Rabu, 07 November 2012

Kisah Rama

di November 07, 2012
Masa KKN-PPL lalu, tidak hanya membuatku belajar beradaptasi dengan kota kalong. SMPN 2 Watansoppeng adalah salah satu sekolah terpandang di kota ini, alhamdulillah. Tak ada sedikit penyesalan pun bertemu mereka adik-adikku.
Salah satu program PPL yang kami rancang adalah membuat gedung sekolah yang jauh lebih sehat. Maka, jum'at pagi kala itu kami menggerakkan sejumlah siswa laki-laki yang sedang berolahraga untuk mengangkut semua bangku sekolah yang sudah tak terpakai lagi. Sebuah pintu kecil yang menghubungkan gedung sekolah dengan tempat yang akan di jadikan gudang tersebut dengan tangga kecil menuju tempat itu. Kemarin sore, kakak-kakakku sudah merapikannya karena ternyata tanah kosong yang mereka canangkan adalah tempat yang dulunya berdiri sebuah rumah panggung yang di tempati sebuah keluarga kecil di sana. Keluarga yang sangat bahagia. 4 orang anak dengan segudang prestasi-nya masing-masing.
Nah, di pintu kecil ini saya menemukan sosok anak kecil. Saya merangkul lehernya, memeluknya dan sempurna pendekatanku. Dia menyukainya. Wah, terima kasih.

"Namanya siapa?" Tanyaku penasaran sambil tetap menggamit tangan kecilnya.
"Rama" Jawabnya datar. Ekspresinya juga datar. 
Lalu ku ajaklah Rama ke kantin sekolah, ku ajak dia membeli apapun yang dia mau. Tapi, yang ku dapati dari ekspresinya adalah tetap datar. Sang penjaga kantin, Kakak yang tak ku ketahui namanya itu mulai bercerita.
"Dia masih syok dik"
"Syok? Kenapa kak?"
"2 bulan yang lalu, ia kehilangan Ibunya"
"Memangnya Ibunya ke mana?"
"Meninggal"
Hah? Ya Allah, pantesan saja ekspresinya sedatar dan sedingin ini? Kasihan sekali anak ini Ya Allah. Dia masih terlalu kecil untuk Kau uji sesulit ini. Usianya masih 4 Tahun ya Robb. Masih terlalu halus jiwanya. Masih terlalu jernih matanya untuk menangisi kematian Ibunya. Lalu ku ingat, Rosul pun mengalami hal yang sama ketika masa belianya di tinggal Sang Ibu.
Rama
Ku andaikan diriku di posisimu Rama. Saya tak yakin akan setegar dirimu.
Bermula di pertemuan ini, setiap ke sekolah saya akan mencari Rama.
Jika ada waktu luang, akan ku ajak dia makan bersama. Jika tidak, maka akan ku ajak dia menemaniku mengajar. Sungguh, saya menikmati kebersamaan kami.
Kelak jika ku tinggalkan tempat ini, setidaknya Rama sempat merasakan kebersamaan denganku yang sebisa mungkin akan ku perindah, dan ku jadikan bingkai kisah yang indah untuknya. Adikku, mari kita bermain bersama.

Satu sore, saya ada waktu lowong. Saya ikut kakak-kakakku yang laki-laki ke sekolah untuk mengecat. Tidak ada kerjaan di posko maka ikut bersama mereka terkadang menjadi keseruan KKN apalagi mendengar lelucon mereka. Ketika kakak-kakak mengecat, kebetulan kuas hanya ada 2 maka saya hanya bisa melihat mereka saja. Ayah Rama kemudian datang menghampiri ku dan melihat-lihat proses pengecatan.
"Rama mana, Pak?"
"Lagi ke pasar sama kakaknya. Bisa bapak bantu? Sini nak.." Pintanya pada Kak Hasan. Namun, kak Hasan menolak.
"Gak papa, Pak. Biar mereka saja yang ngerjain. Oia, anak Bapak kan 4. Kok saya cuma liatnya yang sering ber-2 saja dengan Rama? Yang lain pada kemana Pak?"
"Kakak perempuan Rama lagi kerja di luar. yang 1x pun demikian. :)"
"Kerja? katanya mereka sekolah Pak?"
"Hehehe, iya. Tapi, kami kehabisan uang nak. Apalagi kamu lihat sendiri kan nak. Rumah kami habis. Bapak hanya bisa berjualan bakwan di samping sekolah itu. :)"
Kak Hasan, Kak Abu, Me "n" Rama
"Ohh.. hehe, iyyaa Pak" Senyum paksaku menyiratkan betapa perihnya hatiku mendengar penuturanmu Pak.
Tak lama, Rama datang.
Ia cepat-cepat berlari ke arah ayahnya sambil tetap melekatkan tatapan dinginnya.
"Rama, jalan-jalan yuk"
Dan kami pun berjalan di sepanjang lapangan gasis bersama. Ada banyak yang ingin ku bicarakan pada Rama. Tapi, dia masih saja diam. Sepertinya saya pun ragu untuk memulai percakapan. Tetaplah seperti ini, sayang. Tetap teduh.
Sore ini pun sangat mendukung untukku semakin ingin mencintaimu, Rama. Andaikan kau mau ku bawa ke tempatku, biar saya yang merawatmu. Jika nantinya kau telah sukses, akan ku kembalikan kau di sini. Mengabdi untuk Butta Kalakuangmu!!!
Rama, kakak masih ingat persis di kala Ibu Risma menceritakan yang lebih detail tentangmu kau tertunduk malas dan tak bergairah. Baru ku tahu, sayang. Ibumu, Ibumu itu meninggalkanmu dengan Syahid. Kebakaran itu adalah ujian untuk keluarga manismu. Sementara ibumu masih saja tetap berusaha untuk melahirkan adik mu meskipun beliau dan adikmu tetaplah juga kembali pada-Nya. Rama, bagaimana rasa-mu kala itu? Ingin skali ku belajar meneguhkan jiwa-mu yang masih kanak-kanak itu.
Rama jangan sedih, Sayang.
Mungkin Allah ingin mendidikmu langsung sayang. Semua yang kita inginkan memang belum tentu bisa kita wujudkan. Apa yang kita harapkan, kita rencanakan, tetap Allah juga lah yang akan menentukan itu baik apa tidak untuk kita.
Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui, Rama.
Kita ini hanyalah manusia berdosa yang penuh dengan keterbatasan, sayang.
Tumbuhlah menjadi Mujahid Soleh.
Tumbuhlah hingga akarmu akan menguat sendiri pada waktunya.
Jika bisa ku meminta, tetaplah menjadi adikku yang sekarang.
Tabah, menjalani hari tanpa Ibu.
Lihatlah kakakmu, dia kini sekolah sembari bekerja di sekolah ini untuk membantu ayahmu mencukupi kebutuhan kamu.
Tenang saja, sayang. Allah itu baik sekali. Dia tidak akan meninggalkan Rama sendirian. Ayah Rama juga pasti akan tetap membantu Rama untuk tumbuh. Jangan bersedih ya. Mama Rama juga sekarang sudah tenang, sudah bahagia. Kematian untuk Mama Rama adalah suatu kebahagiaan untuk Mama Rama, karena Mama bisa langsung bertemu dengan Penciptanya Rama, dengan Penciptanya kakak pula. Dialah Allah, Rama. Menunduk itu baik sayang, mengajarkanmu untuk tidak menyombongkan apapun yang bisa kamu sombongkan. Matamu itu jelik sekali, masih sangat jernih. Jangan rusak kejernihannya dengan sesuatu yang bisa membuatmu menggantinya dengan pekat hitam, Rama.
Rama ingat waktu kakak ngasi permen di koridor sekolah? Kakak mengajarkan untuk Rama selalu mengucapkan terima kasih. Kenapa? Karena sesungguhnya kata "Terima Kasih" itu jauh lebih baik, lebih indah dari pada kata "Maaf" sayang.
Usia Rama pasti akan bertambah seiring perputaran waktu. Mungkin saat ini, Rama belum mengerti mengapa Allah menghadirkan kakak di kehidupan mu selama 2 bulan saja. Allah juga sedang mengajari kakak lewat kamu sayang. Kakak itu sombongnya minta ampun, dik. Ada banyak kesombongan yang tersembunyi di hati kakak, dan kakak sadari itu setelah kakak bertemu kamu. Kakak ini tidak ada apa-apanya di bandingkan Rama yang begitu kuat, jauh lebih kuat dari kakakmu ini, dik.
Allah sedang merangkul kakak, dan membisikkan kata manis di relung hati kakak "Kesabaran itu tidak ada batasnya, Ulfa. Kesombonganmu itu tidak ada gunanya". Itulah yang Allah ketikkan di telinga kakak saat merangkul bahu kecilmu. Tubuhmu begitu hangat Rama. Membuatku semakin betah menggamit tanganmu juga. Sayangnya posko ku jauh dari rumah Rama. Ingin sekali ku ajak Rama bermain di posko kakak, biar kakak bisa meluangkan banyak waktu bersama Rama.
Oia, Rama. Kamu ingat tidak sama kakak kamu namanya Kak Sinar? Ya, dia juga seperti kakak. begitu menyayangi Rama. Tapi, sayangnya dia ke Rama mungkin lebih mendalam karena dia sudah memiliki seorang Putri. Cantik sekali Rama. :)
Ahh, kakak benar-benar merindukan Rama. Sangat merindukanmu.
Semoga kini kamu sudah menjadi anak yang sehat, dan tetap tersenyum. Tetaplah menjadi Rama yang senantiasa tunduk sayang. Menjadi dongkak itu tidak baik.
Rama dan Kak Sinar
Entah kapan lagi kakak bisa bertemu Rama, yang pastinya kakak akan selalu mendoakan semoga Rama mendapatkan yang terbaik. Semoga juga kakak bisa melihat Rama ketika Rama sudah dewasa. Tolonglah, Rama jangan sampai Rama putus sekolah karena ketiadaan biaya. Kakak juga tidak tahu bagaimana membantu Rama. Hanya saja, kakak pengen sekali Rama tumbuh sukses. Kakak sudah sangat menyayangkan kakak-kakak Rama yang sudah nyaris putus sekolah tapi kakak bisa apa Rama? Kakak juga tidak bisa bantu Rama banyak karena kakak pun masih juga merepotkan orang tua. Tatapanmu itu akan selalu kakak rindukan seperti kakak yang selalu merindukan orang yang kakak sayangi lainnya. Rama, Rama. Kakak senang mengucapkan namamu karena kakak seperti menemukan kekuatan lain ketika menyebutnya.
Kakak ingat ketika kakak pamit di depanmu untuk kembali ke kota daeng, kamu menggenggam tangan kakak dan menciumnya. Ya, Allah tahu ketika itu kakak menangisi kamu yang harus kakak lihat masih saja belum tersenyum, Rama. Kakak masih ingin terus bersamamu. Rama, kelak jika kamu sudah dewasa dan kakak sudah berada di ujung usia yang hampir akan menyusul Mama Rama, datanglah pada kakak ya sayang. Sampaikan pada kakak, kalau kamu adalah Rama yang dulunya kakak temani bermain, yang dulunya kakak traktir ketika di sekolah, yang dulunya selalu menggamit tangan kakak dengan 1 eskpresi dingin, yang dulunya kakak hanya bisa mendoakanmu, dan sekarang kamu yang tercatat dalam otak kakak sebagai anak yang baik. Semoga Allah menjaga Rama.. Menyayangi Rama seperti kakak yang terlebih lagi sayangnya pada Rama. Salam rindu kakak buatmu, Rama. :)

11 komentar:

Rinem mengatakan...

KKN membawa cinta

Anonim mengatakan...

Semoga Allah menjaga Rama
Terharu bacanya, mbak

amni_shamrah mengatakan...

bahh mengharukan.. anak polos yang ditinggal pergi dalam usia sekecil itu.. masih bingung mengartikan "kehilangan" itu apa.. membesar ditengah keperitan hidup yang seperti itu, semoga dia tumbuh menjadi anak y tangguh..

Lyu Fathiah mengatakan...

Rinem_ Hihihi..Emang beneran KKN tuh kardusnya CInta

Mbak Sri_Mari do'ain Rama, mbak..biar di kuatin.. :)

Amni_Shamrah @ Aamiin Ya Allah.. Doain Rama ya kak.. Do'ain.. Tanpa kita, Rama tidak akan tumbuh dengan baik..melihat senyumnya yang masih saja berunrung sekali jika ku dapat melihatnya..

Unknown mengatakan...

semoga kisah Rama bisa terpatri dalam2 di hati, sehingga bisa menjadi pelajaran berharga utk kita yang masih memiliki orang tua yang lengkap tapi sering meniadakan beliau-beliau... Yaa Alloh ampuunilah kami, kedua orang tua kami, saudara2 kami, kerabat2 kami, teman2 terdekat kami serta seluruh Ummat Muslim di muka bumi...aamiin
Yaa Ilahi Robbi,,,jadikanlah adik kami Rama menjadi anak sholeh yang memiliki pribadi yang tangguh namun penuh santun... aamiin Yaa Alloh...Allohumma aamiin..

Ulfa...serius dari awal sampai akhir air mata kk tak henti mengalir... :'(

thimits mengatakan...

baca cerita ini bikin aku menghabiskan tisu..

Semoga yang terbaik yang terjadi, semoga kekuatan batin dan iman terus menyertai dan semoga Rama akan selalu dalam lindungannya..amin

Lyu Fathiah mengatakan...

Kak Murni@ aamiin Ya Allah,Allahumma Aamiin..
Kak Murni jangan nangis lagi ya..hehe!!! Mari sama2 do'akan rama.. :)

Thimits@ Aamiin Ya Robb.. Do'akan Rama terus ya.. :)

Unknown mengatakan...

iya sayang... selalu ti2pkan do'a utk Rama dan utk anak2 Muslim... semoga mereka bisa menjadi anak2 sholeh dan anak2 sholehah yang nanti bisa jadi penyelamat utk orang tua mereka di akhirat kelak...aamiin Yaa Alloh... Allohumma aamiin...

Lyu Fathiah mengatakan...

Aamiin Ya Robaal Alamiin.. :)

Dya Devia mengatakan...

PPL memang membawa banyak hikmah, tapi saya sempat ga minat lagi jadi guru gara - gara tugas PPL yang gila2an...-_-

Lyu Fathiah mengatakan...

Hah? Samaa.. saya jga demikian... Sampai2 dulu komat kamit dulu baca berbagai macam do'a keselamatan sebelum ngajar..huhuhu!!!

Posting Komentar

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review