Kehidupan yang berat dan keras ini seolah hanya sebuah permainan jika kita tilik dari berbagai sudut pandang. Bagaimana manusia menjalankan pernannya sebagai Hamba, perannya sebagai Anak, sebagai Mahasiswa, sebagai Karyawan, sebagai ANGGOTA. Mengkhususkan kata Anggota berarti ada yang aku khususkan pula di dalam makna kata itu. Tulisanku kali ini sepertinya hanya sebagai hiburan saja tapi sungguh ini ku buat karena ingin semua orang bisa membaca bagaimana kehidupan di dunia ini kecil tapi begitu bermakna. Ku ambil dari contoh kecil dari kehidupanku.
Pak Jamil, kak dahlan, Alif dan Galyh |
BSMI bukan hanya Organisasi saja, tapi terlebih adalah cawan yang menuangkan sejuta manisan di dalamnya. Pemanisnya adalah kami yang tergabung di dalamnya. Kalau Ketua BSMI Maros yang Pertama Pak Sudi ketika masih aktif di Maros dulu mengatakan "Don't Stop Komandan" untuk setiap akhir aksi, maka lain lagi untuk Ketua BSMI Maros yang Kedua Kapten Pak Jamil. Beliau pernah sekali bilang ke saya dan itu sangat memberikan penilaian yang "WAH" untuk beliau, "Ulfa:: Kusuka gayamu...he...semangat dalam aksi2 selanjutnya". Ini terkesan bahwa Beliau di samping gayanya yang pendiam, cool juga sedikit, tapi ternyata suerr geoll banget ternyata. Hihihi.. Beliau yang terkadang ini menjadi seorang kakak buat kami, tapi entah kenapa masih saja kami mengaggap beliau ini adalah Bapak buat kami. Eh, kali ini saya tak hanya berbicara tentang sosok yang membuat aku tersenyum di BSMI tapi juga ingin membagi keindahan Aksi Penanaman 3000 Pohon Bersama Pertamina yang Sukses BSMI lakukan. BSMI Sul-Sel. Di maros ada sebuah tempat yang namanya Bontopanno (mudah-mudahan tidak salah) yang berada di himpitan maccopa, Maros, Sulawesi Selatan aku bertemu dengan medan yang belum pernah ku lalui sebelumnya tanpa orang tua. Kali ini aku bersama-sama kawan-kawanku yang tergabung sebagai Relawan.
Tampak biasa saja kegiatan ini tapi proses mengadakannya itu lah yang wah. Dari berbagai persiapan yang di lakukan begitu berat untuk Para panitia, panitia akhwat yang jauh-jauh datang dari Makassar dan nginap di maros lalu kemudian ide Brilliant Kak Sakiyah Mustaina (kak Inha) untuk membuat Coto di acara ini, sungguh terasa bahwa kegiatan ini tak hanya sekedar kegiatan biasa saja. Semuanya di persiapkan dengan begitu apik meski mereka para akhwat tangguh ini harus mengabaikan rasa ngantuknya demi masakan yang mereka akan sajikan di acara nantinya. Tak hanya itu, yang paling Berharga adalah Kepercayaan dari PERTAMINA untuk KEMBALI menjadikan BSMI sebagai Mitra Kerja, merupakan kebanggaan, kesyukuran dan, sebuah penghormatan yang lebih untuk BSMI. Tidak mudah untuk memberikan kepercayaan begitu saja pada suatu instansi. Semoga jalinan kerja sama itu akan tetap terjaga keutuhan kepercayaannya. Aamiin Ya Allah.
Kegiatan itu belum besar. Masih sangat kecil karena ini hanya sebuah pembuktian sederhana bahwa kami masih peduli dengan Bumi. Kalau Kak Icha yang seorang Wartawan bilang bahwa BSMI ini sedang menghijaukan gunung, maka aku sendiri bilang "Kalau bukan BSMI maka aku takkan pernah menemukan tempat seindah ini. Meski gersang, tapi sebentar telah memberiku kesempatan berjalan di bagian kecil bumi Allah dengan kakiku. Bertemu dengan mereka yang Luar Biasa".
Untukkmu BSMI terima kasih.
Suatu waktu di luar kegiatan resmi BSMI, aku kembali bertemu dengan mereka sahabat-sahabatku. Dengan Bakso yang menjadi makanan paling Mahal untukku juga untuk BSMI Maros, ada sedikit moment yang menjelaskan padaku kalau mereka mencintai BSMI lebih banyak dariku. Kalau kendala utamaku berorganisasi karena persoalan perizinan dari orang tua yang menjadi bahan curhatanku setiap bertemu mereka, kali itu kak Dahlan bilang kalau di di BSMI lah dia menemukan kebersamaan yang selalu ia rindukan. Banyak organisasi yang pernah ia geluti, tapi di BSMI lah dia merasa betah. Lain Kak Dahlan, lain pula Galyh. Dia memang pernah mengatakan sebelumnya bahwa ia mencintai BSMI. Tapi, itu hanya via sms saja. Sore itu, setelah kak Dahlan mengutarakan kecintaannya pada BSMI, Galyh juga melakukan hal yang sama dan saat itu aku merasakan kecintaan itu dari cara ia menyampaikannya. Sungguh, aku cemburu pada kalian. Mengapa kecintaanku masih tak sebesar kalian? Tapi, itu proses. Ya, itu hanya proses kecil yang perlu di lanjutkan. Meski tiang penghalang itu selalu saja mendahului langkah tapi Allah Takkan Pernah Tidur.
Kak Inha, Ulfa, kak Icha, dan Kak Naima |
Tidak hanya Kak Dahlan, Galyh dan Aku yang begitu mencintai BSMI. Semua Anggota juga demikian adanya hanya saja belum sempat mewawancarai mereka satu persatu bagaimana bentuk kecintaan mereka. Pak Jamil katanya pernah sekali mengutarakan perasaanya terhadap BSMI. Beliau juga belum pernah berorganisasi sedemikian mantapnya selain di BSMI. Entah bagaimana lagi BSMI itu harus di sanjung meski ini bukan sekedar sanjungan belaka.
Di lokasi kegiatan Penanaman 3000 Pohon, ada sedikit cerita yang ingin ku bagi. Kegiatan waktu itu sebentar lagi akan selesai. Sedikit demi sedikit personil kembali ke mesjid yang menjadi lokasi base camp kami. Perjalanan ke mesjid sebenarnya agak jauh untuk di tempuh dengan jalan kaki. Tapi, kami pikir gak papa lah kita jalan kaki saja sekali-kali. Kaki yang menahan beratnya tubuh ketika jalan mulai penurunan, panas matahari yang menyengat sampai-sampai peluh membasahi wajah, dan saat itu hanya kami berempat saja yang jalan. Aku, Kak Naima, Galyh ,dan Kak Dahlan.
Kurang Alif untuk BSMI Maros. Tapi, karena dia di tugaskan menjaga makanan di Mesjid jadi di maklumkan saja dan juga tidak mungkin kami meminta Alif meminta ikut bersama kami hanya untuk merasakan jalan kaki seperti itu dan meninggalkan makanan. Dari perjalanan itu, kami merasakan kalau tempat ini adalah surga lain dari hiruk pikuk perkotaan yang serba mewah. Di tempat itu, jalan masih sangat terjal untuk di lalui kendaraan. Tapi anehnya, tidak kurang juga kendaraan yang masuk ke daerah tersebut. Listrik juga masih hanya beberapa daerah yang dapat menikmatinya, dan menurut salah satu Ibu yang ku tanyai kalau penghasilan suaminya dalam sehari itu tidak menentu karena hanya bekerja di kebun orang lain. Paling banyak Rp.20.000. Masya Allah. Alangkah borosnya saya karena Rp.20.000 itu biasanya hanya ku gunakan untuk membayar pete-pete ketika berangkat ke kampus. Itu baru berangkat, belum pulangku, dan belum makanku. Tamparan lagi ini untuk saya. sadarlah Ulfa. :(
Allah selalu punya cara sendiri untuk menegur hambaNya. Tak semua yang kita anggap ini pantas dan wajar itu memang yang benar. Kita ini memang hanya manusia biasa. Banyak hal-hal yang masih perlu kita pelajari. Masih banyak yang perlu lagi kita telik baik-baik agar hati kita tak mati begitu saja. Iman kita harus senantiasa di upgrade agar tetap segar seperti nailofar.
Menjadi Relawan itu menjadikan seseorang lebih mudah peka akan sesuatu. Seorang relawan sudah pasti berada dalam area permainan naluri yang sulit di gantikan apalagi di palsukan. Kecintaan akan sesuatu bisa saja karena faktor-faktor pendukung seperti benda, orang-orang, dan sebagainya. Tapi, RELAWAN hanya memilliki naluri yang ia kokohkan untuk ia jadikan alasan mengapa ia mencintai profesi itu. Tapi mungkin ada beberapa Relawan lain yang berbeda alasan denganku. Tak hanya berbicara sekedar naluri kemanusiaan yang dimiliki oleh para relawan itu tapi ada juga beberapa orang yang mengaku menjadi relawan karena berawal dari Trauma. Keluarga yang hilang di terkam bencana alam, membuat mereka tak ingin lagi ada orang lain yang terpuruk seperti dirinya. Namun, meski alasan sesederhana apapun itu tetaplah ia seorang volunteer.
Menjadi Relawan itu menjadikan seseorang lebih mudah peka akan sesuatu. Seorang relawan sudah pasti berada dalam area permainan naluri yang sulit di gantikan apalagi di palsukan. Kecintaan akan sesuatu bisa saja karena faktor-faktor pendukung seperti benda, orang-orang, dan sebagainya. Tapi, RELAWAN hanya memilliki naluri yang ia kokohkan untuk ia jadikan alasan mengapa ia mencintai profesi itu. Tapi mungkin ada beberapa Relawan lain yang berbeda alasan denganku. Tak hanya berbicara sekedar naluri kemanusiaan yang dimiliki oleh para relawan itu tapi ada juga beberapa orang yang mengaku menjadi relawan karena berawal dari Trauma. Keluarga yang hilang di terkam bencana alam, membuat mereka tak ingin lagi ada orang lain yang terpuruk seperti dirinya. Namun, meski alasan sesederhana apapun itu tetaplah ia seorang volunteer.
0 komentar:
Posting Komentar