"Sejak kapan lue berubah gini, Fa?"
"Sejak gue sadar dengan status agama gue di KTP"
"Heh?"
"Kenapa?"
"Gak papa. Perubahan roket lue belum bisa gue terima. Cukup gue maklumin aja. Tapi, lue tetap gue kontrol. Tau-tau kapan-kapan lue berubah drastis, baru lue gue pasung"
"Loh? Emangnya salah gue apa?"
"Gue cuma gak mau lue berubah jadi ekstrem, Fa. Dengan begini aja, gue dah gak nyaman ma lue"
"Sejak gue sadar dengan status agama gue di KTP"
"Heh?"
"Kenapa?"
"Gak papa. Perubahan roket lue belum bisa gue terima. Cukup gue maklumin aja. Tapi, lue tetap gue kontrol. Tau-tau kapan-kapan lue berubah drastis, baru lue gue pasung"
"Loh? Emangnya salah gue apa?"
"Gue cuma gak mau lue berubah jadi ekstrem, Fa. Dengan begini aja, gue dah gak nyaman ma lue"
Apa salahnya dengan gamis? Kenapa semua mata seperti menolak pandangan yang ku lukis saat ini? Apa gamis mencerminkan jalan yang kaku dan riskan terhadap berbagai hal-hal yang tidak lazim?
Begitulah awal mula keadaan yang harus ku lalui. Banyak sekali komentar-komentar yang di selipkan di telingaku. Saya sendiri tidak mengerti, sejak kapan saya mulai menempuh jalan ini. Hanya persoalan nuraniku yang merasa nyaman dengan kondisi seperti ini. Berjilbab, make gamis, dan tampil seperti yang di foto-foto temanku yang mengatasnamakan diri mereka Hijabers. Mataku hanya sekali melihat mereka lalu kemudian aku merasakan aliran darah dalam tubuhku menjadi sejuk seperti es. Sejak saat itu, aku selalu mengganggu Andira. Setiap malam, ku sms dia tentang pengetahuan yang dia dapatkan di tempat kajian atau apalah namanya itu. Bertanya sampai Andira tertidur sembari tangannya masih menggenggam hapenya setelah membalas sms-smsku.
Aku hanya ingin menjadi seperti yang di foto.
Siang yang panas. Allah. Kalau di dunia saja saya tidak sanggup dengan panasnya dunia yang kau ciptakan ini, maka tolonglah aku agar tidak merasakan panas yang kata Al-Qur'an di akhirat kelak akan jauh lebih panas lagi. Ku lihat matahari yang menusuk bola mataku, dia begitu jauh dari ku Ya Allah. Ketika aku melihatnya, bentuknya benar-benar bulat yang sempurna. Namun, warnanya tidak lagi akan orange tapi akan berubah menjadi kebiru-biruan. Sungguh, aku tak tahan untuk melihatnya lama-lama. Matahari itu katanya akan berada sejengkal di atas kepala manusia. Bagaimana lagi wajah kami? Akankah itu yang akan membakar wajahku Ya Allah? Ketika itukah aku akan merasakan badanku layu seperti daun salam yang terbakar? Menyisakan bau yang menyengat? Ahhh, aku tak sanggup melanjutkan pertanyaanku!!!
"Rafa, kamu kenapa?" Andira melihatku menangkup kedua tanganku di wajah. Pasti dia akan berpikir kalau aku sedang terganggu dengan masalah.
"Tidak. Hehe, hanya mengusap wajah yang panas karena matahari"
"Oh.. Ah, kemarin saya melihat Rafa di Apotik. Beli obat apa? Sakit apa?"
"Oh, gak sakit apa-apa kok mbak. Saya hanya membeli test pack untuk kakak saya. Katanya mau tes kehamilan. Mudah-mudahan beneran, biar saya dapat ponaan lagi. Hihihi"
"Wah, alhamdulillah. :) .. Selain itu, ada sebenarnya yang ingin saya bicarakan sama Rafa. Bisa?"
"Apaan? Bisa banget malah"
"Saya mau ke kalimantan, Fa. Saya di lamar orang sana. Pekan depan, saya akan berangkat"
"Secepat itukah? Saya masih mau belajar banyak, Dir"
"Rafa, kamu sudah bangun pondasinya. Selanjutnya, rumah kamu itu harus kamu bangun sendiri. Belajarlah sendiri. Carilah sendiri ilmu itu''
Di situlah ujiannya. Mencari ilmu sendiri!!!
Ketika halangan utama ku adalah berinteraksi dengan orang-orang baru, maka aku belajar lewat Facebook. Ku jejaki semua orang-orang yang menurutku Alim. Aku sendiri tidak yakin akan sosok alim yang hanya mengukur dengan kacamata ku sendiri. Aku juga tidak peduli. Pesan Andira hanya 1 "Untuk mencari ilmu Agama, carilah pada wanita. Jika mengharuskanmu mencari sama laki-laki, maka carilah pada Orang Tua, Fa. Ulama lebih tepatnya. Dia yang akan mengantarmu pada perempuan yang akan membantumu mendalami agama".
Tapi, urat malu ku masih mengakar erat untuk mencari orang yang bisa ku mintai petuahnya hingga akhirnya ku putuskan belajar melalui BUKU. Ya, BUKU.
Ketika aku merasa mantap dengan jalan yang ku tempuh, menjadi seorang perempuan yang ingin sholehah aku di kagetkan dengan kedatangan teman-temanku di kampus. Aku di seret ke dalam mobil dan di larang berbicara satu kata pun.
"Kalian kenapa?"
"Diam, Fa. Kamu akan di kenakan pertanyaan ketika di secret Blackerzt"
"Tapi, kenapa?"
Kembali mereka terdiam.
"Masuk, Fa. Kita mau bicara sama kamu" Karnita memaksaku memasuki ruang tengah. Aku melihat ruangan ini masih seperti dulu ketika kami masih sering bersama. Itu dulu sebelum aku menemukan jalan ini.
*Praakkk
Sebuah tamparan mendarat di pipiku.
Aku menatap Sidiq yang kali pertamanya menyentuh pipi ku justru dengan hempasan emosi.
"Kalian kenapa? Menyeret aku ke tempat ini tanpa penjelasan apapun dan sekarang aku di tampar tanpa kesalahanku yang aku sadari"
"Diam kamu!" Hardik Firman.
"Sejak kapan kamu kasar, Fir?" Tanyaku padanya yang menatapku seperti ada kebencian yang menjeratnya hingga dengan nikmatnya menghardikku.
"Sejak aku merasa kamu bukan lagi bagian dari kami"
"Karena apa?"
"Karena pakaian kamu sudah kayak gini, Fa. Sejak kapan lue jadi kayak gini?" Wajar kalau Karnita terheran dengan perubahan pakaianku. Sejujurnya aku juga belum sempurna kawan. Pakaian ini hanya sedikit dari perubahan yang ingin ku lakukan. Kebiasaanku sehari-haripun belum ku bisa ku rubah total. Banyak dosa yang telah ku lakukan dan aku ingin memperbaikinya. Mengertilah. Ingin sekali ku sampaikan ini pada kalian. Ingin sekali.
"Karena pakaian kamu sudah kayak gini, Fa. Sejak kapan lue jadi kayak gini?" Wajar kalau Karnita terheran dengan perubahan pakaianku. Sejujurnya aku juga belum sempurna kawan. Pakaian ini hanya sedikit dari perubahan yang ingin ku lakukan. Kebiasaanku sehari-haripun belum ku bisa ku rubah total. Banyak dosa yang telah ku lakukan dan aku ingin memperbaikinya. Mengertilah. Ingin sekali ku sampaikan ini pada kalian. Ingin sekali.
"Kenapa diam?" Lagi dan lagi Firman menghardikku. Seperti rasanya ini jauh lebih sakit dari pada ketika aku sendirian berjalan tanpa Andira. Kalian sahabat yang harusnya mendukungku sahabat. Kenapa kalian membenciku? Aku menangis.
"Fa, kami minta maaf jika kami kasar. Kami hanya tidak siap jika sewaktu-waktu kamu meninggalkan kami yang masih jauh dari kata muslim ini. Kami masih membutuhkanmu di sini" Karnita memelukku yang sesenggukan tak berdaya. aku memeluk lututku yang lemas gemetar karena hardikan Firman.
"Aku hanya ingin menjadi baik. Aku tidak ada niat untuk menjauhi kalian. Kita masih bisa berteman. Apa yang salah dengan kalian sampai kalian menjadi keras begini?"
"Karena jilbabmu, baju mu yang kayak karung goni itu menakutkan kami, Fa"
"Apa salahnya pakaian ini? Ini penutup auratku" Tak sadar aku menggertak mereka.
"Aurat? Aurat? Tssaahh, sok alim kamu. Tcuuiihh!!" Siapa sangka. Sahabatku Sera yang ku kenal pendiam ini angkat bicara dengan kata-kata yang membuatku illfeel dengannya seketika.
Aku berdiri. Aku menghadang Sera dan ku genggam tangannya. Aku menangis di tangannya. Aku memeluk dirinya yang kini ku benci.
"Aku benci dengan Sera yang ku lihat saat ini"
Sera mendorongku hingga tersungkur di lantai. "Aku pun demikian" Katanya.
"Mulai sekarang kita punya jalan masing-masing. Pulanglah" Keputusan Karnita ini menyiratkan kalau mereka benar-benar membuangku sekarang.
"Kami akan mencari penggantimu dan kami pasti akan menemukannya". Kata penutup dari Firman sebelum aku di seret keluar sekret.
Beginikah rasanya di campakkan? Hatiku berkata, jangan takut Rafa. Allah bersamamu. Apalah artinya dunia menyukaimu tapi Allah menjauhimu? Ketika Allah bersamamu, menyayangimu, itu akan jauh lebih baik meskipun seluruh dunia membencimu!!!
2 komentar:
sampaikan pada Rafa bahwa Allah tidak akan membiarkan dia sendiri.. saat dia memutuskan untuk mencintai Allah, maka DIA akan menghadirkan org2 yg menyintaiNya utk turut mencintaimu.. TANPA SYARAT..kerna dia menjalin hatimu dan hati2 mereka dgn rabithah hati
"sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan
kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
ya Robbi bimbinglah kami…
rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu
hidupkan dengan ma’rifatMu
matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela
rapatkanlah dada kami
dengan karunia iman
dan indahnya tawakkal padaMu
kuatkanlah ikatannya
tegakkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahyaMu"
ukhuwah itu ada rohnya yg tersendiri.. saat Allah mempertemukan hati2mu dgn saudari2mu, ketahuilah DIA menginginkan kebahagiaan dan kebaikan buatmu.. syukurilah
Rafa mendengar!
Rafa menghapus air mata itu..
Menyanyikan Syair Rabithah Cinta sembari mengharapkan nya menjadi do'a yang menguatkannya.
Allah bersamanya, dan bersama sahabat yang akan datang..
Posting Komentar