawa yang lebih bebas.
"Hahahaha, sialan Lu. Kalo gitu buat gua aja. Cantik soalnya"
Barulah tawa Fath pecah. Sepertinya dia sangat setuju dengan kalimat sahabat seniornya itu.
"Fath, nanti kamu kuliah disini ya? Sudah nama kampusnya Muslim, insya Allah kamu tambah Muslimah. Biar gak tomboy lagi" Kata Ijal.
"Gak mau ah. Kampusnya angker. Bangunannya tua dan sangat tidak bersemangat"
"Kualaaat lu ya nanti"
Dan, hari ini. Kartu Mahasiswanya menjadi bukti nyata bahwa Ia adalah Mahasiswa Kampus Hijau yang pernah ia hina dulu. Meski tak sepenuh hati mengatakannya. Kakinya terus melangkah dengan cepat, memburu Profesor yang bakalan jadi Supervisornya kedepannya saat Tesis itu benar-benar diperjuangkan. Auditorium Al-Jibra. Matanya menyusuri isi ruangan yang luas. Sangat luas. namun sosok yang ia cari belum muncul sedikitpun.
"Ah maaf kak, ganggu. Mau nanya. Prof. Achmad dimana ya? Tadi saya janjian disini, cuman saya gak tau beliau dimana" katanya pada perempuan yang sepertinya menjadi panitia di acara yang akan berlangsung tidak lama lagi.
"Maaf adek siapa?"
"Saya Mahasiswa PPs, kak. Mau minta persetujuan pembimbing sama Beliau"
"Oh gitu. Beliau ada dibelakang Anda"
Berbalik. Ssseeetttttt.... Tinggi, kumis yang lebat, wajah yang sangat berwibawa dan kebapakan. fath menarik napas panjang lalu kemudian berjalan menghampiri WR III tersebut. beliau masih berbicara dengan sesamanya dosen sehingga Fath harus menunggu sampai Beliau menyelesaikan perbincangannya. Salah 1 Dosen menegur,
"Kenapa Nak?"
"Ohh anu pak, ini saya mau minta TTD persetujuan pembimbing sama Prof. Achmad" Kata Fath, gagap.
"Oh, iyya. Prof. Achmad, ini ada mahasiswa ada perlu" Objek yang dituju melihat Fath lalu tersenyum. senyum yang sangat menenangkan, dan dengan pelan fath menyodorkan kertas berisi Persetujuan Pembimbingan.
"Sini Nak" Dan, setelah konsultasi beberapa saat. TTD pun berhasil didapatkan. Dengan hangat Si Bapak menyalami Fath dan berkata "Semangat ya". TERBAAAAAANG.
"Andai semua dosen seperti ini Ya Allah" Batin Fath.
Ketika Fath membuka BBM, salah 1 kontak di BBMnya "Beruang Bengkak" seperti menjadi mantra baru. Pasalnya, nama Beruang seolah menjelma menjadi Kata BERJUANG. Dan, entah bagaimana caranya tulisan Beruang dan Berjuang seolah beriringan dan menempel dimana-mana. Di dinding, di lantai, di atap, di jendela, dikursi, bahkan di berkas-berkas yang Fath pegang. bibirnya mengulung senyum hingga keesokan harinya. Pagi benar, seperti biasa Fath sudah siap menginjakkan kakinya di Bumi Allah mencari Dosen yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Bermodal alamat dari teman, kesasar beberapa kali, lalu sampai di rumah bercat abu-abu. Mengetuk pintu berkali-kali dengan tangan setengah gemetaran, dan ALHAMDULILLAH. Beruang memang Mantra ajaib. Kok beruang? BERJUANG maksudnya. Ahh apapun itu, perjuangan hari ini alhamdulillah dilancarkan. Ini belum usai. Ini justru awal dari segalanya sampai Ijazah di genggam di tangan. ^____^
Seperti kisah fath di atas, mungkin di luar sana banyak Fath yang lain yang sedang berjuang juga. Denganku juga. Sama. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan segalanya untuk kita. aamiin Ya Rabb.