Senin, 21 Januari 2013

Painting Smile

di Januari 21, 2013

“Nita?” Tanya seseorang di antara kemeraman malam. Aku menoleh ke arah suara itu dan ku temukan dia yang selama ini ku dengar namanya dari semua bibir gadis di sekolah. Tapi, kenapa dia di sini? Aku membatin sendiri dengan kekaguman yang masih melekat di mataku yang kini menatapnya penuh rasa.
“Heyy..” Tanyanya kembali.
“Aahh..iiyya.. Danu ngapain di sini?” Aku ingin bertanya, kenapa dia mengenaliku. Bukannya kita beda kelas, Dan? Tapi urung ku lakukan karena segan.
“Hehe, kamu tinggal di sini ya? Hmmff, kita tetanggan sekarang. ini rumahku” Katanya sambil menunjuk ke arah rumah di belakangnya. Rumah berlantai dua yang aku tahu memang si empunya dulu ingin menjualnya karena telah di pindah tugaskan bekerja ke Jogja.
“Ooh..” Nyengir mati kutu bin kikuk. Aku menelan liur. Aku patah kata. Sekarang kami tetanggaan. Wah, asiikkk. Ckckck!!!
“Aku dari kemarin loh di sini, Ta. Aku juga liat kamu tadi pagi ke sekolah. Cuma kamu serius banget di baca novelnya. Ya udah, saya pikir mungkin aku bisa bicara sama kamu di sekolah. Eh, tahu-tahunya kamu malah sibuk di UKS. Hebat ya. Aku bangga punya tetangga yang cerdas. Bisa belajar kan kapan-kapan?” Ingin sekali ku jawab dengan “iya” sambil mengibarkan bendera kemenangan. Aku berhasil di ajak belajar bersama laki-laki yang di taksir anak-anak gadis di sekolah, huiihh.. assikkk!!!
“Oia, Nita dari mana? Malam begini baru pulang?”
“Tadi dari jenguk Sofie di RS. Kena DBD. Jadi sekarang baru pulang karena tadi sempat nemenin main dulu”
“Wah, saya kok makin kagum ya sama Nita.. Hehehehe”
Ya Tuhan, jaga hatiku. Jangan sampai copot. ^____^
Aku melirik jam tanganku. Sudah pukul 20:16 menit lewat. Ayah pasti khawatir banget sekarang. “Hmff, maaf ya Dan. Nita harus pulang. Sudah malam banget. Takut ayah tambah khawatir. Sampai ketemu, bbeesookkk” Sambil sedikit ku lambaikan tanganku. Ke arahnya. Danu. Sang Kanvas senyumku. J
“Okkee, Nit. Byee” Senyumnya menutup kedipan terakhirku di depannya malam ini. Aku makin semangat sekolahnya besok.. Tssaahh!!!!
Tiba-tiba Danu memanggilku kembali. Ku lihat dia berlari ke arahku sambil memberikan Sebuah Buku. Sebuah Buku berjudul “..Dan Hujan pun Menari”. “You must read it, Nit” Dia kemudian tersenyum lalu sedikit menyentuh jemariku. Seperti darahku berubah menjadi warna merah muda semua bercampurkan rasa Strawberry yang manis. Bulu mataku seperti berubah menjadi sangat lentik dan enggan mengedipkan pandangan. Tanganku? Seperti kena Stroke. Aku tak bisa menggerakkannya. Aku takut bekas sentuhannya menghilang terbawa angin gerakku. Malam ini kenapa seperti aku ketiban rezeki dari peti langit? Ini harta karun, mukjizat, atau apa? Ahh, indahnya.
Aku kemudian berjalan kembali ke rumah dengan rasa senang yang sampai ke langit ke tujuh. Minta ampun rasa ini membuatku merasakan manisnya senyumku. Ku buka daun pintu rumahku, dan *Praaakkkk…
Perih. Aku menoleh dan ku lihat Ayah dengan mimik marahnya menahan getar tubuhnya.
“Ayah.. Ayah..”
“Apa yang kamu lakukan dengan dia hah? Tetangga baru itu? Kamu pacaran sama dia hah? Tanya Ayah.
“Ayah apa-apaan sih. Ayah gak tahu apa-apa kenapa ayah langsung nampar Nita. Kami Cuma temenan. Dan kalau emang Nita pacaran sama dia, kenapa? Salah? Seumuran Nita juga sudah banyak yang punya pacar yah, kenapa mesti Ayah memperlakukan Nita seperti ini?”
“Jadi kamu berani sekarang yah melawan ayah”
“Kalau iya kenapa?” Aku nyolot.
“CUUUUTTTTTTT” Teriak Bagas. Produser ulung ini selalu memainkan perannya dengan baik dalam setiap teriakan. Hah, menjadi artis ternyata asik juga. Meski cuma untuk Film Dokumenter anak SMA.
“Okkkkee… Acting kalian bagus sekali. Sangat. “Lue mantep ternyata soal ngebentak orang, hahaha” Puji Bagas sembari menepuk-nepuk bahu ku. “Kamu ada bakat acting, Sa. Keren Loh!!!”.
Aku hanya mengangguk. Saat ku balikkan badanku, ku lihat Kak Rangga membalikkan badannya juga sambil tersenyum.
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
“Nisa, Kak Rangga nitip ini ke saya” Sembari surat bersampul pink itu mengarah padaku dari tangan Vita.
Ku buka, dan…
Kamu mau berdansa denganku?
Oh, aku lupa kalau kau tak bisa berdansa.
Kalau begitu, maukah kau bermain karet denganku?
Maaf, aku lupa lagi kamu sudah dewasa dan kini menjadi gadis yang cantik.
Kamu mau menyelipkan jarimu di sela jariku?
Ahh, kali ini aku sepertinya berangan.
Tak perlu.
Aku hanya ingin menjadi, “DANU” mu di Drama mu.
Aku mau menjadi Kanvas Senyummu.
Bisakah kamu melantunkan melodi indah bersamaku?
Hanya bersamaku?
Tidak dalam actingmu, lagi. tapi dari keindahan senyummu yang sebenarnya.
Terima Kasih telah membuatku Jatuh Cinta. Lagi!!!


“Tentu aku mau” Balasku dari hati.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lyu Fathiah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review