Rabu, 30 Januari 2013

Cahaya yang Meredup

di Januari 30, 2013
Ketika mulutku semakin lama semakin deras menghujani istighfar, aku mulai menemukan ketenangan. Kesejukan demi kesejukan ku kejar, agar hatiku bisa sedikit lebih hidup. Kalau aku tidak begini, makin lama, hatiku akan benar-benar mati. Aku tak menginginkan hal itu meski bibirku selalu tidak menganggap itu penting. Ketika aku percaya akan keberadaanNya, aku semakin saja terlelap dalam ketakutan dan kebimbangan. Aku masih saja terus merasa telingaku mendengar suara-suara yang akan segera membunuhku. Lalu, aku akan terkungkung kembali dalam keterpurukan yang berkepanjangan. Sementara dadaku juga menanti akan sebuah ketenangan.
"Allaahhh.."Pekikku dalam tangisku. Aku menjerit semakin dalam. Aku memanggil Robb'ku dalam lirih suaraku yang berat dan terputus-putus.
"Bagaimana aku bisa menenangkan hatiku? Aku takut Kau meninggalkanku Ya Allah. Aku bimbang. Aku takut. Aku takut" Semakin lama semakin larut dalam kegalauan. Syukur aku tak pernah menggalaukan laki-laki seperti teman-teman remajaku. Aku hanya galau karena laki-laki tua tak berperasaan yang menyiksa masa depanku. Merenggut senyumku. Menanggalkan cita-citaku dengan paksa.
"Kenapa aku harus terlibat dalam pergolakan dunia pendidikan yang sulit begini?" Lagi dan lagi, aku memekik suara hati yang tercegat di leher.

"HARUSKAH AKU MATIKAN JIWAKU?" Putus asa benar.

Lalu? 
Apa yang harus ku lakukan agar hatiku bisa tenang? 


Cahaya harapan itu sedikit muncul menyusup di jendela hariku. Matahari seperti berpihak sebentar saja pada mataku yang sembab.
Tapi, tak lama.
Lalu, Cahaya itupun kembali meredup dan lama kemudian MATI.

Akupun membunuh nadi nafasku di dunia ini.
Aku akan mati bersama aliran darahku yang membeku.

Kalau pun nyawaku ikut mati, maka DIA (Dosen itu) yang pertama kali akan aku tuntut di akhirat kelak... 


Marilah wahai dunia kegelapan, genggamlah tanganku yang layu ini.. Genggamlah..

3 komentar:

amni_shamrah mengatakan...

fa, pernah tidak kamu berfikir, saat Allah menghadirkan sosok dosen yg seperti itu dikehidupanmu, DIA sebenarnya ingin mendidik dan mengujimu lewat org itu..DIA ingin menguatkan pundakmu dengan caraNYA sendiri..kau tahu fa, jalan keimanan ini tak semudah yang kita bayangkan. begitu juga jalan kejayaan. kau tahu, saat kejayaan itu kau raih dengan memicingkan mata, berjalan dijalan yang lurus dan semua kelihatannya baik-baik saja, maka apalah artinya sebuah "kejayaan" itu bagimu? berdoalah fa.. hati yang maha keras itu sebenarnya dipgg oleh YANG MAHA LEMBUT DAN HALUS.. maka berdoalah..tidak perlu dengan suara yang keras..tidak perlu dengan membentak2..kerna DIA MAHA MENDENGAR.. kau menyalahkan dosenmu, dia bahkan mungkin tidak pernah mengingat namamu.. tidak apa2 fa...jangan melatah dgn sifat egoisnya..tapi ingatlah pesan Rasulullah SAW, adakah kita akan menjadi org yang apabila dilemparkan batu, kita kembali melemparkan batu? jadilah seperti pohon yang meski dilempar batu, ia tetap melemparkan buah sebagai balasan..Allah tidak pernah merugikan kita sedikitpun atas segala kebaikan.. jangan pernah putus berharap.. berdoalah..dan berdoa dengan penuh bersungguh2 lagi..Allah tidak pernah melihat hasil fa..Allah melihat pada prosesnya..have faith..

Lyu Fathiah mengatakan...

Ya,hanya terkadang saya merasa kalau saya benar-benar sendiri..dalam keadaan seperti sokongan begini yang ku butuhkan kak..nasehat seperti ini yang harus ku serapkan dlm hatiku..energiku sepert terkuras habis dengan pemikiran lemah begini..lalu,ku kuatkan kembali..kembali menilik siapa saja yg pernah kubaca kisahnya,betapa sulit jalannya,betapa berat langkahnya..ku ingatkan lagi hatiku,kalo smua yg ku alami tak ada apa2nya..ya,menjadi org hebat itu tdk mudah..menjadi hamba bertaqwa itu tdk mudah,benar yg kita bilang,ada harga sakit yg harus di bayar..ada sesuatu yg mesti di kuatkan kembali..
Inilah kehidupan,keras begini,namun aku masih saja melwatinya per hari..dari hari nantinya akan merambah ke bulan dan akhirnya masa sulitpun akan luntur hingga menyisakan bercak warna yang buram..

Dhito Nur Ahmad mengatakan...

Ulfa, tak usahlah terlalu kau turutkan perasaanmu. diluar sana masih banyak orang yg diuji melebihi besarnya ujian yg di alamatkan kepada kita. anggap saja sebagai batu loncatan agar kita bisa terpelanting lebih tinggi. katanya, hidup ini pilihan, tinggal milih apakah kita mau jadi telur atau bola pinpon. bola pinpon itu, semakin keras dijatuhkan, semakin keras pula terpelanting ke atas..... :)

Posting Komentar

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review