Kejadian yang sama terulang lagi..!!!
Arghh,adakah satu tempat di mana saya bisa mengangguk kalau dosen itu tak semuanya SADIS?
Arghh,adakah satu tempat di mana saya bisa mengangguk kalau dosen itu tak semuanya SADIS?
Di sudut mataku kini seolah sesuatu yang di paksa seperti ini tak harus lagi di pertahankan. Kenapa aku mesti bercapek-capek ria mengurus ini dan itu? Sementara aku tahu, aku di sini, di kampus ini, tak pernah menjadi rancangan kehidupanku. Mengapa aku mesti menguras tenaga, uang, hanya untuk mengurusi hal-hal yang tak pernah ingin ku perjuangankan. Apa itu Matematika? Siapa itu UNM? Ada apa dengan Sarjana Pendidikan? Untuk apa semua itu? Itukah semua itu yang harus ku perjuangkan?
Ketika kakiku seperti saja bambu yang di paksa memukul tanah yang di pijaki ini merasa sudah membatu, aku seperti robot yang di gerakkan dengan remot. Di paksa melakukan ini dan itu. Adakah satu saja lembaran hari yang mau berpihak untuk pena ku mengukir senyum di atasnya?
Ibu Nurhinda. Dosen yang selalu saja tak mau mengakuiku mahasiswa yang pernah ia ajar. Nilaiku tersangkut di dia.
Pak Darwing, dosen pembimbing yang hari ini seperti saja masih ingin ku berwibawa padanya. Padahal sungguh, aku TAKUT. Aku Takut gagal jika berhadapan padanya.
Siapa mereka ini? Membuatku terkukuh dalam kewenangan rasa takut yang menjerat hatiku, hatiku terkarbit rasa beban yang terbesar. bagaimana mungkin seorang muslimah sepertiku selalu takut pada manusia? Adakah? Gak ada saya rasa kalau saya mau melirik mereka, teman-temanku yang menjaga wibawa mereka di depan masalah mereka sendirii.
Wow,alasanku tidak bisa di analogikan lagi sebuah pemakluman. Ini sudah jauh dari wajar untuk mengeluh. Aku memang kini sangat-sangat mengeluh. >.<
0 komentar:
Posting Komentar